#3

130 9 0
                                    

Aku up Yeorobun...entah kalian baca atau nggak...aku tetep ngeyel aja up teus...huaa...sedih  butuh vomen juseyooo



>>>>>>

   Taehyung dan Jungkook mematut dirinya bersamaan di depan cermin besar yang ada di kamar Taehyung. Entah baju ke berapa yang mereka coba untuk makan malam spesial kali ini. padahal ayah mereka sendiri sudah siap dan berkali-kali memanggil kedua putranya tersebut agar lebih cepat. Jungkook dan Taehyung enggan memakai baju yang terlalu formal, namun harus tetap sopan di depan calon ibu mereka. Bukankah kesan pertama sangatlah penting?

" Adeul....apakah sudah siap?" Tanya Daehyun yang sudah menunggu di depan pintu kamar Taehyung.

" Sudah ayah, kami siaaap" jawab Jungkook semangat. Mata bambinya berbinar membuat sang ayah senang karena putranya terlihat bahagia.

" Aigoo, Kookie sangat bersemangat hmm" ucap Taehyung seraya mengusak gemas kepala Jungkook gemas membuat sang empu mengerucut sebal karena telah dengan susah payah menata rambut.

" Aaaa hyung kau merusaknya..."

" Tidak tenang sajaa....astaga "

" Sudahlah anak-anak, jangan sampai terlambat jika mempunyai janji dengan seseorang. Ingat pesan appa bukan "

" Ne appa" jawab mereka bersamaan. Kemudian mengikuti Daehyun keluar dari sana.

Daehyun mulai menjalankan mobilnya ketika kedua putranya sudah dipastikan duduk dengan nyaman di jok belakang. Tak mau dipisahkan, Taehyung lebih memilih menemani Jungkook di belakang daripada duduk bersama ayah di depan.

" Ayah, kenapa jadi aku yang gugup ya.." ucap Jungkook dengan begitu polosnya. Membuat sang ayah juga Taehyung tergelak.

" Hey, ini acara ayah ngomong-ngoming" ucap Taehyung yang menahan tawa.

" Santai saja adeul, dia orang yang sangat ramah" imbuh Daehyun tanpa mengalihkan pandangannya pada jalanan yang ramai.

" Ku harap juga begitu...."

Sudah lama sekali semenjak sang ibu meninggal, Jungkook tidak menemui lagi wanita yang bisa di panggilnya ibu. Ia sudah terbiasa hanya dengan ayah dan hyungnya. panggilan ibu, hanya sering ia keluarkan ketika mengunjungi abu sang ibu.

Beberapa menit berlalu hingga mereka tiba di sebuah restaurant yang biasa mereka kunjungi bersama sang ayah karena banyak makanan yang mereka sukai disana. Taehyung dan Jungkook masuk mengikuti sang ayah dari belakang, dan ketika seorang wanita cantik memiliki senyum teduh berdiri memberi gestur menyambut kedatangan mereka, mereka sadar bahwa wanita itulah yang akan menggantikan ibu mereka. Terlihat juga bahwa sang ayah membalas senyuman itu.

" Hyung, aku tidak tahu jika ayah akan punya wanita secantik itu" Bisik Jungkook.

" Ayah kita tampan Koo "

" Hmm majja "

Taehyung dan Jungkook duduk di samping ayah mereka setelah membungkuk memberi hormat pada wanita yang tak henti tersenyum karena kedua namja yang ia kira akan sulit menerima dirinya justru terlihat begitu sopan.

" Aigoo...kedua putramu sangat sopan "

Daehyun tersenyum atas pujian itu.

" Adeul, ayo berkenalan..."

" Ireumi Taehyung imnida "

" Jungkook imnida " ucap Jungkook dengan malu-malu.

" Aku Seo Yoon, Lee Seo Yoon "

Hey, mungkin sebentar lagi marga itu akan berganti menjadi Jeon sama seperti mereka.

" Maaf bibi, terkadang adik ku memang pemalu "

" Gwenchana...nanti dia akan terbiasa "

Semua berjalan dengan baik sekalipun Jungkook terkadang masih malu-malu kepada Seo Yoon. Wanita itu dengan lembut menyambut calon kedua putranya dengan baik. Permulaan yang baik bagi Daehyun dan mereka semua, dan semoga tetap baik hingga selanjutnya.

>>>>>

Pagi itu, setelah Taehyung memastikan Jungkook masuk ke dalam pagar sekolahnya bersama Mingyu, Taehyung kembali menjalankan mobilnya untuk menuju ke kampus seperti biasa. Sedangkan Daehyun sudah berangkat lebih pagi dari mereka. Hanya ada dua mata kuliah hari ini, dan Taehyung sangat senang karena itu berarti Taehyung bisa menjemput Jungkook sore nanti.

Mobil Taehyung berhenti tepat sebelum sepuluh belas menit sebelum kelas dimulai. Taehyung berjalan tergesa-gesa karena kelasnya berada di lantai tiga. Sungguh sial karena ia menjalankan mobilnya terlalu tenang tadi. Ia tidak melihat jam yang sudah hampir mendekati mata kuliahnya.

BRUKK!

Taehyung terlalu terburu-buru hingga ia menabrak seorang mahasiswa lain. Kertas-kertas tugas yang akan ia kumpulkan berserakan dan tentu Taehyung harus menyusunnya kembali setelah ini.

" Mian.."

Taehyung menarik rambutnya frustasi karena kecerobohannya sendiri namun kembali tersadar saat namja yang ia tabrak justru meminta maaf dan membantu mengumpulkan kertas-kertas Taehyung.

" Ania ania ania....Mianhe...ini salahku sendiri. Aku terburu-buru " ucap Taehyung seraya ikut memunguti kertas itu.

" Gomawo sudah membantu " ucap Taehyung lagi saat namja berwajah datar tanpa ekspresi itu menyodorkan kertas miliknya. Sedangkan namja berperawakan lebih pendek darinya itu tak menjawab. Hanya pergi setelah memastikan semua kertas itu terkumpul di tangan Taehyung.

" Dasar mochi!"

Taehyung pergi menggerutu karena tidak mendapat jawaban dari namja yang menurut Taehyung pipinya berisi seperti mochi itu. Ia kembali berlari terbirit-birit menuju kelasnya, dan bersyukurlah Taehyung karena ternyata dosennya belum masuk ke kelas walaupun kelas sudah terisi penuh oleh mahasiswa yang sama semester dan jurusan dengan Taehyung.

Dengan rakus Taehyung meraup oksigen yang ada setelah berlarian, mengabaikan tatapan heran teman-temannya. Taehyung duduk di salah satu kursi yang kosong kemudian mulai menata kembali kertas yang ia jatuhkan dan menjepitnya dengan paper klip.

" Anyyeong Haksaeng...hari ini ada ada mahasiswa pindahan dari Busan. Silahkan perkenalkan dirimu .."

Taehyung menoleh saat dosennya datang dengan mahasiswa baru di sampingnya.

" Hey, itu namja yang tadi bukan?" pikir Taehyung saat melihat mahasiswa baru itu.

" Anyeonghaseyo, ireumi Jimin imnida. Park Jimin"

Hanya itu yang di ucapkan pemuda Park berwajah datar itu. Sedikit banyak Taehyung sudah bisa membaca bahwa Jimin akan menjadi pemuda yang misterius dan tak mudah di tebak nantinya. Hey, itu bukan urusan Taehyung bukan?

" Baiklah Park Haksaeng, silahkan duduk di tempat yang kosong "

Park Jimin terlihat membungkuk sekilas kemudian mulai mencari tempat duduk yang kosong. Dan entah ada angin dari mana, atau dewa siapa yang memberi bisikan pada Jimin hingga Jimin memilih tempat duduk di samping Taehyung dari sekian banyaknya kursi yang ada disana. Masih dengan wajah tak berekspresi, Jimin mulai membenarkan posisinya di kursi dengan nyaman. Abai pada Taehyung, yang sebenarnya sudah ia hafal wajahnya sejak bertabrakan tadi.

" Taehyung, Kim Taehyung imnida " ucap Taehyung untuk sekedar menyapa pada manusia di sampingnya. Taehyung tak tahu kenapa tiba-tiba mulutnya berkata, seperti naluri yang menggiringnya begitu saja.

" Oh, ku rasa aku tak perlu mengenalkan diriku lagi bukan? Ku rasa kau sudah mendengarnya tadi "

Taehyung tak tahu harus menanggapinya bagaimana, berakhir dia hanya mengangguk pelan mencoba memahami sifat Jimin yang mungkin pada dasarnya memang seperti itu.

" Oke hari ini kita akan membahas karya-karya Beethoven "

Suara dosen mereka akhirnya mengalihkan suasana. Taehyung dan Jimin kini mulai memperhatikan dosen mereka dengan tenang.

>>>>>> 

Still With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang