“Aahh, udah males pokoknya!” Ning Salwa melemparkan tote bag yang berisi kado ulang tahun si kembar.
“Dah, nggak jadi ngirim! Mba Fazha juga kenapa nggak bawa HP, sih? Jadi nggak bisa dihubungi, 'kan?! Andai aja kemaren sebelum Mba Fazha pergi aku udah ada di rumah. Nggak akan kubiarin Mba Fazha angkat kaki dari sini,” ucap Ning Salwa dalam hati.
“Liat aja nanti, pasti si Syafa yang bakal pergi dari keluarga ini, dan Mba Fazha bakal balik ke sini!”
•
•
•“Kamu kenapa, Mi? Kenapa melamun … mulu? Muka-muka banyak masalah, nih. Dan … sikap kamu aneh dari kemaren. Ada masalah apa? Siapa tau Abi bisa bantu,” ucap Kyai Faqih pada Gus Azhmi yang saat itu sedang berada di teras belakang rumah.
“Ah, i-itu. Eng-enggak, kok, nggak ada masalah apa-apa. Semuanya … baik-baik aja, kok,” jawab Gus Azhmi dengan tersenyum canggung.
Kyai Faqih tersenyum simpul lalu berkata, “Abi hafal banget sama ketiga anak Abi. Dari pola pikirnya, sikapnya, ekspresinya, pokoknya Abi tau.”
Sejenak Kyai Faqih menghela nafas lalu melanjutkan perkataannya, “Yaa, kalo misalnya kamu ada masalah pribadi, Abi hargai privasi kamu. Tapi kalo masalahnya serius, dan sekiranya kamu nggak bisa nyelesaikan sendiri, Abi wajib tau.”
“Ya Allah, aku harus apa? Aku sangat mencintai Syafa. Tapi di sisi lain … aku kecewa dan merasa bersalah banget sama Mba Fazha. Bodoh banget, sih …,” ucap Gus Azhmi dalam hati.
“Tuh, 'kan! Ngelamun lagi.” Kyai Faqih menepuk pelan pundak putranya itu.
“Oh, iya. Ma-maaf, Bi. Ah, entah kenapa … akhir-akhir ini Azhmi kaya nggak fokus. I-iya, itu aja,” jawab Gus Azhmi dengan raut wajahnya yang tegang.
“Dasar!” Kyai Faqih tersenyum kecut lalu beranjak dari tempat duduknya.
“Ah, bodo amat!” batin Gus Azhmi. Ia turut bangkit dari duduknya dan pergi menuju kamar.
•
•
•“Syafa!” Gus Azhmi memanggil istrinya itu dengan tatapan tajamnya.
“I-iya?” jawab Ning Syafa.
“Ekhem, yakin mau pisah?” tanya Gus Azhmi.
“Hah? Ma-maksudnya?” Ning Syafa kembali bertanya karena tak paham maksud Gus Azhmi.
“Aku denger-denger, 3 hari yang lalu kamu ngobrol sama seseorang di depan cafe, terus kamu bilang ke dia, kalo kita bakal cerai setelah anak kita lahir. Dan … finally, anak kita gugur, dan kamu udah nggak hamil, 'kan? Silahkan,” ucap Gus Azhmi dengan lantang.
“Ma-maksud Mas Azhmi apa? Ak-aku nggak pergi ke cafe, kok.” Ning Syafa terkejut dengan apa yang baru saja diucapkan oleh suaminya itu, dari mana ia bisa mengetahuinya?
“Nggak mungkin. Aku ini punya ikatan batin sama kamu,” jawab Gus Azhmi dengan tersenyum smirk.
“Demi Allah, Mas!” bentak Ning Syafa.
“Nggak usah bawa-bawa sumpah! Kalo kamu kasar, aku bisa lebih kejam! Aku tau apa yang kamu mau! Kamu mau kita cerai, 'kan?! Terus kamu mau menikah sama laki-laki itu! Iya, 'kan?!” bentak Gus Azhmi.
“Pantes aja selama ini Salwa, Erik, Mba Fazha, mereka semua kurang suka sama kamu! Ternyata kamu kaya gini. Kamu jahat, Syafa! Secara nggak langsung, kamu sengaja membunuh anak kita dengan mengatasnamakan Mba Fazha!”
“Aku tau semuanya! Aku tau semua rencana yang udah kamu tata rapi! Tapi sengaja aku tahan buat nggak meluapkan semuanya. Masih untung aku marah-marah gini ke kamu bukan di depan keluarga!”
“Mas Azhmi, ak-aku nggak, a-aku bisa jel–” Ning Syafa mencoba meraih tangan Gus Azhmi namun sang empunya langsung menariknya.
“Aku nggak sudi nyentuh tangan seorang perempuan yang pernah disentuh sama laki-laki lain!” geram Gus Azhmi lalu keluar dari kamar.
•
•
•“Lho, Azhmi? Kamu kenapa?!” bentak Kyai Faqih saat melihat Gus Azhmi menangis seraya duduk di anak tangga yang menuju lantai atas.
“Hah, kenapa?!”
Gus Azhmi tak menjawab, ia hanya menggeleng sembari sesekali menyeka air matanya.
“Nggak mungkin kalo nggak ada apa-apa. Kamu itu orangnya nggak ekspresif kaya Azhka! Nggak biasanya kamu kaya gini,” ucap Kyai Faqih.
“Ada masalah, ya, sama Syafa? Tadi Abi denger ada ribut-ribut. Kenapa? Ada apa? Cerita, lah. Kita selesaikan bersama,” imbuhnya.
“Jawab, Azhmi! Firasat Abi juga buruk dari kemaren!” bentak Kyai Faqih.
“Azhmi mau talak Syafa!” Jelas, padat, dan singkat, apa yang dikatakan Gus Azhmi.
“Bercanda kamu?! Itu bukan hal yang sepele, itu masalah serius Azhmi! Pernikahan itu bukan permainan. Apa sebabnya?!”
“Dia munafik, Bi. Dia jahat. Yang pertama, dia selingkuh sama laki-laki lain. Yang kedua, ternyata dia memang sengaja nabrakin diri ke mobilnya Mba Fazha, sampe-sampe bikin keluarga besar nyalahin Mba Fazha. Dan secara nggak langsung, dia sengaja gugurin kandungnya,” jelas Gus Azhmi.
Deg!
Kyai Faqih teringat akan mimpinya kemarin malam. Saat ia bermimpi melihat putra kembarnya bertengkar. Dan saat itu Gus Azhka menyalahkan Gus Azhmi karena tidak bisa mendidik istrinya dengan benar.
“Azhka,” lirih Kyai Faqih.
•
•
•“Ciee … OTW pengadilan, nih …!” Ning Salwa mondar-mandir di depan kamar Gus Azhmi. Ia sengaja mengeraskan suaranya untuk menyindir Ning Syafa.
“Huh! Apaan, sih, tu orang! Nggak tau lagi panik, apa! Aarghh, aku harus ngelakuin apa …!” geram Ning Syafa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Al-Fazha
Teen Fiction[Follow sebelum membaca] Note: Cerita ini merupakan kelanjutan dari "Gus Halalku" ____ Al-Fazha Humaira, yang kini telah menjadi singel parents. Ia harus menjadi ibu, sekaligus ayah untuk kedua anaknya di usianya yang ke-21 tahun, itu masih sangat...