Part 20

1K 76 3
                                    

“Apa bener Bang Varo suka sama Fazha, ya? Ah, ya biarin. Kenapa aku iri? Aku bukan siapa-siapanya Fazha, 'kan? Lagipula … ini 'kan hak Bang Varo mau suka sama siapapun,” ucap Fathan dalam hati. 

“Hehe, siapapun orangnya, aku dukung, Bang!” ujar Fathan dengan wajah sumringah.

“Yakin mau dukung? Abang aja nggak yakin sama diri Abang sendiri,” jawab Varo.

“Harus yakin, dong. Cinta itu butuh perjuangan,” ujar Fathan.

“Yaah, liat aja nanti,” jawab Varo lalu beranjak dari duduknya.

“Cie … ada orang kasmaran, nih,” ledek Fathan yang hanya dibalas senyuman oleh Varo.



Keesokan harinya…

“Mas Azhmi nggak jadi cerai?” bisik Ning Salwa dengan Umminya. Pagi itu mereka sedang berada di dapur menyiapkan sarapan.

“Enggak. Mas-mu itu terlalu baik. Tapi Abi sama Ummi tetap menghargai keputusan dia, kok. Dia ngasih kesempatan ke-2 buat istrinya. Semoga … keputusan Mas Azhmi kali ini ada di jalan yang benar, ya,” lirih Nyai Fatimah, Ning Salwa pun meng-aamiin-kannya.

“Tapi Ummi lagi nggak mood. Lagi males bicara sama Syafa!” imbuh Nyai Fatimah.

“Terus Mas Azhmi mau nempatin rumah barunya sama Mba Syafa kapan?” tanya Ning Salwa.

“Katanya, sih, hari ini. Syukurlah, lebih cepat lebih baik! Ah, ya udah ayo cepetan beresin. Habis ini kamu mandi terus siap-siap, kita ziarah ke makam Mas Azhka, ya,” ujar Nyai Fatimah.

“Iya, Ummi,” jawab Ning Salwa dengan tersenyum penuh kepuasan.



“Sini HP kamu!” Gus Azhmi merebut dengan kasar ponsel yang Ning Syafa pegang, dan Ning Syafa hanya pasrah.

“Semuanya udah siap, 'kan? Nanti sore kita pindah. Aku bakal ambil cuti di kantor aku, aku juga bakal izin sama Abi buat nggak ngajar di pesantren selama 1 minggu. Aku bakal full di rumah ngawasin kamu!” imbuh Gus Azhmi.

“Kalo sekali lagi kamu berani pergi tanpa izin dari aku, bahkan kamu berani macem-macem di luar sana, aku pulangin kamu ke rumah orang tua kamu. Paham?!” bentak Gus Azhmi.

“Pa-paham,” lirih Ning Syafa dengan matanya yang berkaca-kaca.

“Nggak ada yang perlu ditangisi! Nggak usah merasa jadi yang paling tersakiti! Udah telat! Nanti siang Mba Fazha pulang ke sini. Kamu inget, 'kan, apa yang dibilang Ummi kemaren?!”

“Inget.”

“Baguslah kalo gitu.”

Gus Azhmi keluar dari kamar setelah mengucapkan kata-kata terakhirnya.



Di sisi lain…

“Kamu siap pulang hari ini?” tanya Hafidz.

“Fazha siap, Bi,” jawab Fazha dengan halus.

“Yeyy, kita pulang! Akhtar kangen banget sama nenek di sana,” sorak Akhtar.

“Afkar kangen main sama Om Azhmi, sama Reyna, sama Muti juga,” timpal Afkar.

“Abi sama Umma … nggak dendam, 'kan?” lirih Fazha.

Hafidz menghela nafasnya lalu tersenyum dan berkata, “Enggak, Za. Kita semua memaafkan kesalahan keluarga mertua kamu. Iya, 'kan, Umma?”

“Iya … nggak baik dendam-dendam. Apa lagi ini 'kan keluarga sendiri,” jawab Suci.

Perjalanan Al-FazhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang