Rise of Mazaalai Clan

4 2 0
                                    

Meskipun Altan telah menetapkan ambisinya dalam sumpah, namun Altan sama sekali tidak tahu bagaimana ia bisa mengumpulkan pengikut. Ia bukan seorang bangsawan. Ia hanya memiliki reputasi yang jika dipikirkan kembali cukup biasa saja. Akan cukup sulit baginya untuk mengumpulkan pengikut. Maka ia memutuskan untuk kepada seorang ningrat yang memang ia kenal dengan cukup baik.

"Bagaimana menurutmu, Aylin?," tanya Altan kepada istrinya, satu - satunya bangsawan yang bisa ia percaya saat ini.

"Hm... kau ingat wanita muda dari Klan Khakas itu? Ambil saja dia menjadi istri keduamu dan bentuk aliansi dengan Klan Khakas."

"Ahahaha... lelucon yang bagus, Aylin."

Aylin memasang wajah datar. Seketika Altan tahu istrinya itu serius.

"Aylin, mengambil istri lain adalah hal terakhir yang akan kulakukan. Aku tidak mau melukai perasaanmu."

"Setiap wanita di steppa selalu diberi tahu bahwa jika kau menikahi seorang khan, kau harus siap antara menjadi istri kedua atau suamimu mengambil istri lain. Belum termasuk jika dia mengambil selir."

"Aylin, Aylin dengar," Altan mendekati Aylin dan memegang kedua pipinya, "aku tidak mau menikah lagi. Aku sangat mencintaimu. Kau adalah satu - satunya wanita untukku. Bahkan untuk aliansi, aku tidak ingin mengambil istri lain."

"Altan," Aylin menurunkan kedua tangan Altan dari pipinya, "tolong sampingkan perasaanku demi agendamu. Pada akhirnya, ambisimu adalah untuk kebaikanku dan semua orang di steppa."

"Tapi tetap saja..."

"Selalu pikirkan yang terbaik untuk banyak orang meski harus menyakiti satu orang, Altan. Itulah arti menjadi seorang pemimpin. Di setiap kebahagian, akan ada yang sedih. Di setiap kesedihan, akan ada yang senang. Kau tidak bisa membuat semua orang senang. Tidakkah hal itu masuk akal?"

"Itu benar..."

Altan terlihat lesu. Poligami adalah sebuah konsep yang sangat asing dan salah di pikirannya. Pandangannya tentang relasi seperti itu bertambah aneh ketika Aylin tampak tidak keberatan sama sekali seolah hal itu adalah hal yang normal baginya. Aylin menyadari bahwa suaminya itu masih merasa keberatan dengan konsep itu. Ia menghela nafasnya karena ia masih perlu untuk meyakinkan Altan bahwa ia tidak masalah jika mengambil istri selain dirinya.

"Jika kau masih memikirkan apa yang akan kurasakan, aku ingin membuat kesepakatan denganmu," kata Aylin.

"Katakan."

"Aku akan menjadi permaisuri dan istri utamamu, hanya aku wanita yang bisa memberimu nasehat, hanya aku yang memberi persetujuan apa seorang wanita pantas menjadi istri atau selirmu, aku yang harus tidur di sampingmu setiap malam, hanya anak - anakku yang bisa diwarisi dan bergelar, aku harus menjadi orang yang mengatur bagaimana istri - istri yang lain serta para selirmu hidup di perkemahan dan hanya aku yang boleh masuk ke tendamu. Bagaimana?"

"Baik, aku setuju akan hal itu."

"Syukurlah kau sudah bisa memakai kepalamu, Altan."

"Tapi ingat kata - kataku, Aylin," Altan tersenyum lebar, "aku akan menyulitkan diriku sendiri untuk menikahi wanita lain."

"Kau... ugh!, kau keras kepala sekali..."

"Itu karena aku sangat mencintaimu, Aylin."

"Huh... sepertinya memang sulit untuk berlogika dengan seseorang yang dimabuk cinta. Terserah apa keinginanmu. Tapi selalu ingat untuk menempatkan kepentingan banyak orang terlebih dahulu."

Aylin menyadari wajah Altan semakin mendekat ke wajahnya. Ia memajang wajah yang manis dan bersenyum sangat lebar. Aylin tahu Altan ingin perhatiannya dan mungkin sedikit ketika ia memasang wajah seperti itu.

Leaving My Miserable Old Life Into A Dangerous, Horse Riding New LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang