#30

159 6 0
                                    

Suasana hening di dalam mobil Jeon Daehyun. Jungkook yang biasanya aktif bercerita kini hanya diam tanpa melepas genggaman tangannya pada Jimin yang sama-sama duduk di jok belakang. Jimin di buat bingung karena seolah semua orang sedang mengkhawatirkannya sedangkan Jimin justru khawatir pada keluarga Jeon yang tiba-tiba menerima kabar duka.
Sesampainya di rumah duka….
     Ruangan di salah satu rumah duka yang telah di sewa untuk pemakaman Seo Yoon tak begitu banyak pengunjung. Jeon Daehyun yang datang langsung di sambut oleh pihak polisi yang mengurus pemakaman Seo Yoon.
    “ Nak, apapun yang terjadi jangan berpikiran bahwa kita akan meninggalkanmu. Kita ada di sampingmu nak “
     Jimin mulai merasa gelisah saat Daehyun mencoba menenangkannya sedangkan ia tak tahu apa-apa.
    “ Sebenarnya….siapa yang meninggal?”
Jimin bingung apalagi melihat Seokjin, Namjoon, Yoongi yang mendorong kursi roda Hoseok.
    “ Hyung, jelaskan padaku siapa yang meninggal?” tanya Jimin tak sabar pada Yoongi yang juga baru saja datang bersmanya. Mengapa semua orang seolah berduka untuknya sedangkan ia hanya memiliki sang ibu yang ada di penjara.
    “ Ayo masuk Jim…”
   Jimin di temani Taehyung dan Jungkook masuk kesana. Begitu melihat foto wanita tersenyum di bingkai di tata dengan apik dengan hiasan bunga-bunga disana, Jimin meluruh ke lantai di depan peti mati sang ibu. Foto ibunya ada disana. Tapi kenapa? Bukankah ibunya sedang menjalani hukuman?
    “ A…apa ini…jangan bercanda…Tae….apa ini kebohongan? Apa semua orang sedang menghukumku ?” tanya Jimin yang mencoba menahan tangisnya sekuat mungkin. Berharap semua yang terjadi hanyalah kebohongan semata, berharap semua orang sedang menghukumnya dan ia akan menerimanya dengan lapang dada.
    “ Jim…..relakan ibu Seo Yoon agar bisa pergi dengan tenang “ ucap Taehyung dengan airmata yang sudah mengalir entah sejak kapan.
    “ Jimin hyung….”
Jungkook terlihat ingin menenangkan, namun tak juga sanggup karena dirinya juga tidak tahu harus mengatakan apa selain menangis ikut merasakan kesakitan Jimin.
    “ Eo…eomma….hiks….katakan bahwa eomma membohongiku lagi, eomma bilang akan membawaku pergi..hiks….kenapa…kenapa pergi sendiri?”
    “ Eomma….aku ingin ikut eomma hiks….aku ikuuut hiks” ucap Jimin seraya menangis seperti anak kecil yang membujuk ibunya.
    “ Jimin ah….aku tak akan melarangmu bersedih dan menangis, tapi ingatlah bahwa bagaimanapun juga kau tidak akan pernah sendirian. Kami ada untukmu…”
    Kini Seokjin ikut meraih Jimin dalam rengkuhannya. Membiarkan Jimin menangis di pundaknya tanpa peduli jika itu akan membasahi jas nya.
    Hari ini adalah hari yang sangat berat untuk Jimin. semua orang di sana walaupun tak banyak, mereka turut berduka. Jimin benci ibunya, Jimin benci karena ibunya membunuh ayahnya sendiri yang tak tak lain adalah suaminya, Jimin benci ibunya krena sejak kecil tak bisa merasakan kasih sayang sang ibu walaupun ia ada, namun tetap saja. Rasa sayangnya tumbuh lebih besar dari itu semua. Dan itulah sebabnya Daehyun tak membiarkan Jimin sendirian sekarang, anak itu butuh seseorang.
>>>>
    Tiga hari di lewati di rumah duka oleh Jimin. ia di temani oleh Taehyung disana, sedangkan Daehyun pulang setiap malam hari di jam tidur untuk menemani Jungkook. Ingatkan pada mereka bahwa Jungkook tak boleh kelelahan atau kedinginan atau anak itu akan mudah sakit. Namun Jungkook tetaplah Jungkook, tiga hari itu ia tetap datang dan membawakan keperluan Jimin dan Taehyung. hingga akhirnya sekarang tiba waktunya untuk prosesi kremasi. Jasad Seo Yoon di bawa ke dalam krematorium dan jelas Jimin semakin kacau.
    “ Eommaa….hiks…eomma…aku hiks…ikut…”
    “ Tenanglah nak, ayo makan dulu. Taehyung bilang kau hanya minum air putih tiga hari ini. ibu mu tidak akan tenang jika melihat putranya sedih seperti ini”
    “ Ak…aku…ania…maafkan ibu ku…dia sudah banyak kesalahan kepadamu selamu ini…hiks”
Ada rasa sedih ketika Jimin masih tak bisa menyebutnya sebagai ayah hingga saat ini. anak itu masih merasa bersalah hingga sekarang.
    “ Lupakan itu nak, tidak apa. Jangan merasa bersalah untuk apapun. Kau juga putra appa sekarang….ingat itu ne…”
Jimin tak menjawab kecuali dengan tangisannya.
    “ Ayo nak, sekarang Jimin makan ne….Jungkook membawakanmu makanan tadi untuk mu dan Taehyung…”
Daehyun tidak tega melihat Jimin, anak itu terlihat sangat kacau. Lingkaran hitam menghiasi matanya, Taehyung bilang anak itu tak bisa tidur selama tiga hari.
   “ Ak….aku….”
BRUK
    “ Jimin/Hyung!!”
    Semua orang terkejut ketika Jimin jatuh pingsan, beruntung Daehyun dengan sigap menangkap tubuh ringan anak itu.
    “ Namjoon tolong urus proses kremasi hingga selesai ne, Jungkook dan Taehyung ikut ayah ke rumah sakit “
Namjoon hanya mengangguk mengiyakan. Taehyung dan Jungkook langsung mengikuti intruksi sang ayah untuk ikut ke rumah sakit.
>>>>>
    Daehyun serta Taehyung dan Jungkook menunggu Jimin yang sedang di tangani oleh Seokjin. Taehyung menenangkan Jungkook yang sudah menangis karena mencemaskan Jimin. Secara hukum, kini Jimin adalah saudara dan keluarga mereka. Dan melebihi itu semua, keduanya memang telah menganggap Jimin memang bagian dari mereka.
     “ Jimin tak apa Koo, jangan khawatir…” ucap Taehyung menenangkan.
    Tak lama kemudian Seokjin keluar, Daehyun langsung menjadi orang pertama yang menayakan keadaan Jimin.
    “ Bagaimana keadaan Jimin?”
    “ Asam lambungnya naik, kemungkinan stres adalah penyebab utamanya. Apa lagi perutnya belum terisi sama sekali. Jimin akan ku pindahkan ke ruang rawat biasa setelah ini, usahakan hibur dia ya paman. Tidak baik untuk kesehatannya jika terus menerus seperti itu “
    “ Heum…baik Jin “
    Seokjin menghela nafas lega kemudian beralih kepada Jungkook yang hidungnya sudah memerah karena menangis.
    “ Koo mau ikut ke ruangan hyung? Kita periksa dulu bekas lukamu lalu istirahatlah disana, kau terlihat lelah “
   “ Tidak hyung, aku menunggu Jim hyung saja “
   “ Tak apa Koo, ayah dan Taetae hyung yang akan menjaga Jimin hyung. Kau ikutlah Seokjin hyung dulu, periksa lukamu dan istirahatlah “
    Pada akhirnya, Jungkook menurut. Anak itu mengikuti langkah Seokjin ke ruangannya. Meninggalkan Daehyun dan Taehyung yang segera memasuki kamar dimana Jimin di rawat.
>>>>>
    Yoongi saat ini sedang berada di rumah sakit asan untuk menemani Hoseok terapi berjalan. Ya, beberapa hari ini menjadi hari yang sangat melelahkan. Namun setidaknya Yoongi bersyukur karena semuanya telah selesai. Di adopsinya Jimin di keluarga Jeon juga membuatnya sedikit lega karena setidaknya anak itu bisa merasakan kasih sayang seorang ayah. Dan sekarang tersisa Hoseok, Yoongi harus berada disisi Hoseok agar namja itu segera sembuh, bisa berjalan, dan menggapai impiannya yang sempat terhenti.
     “ Hyung…sudah ya, aku lelah “
Ucapan Hoseok menyadarkan Yoongi yang sedang melamun.
    “ Eoh…oke tak apa. Kita bisa lanjut besok “ ucap Yoongi seraya membantu Hoseok duduk di kursi rodanya. Setelah di pastikan oleh perawat, Yoongi kembali mendorong kursi roda itu menuju kamar rawat Hoseok.
    “ Hyung, daripada menemaniku disini lebih baik kau kerja sana!”
    “ Itu terserahku “
    “ Hyung, aku merepotkanmu “ ucap Hoseok lesu. Ia tahu telah banyak merepotkan orang disekitarnya.
    “ Jangan berkata seperti itu atau aku akan menyumpal mulutmu dengan kaus kaki Seokjin hyung “
    “ Yak! Hyung benar-benar tidak berubah eoh “
Yoongi hanya tersenyum simpul.
    “ Hyung, apa jasad ayah Jimin sudah di temukan “
    “ Sudah, semua sudah beres sekarang. Kau tahu kan paman Jeon juga mengadopsi Jimin, setidaknya anak itu tak akan sendirian sekarang.”
    “ Eum “
Ketika mereka berdua sedang berbincang di lorong rumah sakit, tiba-tiba Yoongi melihat Taehyung keluar dari satu ruangan, masih lengkap dengan baju duka. Yoongi yang menyadari hal itu segera Taehyung.
    “ Taehyung ah!”
   Merasa terpanggil, Taehyung menoleh ke arah Yoongi yang semakin mempercepat laju kursi roda Hoseok.
    “ Eoh Yoongi hyung, Hoseok hyung…..”
Jangan heran kenapa Taehyung bisa mengenal Taehyung dan yang lain, Yoongi tentu menjadi penengah.
    “ Siapa sakit? Jungkook kambuh?’ tanya Yoongi
    “ Ah ania….Jimin. dia pingsan saat ibunya di kremasi tadi. Seokjin hyung bilang asam lambung, karena dia juga belum makan apapun selain air tiga hari ini “
    “ Mwo!”
    “ Mian hyung, aku ke kantin dulu ya. Jimin sudah sadar, aku akan membelikannya sesuatu agar dia mau makan “
    “ Eoh..oke “
    “ Hyung….bisakah kita ke ruangan Jimin, aku ingin melihatnya “
     Tanpa menjawab, Yoongi mendorong kursi roda ke ruangan dimana Jimin berada. Ia mengetuknya beberapa kali, setelah terdengar jawaban dari Daehyun Yoongi masuk kesana bersama Hoseok.
    “ Oh Yoongi dan Hoseok, ingin bertemu Jimin?”
Suara itu jelas terdengar di telinga Jimin, namun sayangnya ia memilih bungkam dan sibuk dengan fikirannya sendiri. Anak itu terlihat begitu terpuruk.
    “ Ne paman “
    “ Nak, bisa tolong titip Jimin. sebentar lagi Taehyung pasti datang, aku harus ikut Namjoon mengurus kremasi “
    “ Ne paman, tenang saja. “
    Daehyun beralih kepada Jimin yang hanya menatap mereka dengan sendu tanpa membuka mulut sedikitpun.
    “ Jimin ah, appa pergi dulu ne. Appa akan segera datang lagi jika sudah selesai “ ucap Daehyun kemudian pergi setelah memberi kecupan sayang di kepala Jimin. daehyun benar-benar sosok ayah yang Jimin butuhkan, itulah persepsi Yoongi setelah melihat interaksi mereka. Hanya saja Jimin belum bisa sepenuhnya menerima.
     “ Jim….”
Hoseok menggenggam tangan Jimin, berharap anak itu membuka suara. Namun nyatanya Jimin hanya memandangnya seolah memberitahukan jika ia sudah di ambang batas untuk menepati janji untuk selalu bahagia.
    “ Aku tahu kau sedih, bahkan melebihi itu. tapi tidak seperti ini Jim…..”
Yoongi hanya duduk memperhatikan mereka, ia berharap dengan datangnya Hoseok Jimin akan lebih baik. bagaimanapun juga, mereka sudah seperti saudara sejak dulu. Walaupun Seo Yoon merusak kebahagiaan mereka.
    “ Kehidupan terus berjalan, kau harus bangkit. Jika tidak kau akan tertinggal. Aku tahu saat ini kau memang sedang terjatuh, tapi jangan abaikan uluran tangan orang sekitarmu Jim, kami semua menyayangimu “
    Jimin memandangi Hoseok dengan mata berkaca, mungkin sebentar lagi akan menangis. Ya, dia memang melarutkan segala kesedihannya sendiri, mengabaikan uluran tangan orang lain karena takut menyakiti mereka.
    “ Ini bukan salahmu Jim, semua sdah takdir “
    “ H…hyung, mianhe. Mianhada……”ucap Jimin terbata, airmatanya sudah turun entah sejak kapan. Namun Hoseok dan Yoongi justru tersenyum karena Jimin mau berbicara.
    “ Tidak mau, kau tidak salah apapun. Jadi jangan minta maaf. Oke?”
Entah sihir darimana, Jimin mengangguk. Mencoba membenarkan ucapan Hoseok.
    “ Jim, keluarga Jeon adalah keluargamu sekarang. Jangan abaikan mereka terutama paman Jeon, dia terlihat sedih karena kau tidak menyebutnya ayah.” Imbuh Yoongi, dan lagi-lagi Jimin hanya mengangguk. “ Jangan buat orang di sekitarmu cemas ne, ingatlah jika kau tidak sendiri. Kau sudah membuat Jungkook berjanji agar menemanimu, tapi justru kau yang  meninggalkannya “
Hening, Jimin mencoba merenungkan ucapan Hoseok dan Yoongi yang  benar. Ia harus segera bangkit agar tak tertinggal. Semua orang sudah berada disampingnya sekarang, lalu apa yang membuatnya tak mengejar impiannya dan larut dalam kesedihan?
>>>>>













Yeorobun, kalau story nya ndak memuaskan aku minta maaf bangeeet. Tetap dukung terus dengan vomenjuseyo yaaa🥺

Still With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang