Lady Blacksmith

9 2 1
                                    

Altan Khan membawa kembali Taban ke perkemahannya. Taban diperlakukan sebagai budak belian biasa yang dibawa ke dalam perkemahan oleh Altan Khan karena mereka tidak tahu siapa Taban. Namun Altan Khan, Qacha dan Aylin yang mengenal Taban memberikan perhatian khusus kepadanya. Alih - alih diistirahatkan dan diberikan tugas keesokan harinya, mereka berusaha untuk menenangkan Taban yang mentalnya sedang terguncang.

"Apa yang terjadi, Taban?," tanya Altan Khan.

Taban yang ditutupi oleh selimut meminum segelas air panas sebelum ia menjawab, "Klan Ashide menyerangku dan Khaltmaa saat kami melarikan diri ke Kerajaan Tangut. Kami berharap pergi jauh ke barat meninggalkan Steppa Barat. Sayang mereka mencegat kami."

"Lalu di mana Khaltmaa?"

"Dia diculik. Aku tidak tahu apa yang terjadi dengannya, tapi aku sepertinya kehilangan dia."

"Dia dibunuh?!"

"Bukan itu maksudku. Huh... sepertinya dia diambil istri oleh orang - orang Klan Ashide."

"Ah... maafkan aku."

"Tidak masalah."

Taban terdiam. Ia lalu menggegam kuat - kuat gelas yang ia pegang dan melemparnya setelah ia berdiri. Altan Khan dengan cepat berjongkok di depan Aylin dan Qacha untuk melindungi mereka.

"Sial!," Taban menjadi tidak stabil dan murka, "dasar keparat! Aku bunuh dia suatu hari nanti!"

"Taban, tenanglah...," kata Qacha.

"Jangan suruh aku tenang! Kau punya Morokha di sampingmu! Kau juga pernah merasakan punya keluarga! Kau tidak akan mengerti perasaanku!," Taban bertambah marah.

"Taban..."

"Aku...," Taban tiba - tiba menitikan air matanya, "aku hampir memiliki seseorang untuk menemaniku. Aku selalu sendirian, Qacha. Orangtuaku, saudara - saudaraku, klanku... aku tidak punya siapa - siapa lagi selain Khaltmaa."

"Kau memilikiku, Taban. Aku masih sepupumu."

"Aku tahu. Maafkan aku, Qacha," Taban kembali duduk dan mencoba untuk menenangkan diri, "hanya saja, aku sangat bahagia saat akan menikah. Aku merasa akhirnya memiliki seseorang yang menjadi keluarga dekatku."

Taban lalu memandang Altan Khan. Dengan cepat ia memasang posisi tubuhnya ke arah teman lamanya itu dan bersujud di depannya.

"Altan, aku bersedia menjadi bawahan atau budak atau apa saja yang kau inginkan," kata Taban, "tapi tolong bantu aku mendapatkan Khaltmaa kembali."

"Taban, tidak ada yang tahu bagaimana nasib Khaltmaa sekarang. Aku takut jika dia mati, kau..."

"Aku tidak peduli. Jika dia hidup, tidak peduli bagaimana kondisinya, aku akan bawa ia pulang dan kunikahi. Tapi jika dia mati, setidaknya aku tahu bagaimana nasibnya dan di mana ia dikubur."

"Baik Taban, aku akan melakukan hal itu. Aku akan membalaskan dendammu dan merebut Khaltmaa kembali untukmu."

"Terima kasih banyak, Altan. Aku tahu aku bisa meminta pertolongan darimu."

"Namun, aku tidak bisa langsung membantumu. Jumlah anggota klanku masih kecil. Aku perlu meningkatkan jumlah anggota klanku sebelum bisa berperang dengan klan lain."

"Aku mengerti. Aku akan membantu merekrut sebanyak mungkin anggota."

"Untuk sekarang kau istirahat saja dulu. Aku berikan waktu satu minggu."

"Aku bisa bekerja besok. Percaya padaku."

....

Pada malam hari setelah pertemuan dengan Taban, Aylin menemani Altan Khan bersantai seperti biasanya di dalam tenda mereka. Momen seperti ini biasanya dipakai Altan Khan untuk melepas lelah setelah seharian mengatur perkemahannya serta merencanakan apa yang akan klan lakukan untuk ke depannya. Namun kali ini, sebelum ia melakukan itu, Altan Khan meminta Aylin untuk berbicara sebentar dengannya.

Leaving My Miserable Old Life Into A Dangerous, Horse Riding New LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang