WARNING CERITA sedikit MEMBOSANKAN BANYAK TYPO 🙏🏻 dan ALUR LAMBAT
HAPPY READING like jika suka 👍🏻 dan komen jika bisa💬 Sorry for typo Jangan jadi pembaca gelap terus 🤧
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jevan merutuki mulut yang sudah berbicara tanpa pikir panjang dan membuatnya semakin runyam. Dia hanya ingin Gisel tetap disini tapi mulut sialannya malah membuat perempuan itu pergi dengan berlinang air mata akan ucapannya.
"Argh" jevan menjabak rambutnya kesal.
Haikal memperhatikan Jevan yang sibuk mengacak-acak kamar yang pernah di tempati Gisel. Bahkan Jevan tidak peduli dengan lengannya berdarah karena memukul tembok.
"Emang tolol lu jadi manusia, gue kalo jadi Gisel juga bakal milih pergi bangsat" haikal hanya menggeleng perhatian.
Dia sejak tadi hanya diam menyaksikan keduanya saling berdebat tidak mau ikut campur karena merasa itu bukan ranahnya untuk ikut dalam pembicaraan mereka. Tapi dia kesal setengah mati mendengar perkataan Jevan yang kelewat kasar.
Apa susahnya bilang kalo dia suka sama Gisel dan tidak mau perempuan itu pergi, bukan malah berbicara kasar mengusik harga diri Gisel sebagai perempuan ataupun sebagai seorang ibu.
Manusia satu ini emang pantas untuk di pukul.
"Gak usah ngomel mulu pusing gue" cercah Jevan pada Haikal yang terus mengatai-ngatai dirinya, Javan tahu dia salah tidak harus di perjelas.
"Lu emang pantes di omelin,. Malu sama badan li yang gede tapi mulut lemes banget kaya lambeh turah" ujar Haikal sambil menunjuk-nunjuk Jevan, "punya congor itu di jaga" lanjut mengata-ngatai sahabat karibnya itu.
"Kan itu namanya bangsat"
Jevan hanya terduduk bersandar pada ranjang milik Gisel mendengarkan segala celotehan haikal yang kini cosplay seperti orang benar. Menyauti perkataan Haikal hanya akan diputar balik dan membuat dirinya seperti melakukan pembelaan akan perbuatannya.
"Lu kenapa diem ajah bangsat bukan dikejar?" Protes Haikal karena saat Gisel pergi Jevan malah membiarkan dan malah mengamuk di kamar perempuan itu.
"Malu"
"Masih punya malu lo?" Tanya Haikal yang tidak di respon oleh sang lawan bicara.
"Dah lah cape ngomong sama orang bego kaya lu" tambahnya lalu berjalan meninggal Jevan.
'Pengecut' adalah salah satu kata yang cocok untuk Jevan.
Ia menyesal namun enggan untuk menahan Gisel untuk berada di sisinya. Rasanya ia terlalu egois, jahat dan serakah jika masih berharap perempuan itu akan memaafkan atas semua ucapan yang dia katakan.
Toh kedua tidak ada dalam hubungan apapun, Gisel tidak mungkin mau dengan pria yang seperti dirinya. Mungkin hal baik dari dirinya hanya ada pada fakta bahwa ia kaya, tapi karena ini Gisel hal itu tidak semerta-merta membuat sang empu jatuh cinta.