“Ka-kamu beneran? Emang ada buktinya?” tanya Kyai Faqih yang masih tak percaya.
“Demi Allah, Bi. Buktinya ada di HP Mba Fazha. HP nya ada sama Erik,” jawab Gus Azhmi.
“Kamu siap-siap, kita pergi ke rumah Kyai Hasan, ajak Syafa,” ujar Kyai Faqih lalu melangkah pergi.
Kyai Hasan adalah ayah dari Ning Syafa.
•
•
•“Ya ampun, Mas Erik! Kok malah ngasih tau Gus Azhmi, sih?!” bentak Fazha.
Siang itu Erik bersama Qayla datang ke rumah Fazha.
“Y-ya ... emang salah? 'Kan biar jelas semuanya. Kita semua nggak terima kamu difitnah. Biarin aja, sekarang orang-orang di sana lagi sibuk! Apalagi Gus Azhmi sama Ning Syafa,” ujar Erik.
“Setuju!” sahut Suci dan Qayla.
“Kalo semuanya udah selesai ... ka-kamu mau balik lagi, 'kan?” tanya Qayla.
“Itu biar Om yang urus! Kalo memang Fazha mau kembali ke sana, harus sama Om! Nggak ada siapapun yang berhak ngambil Fazha dan mengajaknya pulang!” sahut Hafidz.
“Anak saya bukan sebuah barang yang mudah dibuang, dan diambil kembali saat dibutuhkan! Anak saya punya harga diri! Saya akan kembali meratukan anak saya setelah kepergian suaminya!” imbuhnya.
Perkataan Hafidz mampu membuat Fazha tersentuh. Cairan bening menggenang di sudut matanya.
“I-iya, Om, kita semua ngerti. Om lebih tau mana yang terbaik buat Fazha. Biarin kalo Fazha lebih nyaman di sini,” ucap Erik dengan halus.
“Baguslah kalo gitu. Tunggu semua masalah di sana selesai dulu, baru Fazha kembali ke sana,” jawab Hafidz.
“Eumm ... makasih buat Mas Erik sama Qayla yang udah bela-belain dateng ke sini, ya,” lirih Fazha yang hanya dibalas senyuman oleh keduanya.
“Nih, HP-nya. Jangan ditinggal-tinggal lagi!” Erik mengembalikan ponsel milik Fazha.
“Makasih,” jawab Fazha.
“Oh iya, si kembar mana?” tanya Qayla.
“Ooh, mereka main,” jawab Fazha.
"Sama siapa? Emang mereka punya temen di sini?
“Ada.”
“Siapa?”
“Ahh, udah nanti aja kuceritain.”
•
•
•“Ummi mana, sih, lama banget,” gerutu Kyai Faqih yang saat itu bersiap hendak pergi ke rumah besannya. Sementara Nyai Fatimah sedang menceramahi Ning Syafa tentunya, entah dengan cara apa.
“Nggak jadi pergi, Bi!” ketus Gus Azhmi lalu kembali masuk ke dalam.
“Lho, kok nggak jadi?!” bentak Kyai Faqih.
“Ah, udah nggak usah! Males juga.”
“Kita harus ke sana, Azhmi!”
"Nggak usah, lho, Bi!"
"Kenapa?!"
"Ya pokoknya nggak usah!"
"Kamu kenapa plin-plan, sih?! Ya udah kalo gitu Abi udah males ikut campur urusan kamu! Selesaikan sendiri! Abi nggak mau tau! Jangan harap Abi bantuin kamu!" bentak Kyai Faqih lalu masuk lebih dulu.
Keadaan keluarga saat itu benar-benar sedang kacau, ditambah lagi suasana yang kian memanas.
“Nggak usah pergi!” bentak Kyai Faqih yang mengejutkan Ning Syafa dan Nyai Fatimah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Al-Fazha
Teen Fiction[Follow sebelum membaca] Note: Cerita ini merupakan kelanjutan dari "Gus Halalku" ____ Al-Fazha Humaira, yang kini telah menjadi singel parents. Ia harus menjadi ibu, sekaligus ayah untuk kedua anaknya di usianya yang ke-21 tahun, itu masih sangat...