Saat ini Daehyun sedang berada di ruangan Seokjin. Sedangkan Taehyung menjaga Jungkook yang di pindah ke ruangan ICU untuk perawatan yang lebih intensif. Setelah biopsi di lakukan, ternyata benar dugaan Seokjin bahwa Jungkook terkena sepsis sehingga Seokjin langsung bertindak untuk membawa Jungkook ke ICU.
" Tekanan darahnya hanya 80/70 paman, karena imun Jungkook yang rendah menyebabkan sepsisnya cepat menyebar. Jungkook sempat kesulitan bernafas tadi. Aku akan melakukan beberapa prosedur untuk menguras nanah dari absesnya "
" Lakukan apapun Seokjin, tolong lakukan apapun agar putraku cepat sembuh "
" Sudah tugasku paman, Jungkook anak yang kuat. Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja"
>>>>>
" Jimin ah, ayo cepat makan makananmu lalu kita pulang. Aku tau kau pasti belum makan bukan?" ucap Yoongi yang kedatangan tamu di agensinya berupa Jimin. anak itu tampak kacau dan pucat, jika Yoongi benar berarti anak itu memang belum makan sejak kemarin. Jimin cenderung melupakan dirinya sendiri jika sedang dalam masalah.
" Aku tidak lapar hyung " jawabnya tanpa beranjak dari posisinya yang merebahkan diri di sofa panjang milik Yoongi. " Aku hanya merindukan ibu hyung "
Yoongi yang mendengarkan hal itu lantas menghentikan kegiatannya. Sejenak ia masih tak habis fikir bagaimana Jimin bisa masih saja mengharapkan sang ibu padahal wanita itu yang paling banyak menyakitinya, bahkan pembunuh ayahnya sendiri adalah Seo Yoon, ibu Jimin. Namun bagaimanapun juga, Seo Yoon adalah ibu biologis Jimin.
" Arra....maka dari itu tetap jaga dirimu agar bisa mengunjungi ibu mu nanti "
" Lalu melihatnya di jatuhi hukuman terberat di pengadilan nanti? begitu? "
Yoongi menghela nafas sejenak. Ia tak tahu harus bagaimana lagi menjelaskan pada Jimin bahwa Seo Yoon sepertinya memang pantas mendapatkan itu. sedikit sarkas memang, tapi kenyataan bahwa Seo Yoon telah membunuh lebih dari satu orang, di tambah sekarang berurusan dengan keluarga Jeon, sepertinya akan sulit untuk keluar dan mengelak dari segala buktinya nanti. dan di luar itu semua, Yoongi hanya ingin Jimin tak merasa bersalah atas apapun karena dia juga termasuk korban ibunya sendiri.
" Hyung aku ingin tahu keadaan Jungkook....aku juga ingin minta maaf padanya" ucap Jimin parau, lagi-lagi ia terlihat merasa bersalah atas kesalahan ibunya.
" Bukankah kau dari sana ?"
Jimin hanya mengangguk lemah.
" Lalu?"
" Taehyung datang, dia marah padaku. Aku menghancurkannya hyung. Aku pantas mendapatkan ini..."
" Ania, dia hanya belum menerimanya saat ini, dia hanya butuh waktu "
" Hyung, apa semuanya akan baik - baik saja?"
" Heum tentu "
" Bagaimana jika tidak?"
" Kau tidak sendirian Jim, aku ada bersamamu " jawab Yoongi seraya memberikan pelukan hangatnya pada Jimin yang kini menumpahkan airmatanya. Membiarkan namja itu melepas segala sesak yang disimpannya selama ini.
>>>>>
Dua hari berlalu semenjak Jungkook di nyatakan terkena sepsis karena infeksi. Segala prosedur telah di lakukan oleh Seokjin dan sekarang Jungkook pun juga sudah sadar. Ia sudah berada di ruang rawat saat ini. Ia memandangi Taehyung yang tak juga menjawab pertanyaannya dengan benar sejak tadi.
" Hyung....jadi benar kau marah pada Jimin hyung?"
Taehyung mengalihkan pandangannya. Enggan menjawab pertanyaan sang adik untuk saat ini. entahlah Taehyung sendiri tak mengerti perasaannya. Ia tahu ini semua bukan salah Jimin, namun mengetahui jika ibu tirinya -Seo Yoon- ternyata selama ini adalah ibu jimin dan Jimin bungkam, Taehyung tentu merasa kecewa. Apalagi ibu Jimin lah sumber segala masalah selama ini.
" Hyung hanya tidak ingin dia melukaimu "
" Sudah ku katakan kalau Jimin hyung yang menolongku waktu aku kesakitan waktu itu hyung. Aku tahu dia putra ibu Seo Yoon, bahkan sebelum hyung tahu itu. tapi Jimin hyung tak pernah sama sekali menyakitimu atau aku bukan?"
Taehyung tentu terkejut ketika mendengar bahwa Jungkook tahu lebih awal bahkan sebelum Taehyung mengatakannya.
" Hyung, jangan bawa Jimin hyung dalam hal ini. Dia bahkan sudah lebih merasakan sakit dari kita....jadi jangan tinggalkan Jimin hyung. Setelah ini dia tak memiliki siapapun selain kita. Dia sahabatmu hyung.....juga sudah seperti kakak bagiku"
Beberapa detik hanya terisi kekosongan setelah Jungkook berbicara.
" Mian..."
" Simpan itu untuk Jimin hyung nanti hyung...."
CEKLEK
Pintu ruang rawat terbuka menampilkan Daehyun yang masih lengkap dengan setelan jas nya.
" Appa....apa sidangnya selesai? Kenapa cepat sekali?" tanya Taehyung dengan cepat. Pasalnya, Daehyun tadinya berpamitan untuk menghadiri sidang Seo Yoon yang di laksanakan hari ini. Daehyun yang mendengar pertanyaan putranya lantas mengambil tempat duduk di dekat mereka.
" Nak, sidangnya di tunda satu minggu lagi. Hakim memutuskan untuk menghadirkan Jungkook di sidang selanjutnya. Kesaksian Jungkook sangat di harapkan agar Seo Yoon di hukum dengan keadilan"
Mendengar hal itu membuat Jungkook menelan ludahnya kasar. Jika boleh jujur, ia paling takut jika lagi-lagi harus bertemu dengan Seo Yoon.
" Maafkan ayah nak, karena ayah.....kalian harus mengalami ini. ayah sangat___"
" Appa....kami tidak papa. Tidak perlu merasa bersalah karena semua adalah takdir " jawab Jungkook cepat. Sedangkan sang ayah menangis dalam diam.
Daehyun benar-benar menyesal menghadirkan Seo Yoon di antara putranya. Seo Yoon yang ternyata telah ibu dari sahabat anaknya, memiliki pria lain selain dirinya, dan semua yang manipulasi yang terjadi selama ini juga ulah Seo Yoon. Penggelapan dana di perusahaannya, pengambilan uang secara berlebihan yang di tuduhkan pada Jungkook yang tidak tahu apa-apa, dan masih banyak hal lagi yang Daehyun tidak ketahui dan mungkin di ketahui oleh Jungkook.
" Apa Koo bersedia menjadi saksi nanti? ayah tahu Koo pasti tahu banyak hal yang tidak ayah ketahui"
Jungkook ragu, ia tidak tahu harus melakukan apa. Ia memang tahu segalanya, tapi bagaimana perasaan Jimin nanti ketika ia mengatakan semuanya di depan hakim.
" Akan ku pikirkan ayah....."
Daehyun lantas tersenyum dan mengusap lembut kepala Jungkook. Putranya mengalami banyak trauma, tentu akan terasa berat saat kembali bertemu Seo Yoon nantinya.
>>>>>
Saat ini, Taehyung sedang berada di apartemen Jimin. Setelah sehari ia berperang dengan isi otaknya sendiri, akhirnya Taehyung memilih nuraninya. Ia mengabulkan permintaan Jungkook untuk menemui Jimin. dan siapa sangka jika ternyata Jimin kini sedang terbaring di ranjangnya karena terserang demam. Taehyung menjadi semakin merasa bersalah lantaran mendiami Jimin belakangan ini.
" Mianhada....." ucap Taehyung tulus.
" Kau tak salah Tae, aku akan dengan senang hati menerima kemarahanmu " jawab Jimin yang masih tampak lemas. Mereka memang hanya berdua saja sekarang karena Yoongi memilih untuk menjauh memberi mereka waktu.
" Ania, ku rasa aku memang kekanakan. Seharusnya aku mengerti bahwa bebanmu lebih berat dariku. Seharusnya___"
" Sudahlah, bisakah kita tidak membahas itu. aku ingin bertemu Jungkook sekarang, bagaimana keadaannya?"
Mendengar ocehan Jimin membuat Taehyung memukul kepala anak itu pelan dengan buku di atas nakas.
" Pabbo ya. Kau itu sedang sakit. diam saja di rumah hingga kau sembuh!"
Jimin terkekeh pelan. Rasanya membahagiakan ketika ternyata Taehyung dengan mudahnya menerima Jimin dengan kesalahan ibunya yang tak ringan, namun kemudian kembali terdiam kala mengingat bahwa dirinya sebentar lagi akan kehilangan ibunya juga.
" Neo gwenchana?" tanya Taehyung yang melihat Jimin tiba-tiba terdiam.
" Tae....di sidang selanjutnya, aku sendiri juga akan menjadi saksi atas kejahatan ibuku. Jadi tolong katakan pada Jungkook untuk membantuku, ia kunci dari segalanya "
" Jim__"
" Ini berat bagiku, sangat. Tapi aku sadar banyak yang harus di pertanggung jawabkan oleh ibuku atas kejahatannya. Tenang saja, aku tak apa walaupun sangat menyakitkan. asal kau juga jangan meninggalkanku Taehyung pabbo "
Taehyung terkekeh saat Jimin seolah menyembunyikan bebannya yang sangat menyakitkan. ia hanya tak ingin Jimin semakin sedih. Biarkan mulai sekarang segalanya segera selesai dan menjadikan kehidupan baru lebih bahagia nantinya.
>>>>>
KAMU SEDANG MEMBACA
Still With You
RandomJungkook dan Taehyung hidup bahagia dengan ayah mereka sekalipun tanpa hadir nya seorang ibu. Hingga seseorang hadir dalam hidup mereka, dan dengan antusias mereka juga menyambut dengan kedatangan seorang yang akan mengisi hari-hari mereka. Dia had...