“Ngomong-ngomong … emang ada tetangga kita yang namanya Fathan? Siapa dia? Tetangga baru? Dari mana? Emang kenapa Umma mau nyeritain dia?” Fazha mengajukan sederet pertanyaan.
“Lho, kamu nggak inget sama Fathan? Dulu pas kamu masih SD, dia 'kan tetangga kita. Terus akhirnya kita pindah. Tapi sekarang dia pindah ke sini juga. Umma nggak tau kenapa. Kemaren Umma sempet ngobrol-ngobrol sama dia, tapi nggak banyak,” jelas Suci.
“Oohh, Fathan mantan Fazha?!” pekik Fazha seraya membelalakkan matanya.
“Mantan?!” tanya Hafidz dan Suci.
“Mampus, pake keceplosan lagi,” ucap Fazha dalam hati.
“Hehe it-tu … i-iya itu dulu pas kelas 6 SD,” jawab Fazha sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali.
Hafidz dan Suci tertawa mendengar pengakuan putri mereka itu.
“Ya ampun, Za …! Kisah cinta anak SD ceritanya? Rasain! Pasti kamu malu kalo ketemu dia!” ujar Suci.
“Ih, kalo gitu Fazha nggak mau keluar rumah, ah!" jawab Fazha.
“Ngomong-ngomong … Fathan di sini tinggal sama siapa?” tanya Fazha.
“Kayanya sama anaknya, Za,” jawab Suci yang membuat Fazha terkejut.
“Udah punya anak?!”
“Ya udah, lah!”
“Widihh, istrinya siapa, Ma?” Fazha kembali bertanya.
“Umma juga belom liat dari kemaren. Umma nggak enak kalo banyak tanya. Lagipula … mereka pindah baru 3 hari,” jawab Suci.
“Hmm … gitu,” gumam Fazha.
•
•
•“Fazha beneran nggak mau ikut kita? Biasanya kamu ngebet pengen ikut kalo liburan,” ujar Hafidz.
“Enggak, ah. Fazha mau di rumah aja. Udah mendingan kalian semua cepet berangkat, deh. Akhtar sama Afkar jangan nakal, ya!Jangan nyusahin nenek sama kakek!” ucap Fazha yang diangguki oleh Akhtar, sementara Afkar tak menghiraukannya dan asyik sendiri. Entahlah, Afkar memang beda.
“Ya udah, kita pergi, ya. Assalamu'alaikum,” ucap Suci.
“Wa'alaikumussalam,” jawab Fazha, tak lupa dengan menyalami kedua orang tuanya.
“Dada, Ma …!” teriak Afkar.
“Dada …!” jawab Fazha sembari melambaikan tangannya.
Kini tinggal Fazha sendiri uang ada di rumah. Ia asyik bersantai dan bermalas-malasan.
“Hufft … lama banget nggak ngerasain vibes kaya gini,” ujar Fazha. Tiba-tiba, suara pedagang asongan yang biasa keliling kompleks situ, membuat Fazha langsung bangun dari tempat tidurnya.
“Cilok …!” teriak Fazha yang langsung berlari keluar.
“Bang, cilok 20 ribu, ya,” ujar Fazha.
“Siap, Neng!” jawab orang penjual cilok tersebut.
Tiba-tiba, ada suara anak kecil yang mampu mengalihkan perhatian Fazha. Fazha sontak mengalihkan pandangannya ke arah rumah yang berada tepat di sebelah rumahnya.
“Papa, Zayan mau cilok itu. Boleh, ya.”
“Bentar, ya, Papa ambil uang dulu.”
“What?!” ucap Fazha dalam hati. Ia membelalakkan matanya dan mulutnya menganga.
“Itu Fathan sama anaknya?!” batin Fazha.
Tak lama kemudian, datanglah Fathan bersama Zayan, putra kecilnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Al-Fazha
Teen Fiction[Follow sebelum membaca] Note: Cerita ini merupakan kelanjutan dari "Gus Halalku" ____ Al-Fazha Humaira, yang kini telah menjadi singel parents. Ia harus menjadi ibu, sekaligus ayah untuk kedua anaknya di usianya yang ke-21 tahun, itu masih sangat...