Leaving My Miserable Old Life Into A Dangerous, Horse Riding New Life

Clash of Two Empires

Ketika pemimpin pengkhianat kembali ke ibukota Peradaban Selatan, Chang'an, Nyonya Lei dan Jenderal Lei murka. Mereka tidak terima salah satu abdi dalam istana diperlakukan dengan kejam oleh orang - orang barbar di utara.

Pemimpin pengkhianat tidak hanya sekedar ditandai dengan penanda hewan dan dikebiri. Anak buah Altan Khan juga memotong satu telinga dan hidungnya sebelum ia dilepaskan. Hal ini adalah sebuah penghinaan yang besar. Penandaan hanya dilakukan kepada hewan ternak sementara kebiri dilakukan kepada hewan peliharaan dan kasim rendah dari luar Peradaban Selatan, menunjukan bahwa Altan Khan memandang bangsa Peradaban Selatan sebagai hewan rendahan.

Jenderal Lei mengirim 200.000 prajurit di bawah kepemimpinan Zang Shi, seorang jenderal veteran berusia 68 tahun yang telah berpengalaman dalam menangani masalah terkait bangsa nomaden. Bersamanya juga terdapat dua jenderal muda, Kong Ji dan anaknya, Zang Huan.

Zang Shi sama sekali tidak berniat untuk mengangkat senjata dan melawan Altan Khan secara langsung. Ia percaya Altan Khan dapat diajak untuk bernegosiasi dan mungkin juga disuap agar tidak lagi menyerang wilayah Dinasti Bei. Lelaki tua itu bahkan yakin bisa membentuk sebuah pakta yang dapat menjadi awal perdamaian bagi kedua bangsa. 200.000 prajurit di belakangnya hanyalah alat untuk mengintimidasi Altan Khan agar ia dapat membentuk perjanjian yang lebih menguntungkan Peradaban Selatan.

Zang Shi memutuskan untuk mendirikan perkemahan setelah mereka keluar dari area gurun. Dari sana, ia akan melakukan patroli dan pemantauan area sebelum melakukan negosiasi untuk berjaga - jaga jika perang pecah. Ia juga memastikan rute suplai untuk pasukannya dari perkemahan ke Chang'an aman meski harus melewati gurun yang berjarak satu hari perjalanan tanpa henti.

"Aku sama sekali tidak memiliki rencana untuk berperang dengan mereka. Aku hanya ingin membuat perjanjian dengan mereka dan pulang," kata Zang Shi kepada para bawahannya, "bagaimana menurut kalian?"

"Aku setuju, jenderal," kata Zang Huan dengan nada formal, "aku tidak melihat keuntungan berperang dengan mereka. Sebaiknya kita simpan prajurit - prajurit kita untuk melawan musuh - musuh kita di selatan".

"Bagaimana denganmu, Kong Ji?"

"Semua bangsa steppa itu sama saja," buka Kong Ji, "berikan uang dan mereka akan mencium sepatu kita seperti biasa".

"Bagaimana dengan yang lain?"

Para bawahan Zang Shi yang lain setuju dengan pendapat komandan mereka. Mereka sadar semakin cepat perang dengan bangsa nomaden selesai semakin cepat juga mereka akan pulang dan mengakhiri perang yang sebenarnya tidak harus dilakukan secara berkepanjangan. Maka, diputuskan bahwa mereka harus melacak keberadaan perkemahan utama Altan Khan sebelum mengirim diplomat untuk membahas kemungkinan damai.

....

Di sisi lain, Altan Khan mengumpulkan 20.000 prajurit berkuda sebelum Zang Shi datang dengan beberapa lagi akan datang menyusul. Seperti yang dapat dilihat, prajurit Altan Khan kalah 10 banding 1 dengan pasukan Zang Shi. Meski begitu, tanah steppa dan area di sekitarnya adalah rumahnya dan para bawahan Altan Khan datang dari segala penjuru steppa. Dalam hal ini, Altan Khan berniat menggunakan daerah gurun untuk memutus pengiriman suplai dan komunikasi pasukan Zang Shi. Maka, ia memanggil seorang spesialis gurun yang dapat membantunya dalam melaksanakan niatannya itu.

"Tuan memanggilku?," tanya komandan pasukan yang Altan Khan baru saja pilih siang hari sebelumnya.

"Selamat datang, Kheshig. Aku senang bisa bertemu denganmu lagi di luar kurultai."

Kheshig adalah pilihan Altan Khan untuk mengisi posisi komandan pasukan utamanya. Pilihan ini adalah pilihan yang cukup kontroversial. Hal ini karena Kheshig bukan murni seorang prajurit. Dia adalah penjaga karavan yang jarang melihat pertarungan, lebih - lebih memimpin pasukan bersenjata. Kheshig juga tidak pernah berpartisipasi dalam peperangan apapun di bawah pemerintahan Altan Khan.