dari mata sam | 7. melodi terakhir

1.1K 105 21
                                    

[7 | melodi terakhir]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[7 | melodi terakhir]

"Lo pada ikut ya waktu ultah Kinar. Bisa nggak?"

"Liat sikon dulu sih gue."

"Gue juga. Kemaren Yure sempet minta temenin ngemal."

"Lo, Sam?"

"Boleh."

Jawaban singkat Sam disusul dengan terpekur, yang seketika membersitkan sebuah ide. Seperti bagaimana kaktus yang sekarang bertengger di bingkai jendela kamarnya dan selalu membuat Sam merasa tenang hanya dengan melihatnya, apa yang kira-kira bisa Sam berikan dan Kinar mampu menikmati kehadirannya?

"Lo pada bakal nonton Elysian nggak? Gue mau ngado Kinar tiketnya masa. Biar tuh anak nggak dengerin Lauv mulu. Gue sekalian jejelin Maliq sama The Overtunes." Helga tertawa. "Tapi siapa tau dia nggak minat, nanti gue kasih deh kalo lo pada ada yang butuh."

"Elysian kapan sih?"

"Masih bulan depan. Lumayan banget gue dapet presale-nya."

"Emang Kinar beneran nggak dengerin artis lain apa selain Lauv?" Sam bertanya.

"Ya nggak separah itu sih, cuma gue boseeeeen abis. Kok bisa ya ada orang dengerin lagu itu-itu aja?"

Kemudian di suatu perjalanan pulang usai sekolah, memori-memori lampau menerpa sudut pikiran Sam di sepanjang jalan-jalan yang pernah dilaluinya bersama Kinar. Lalu Sam dibawa kembali mengunjungi momen-momen mereka berdua. Di sudut sekolah, di Bali, di kompleks rumah gadis itu, di pelataran parkir kafe. Tiap momen itu seperti mengundang berbagai nada dan lirik yang pernah Sam dengar dan hafal; lagu-lagu yang menyuarakan perasaan Sam ketika berada di sekitar gadis itu.

Terinspirasi dari Helga, Sam juga ingin ikut mengenalkan banyak melodi yang barangkali belum Kinar kenal. Berharap, di balik itu, Sam ingin Kinar tahu kalau kehadiran gadis itu membuat hari-hari Sam lebih bernada, mulai dari yang semarak hingga yang melegakan.

"Lo beneran naksir dia?"

Dan tak terkecuali, termasuk nada-nada risau yang kini mengelilinginya. Nada itu mengalun saat Sam melihat Raka kembali dengan senyum riang usai membantu Kinar membawakan beberapa barang ke ruang jurnalistik. Sam sempat menangkap keduanya berbincang.

"Hah? Naksir siapa?"

"Itu, si Kinar."

"Oh." Senyum itu lagi. Apakah tidak suka adalah kata yang tepat? "Jadi, lo mau bantuin gue nggak, Sam? Lama juga nih lo mikir-mikirnya."

Ketukan nada lain beriringan dengan benak Sam yang penuh oleh khawatir, pahit, dan ... cemburu. "Sorry, tapi gue nggak bisa, Rak."

"Lah, napa? Emangnya lo nggak deket-"

"Gue naksir dia," tukas Sam. Lalu kalimat selanjutnya lebih mantap. "Gue suka Kinar."

Berikutnya, semua emosi yang terbendung sebelumnya perlahan menyurut, digantikan oleh sepenuh-penuhnya yakin. Ia pun membulatkan tekad sambil menghitung hari.

twinkles.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang