Arrival

3 1 0
                                    

Seorang pria berjalan di atas dinding tembok sebuah kota seperti hari - hari biasanya. Tembok besar itu menghadap ke dataran rerumputan yang luas di depannya di mana tembok itu menjadi pemisah antara orang - orang beradab di dalam Kerajaan Tangut dengan para pengendara nomaden liar di luar sana. Ia selalu menghadap ke daerah rerumputan itu, berharap sesuatu yang menegangkan atau menghibur terjadi.

Tembok itu adalah tembok kota Heqing, kota sekaligus benteng pertama yang menjadi pertahanan Kerajaan Tangut di sisi barat wilayahnya. Tembok kota itu adalah sebuah simbol keangkuhan dan kekuatan dari Kerajaan Tangut di mata orang - orang steppa. Tembok yang tinggi dan tebal itu adalah sebuah hal yang mustahil bagi para pengendara kuda nomaden yang bahkan hampir tidak pernah melihat tembok untuk ditembus. Belum termasuk puluhan ribu prajurit bersenjata dan berperlengkapan lengkap yang menjaga kota gerbang kota itu.

"Lapor, Tuan Pangeran," kata seorang penjaga kota.

"Katakan."

"Anggota regu patroli malam memberi laporan tentang kedatangan sebuah klan dari wilayah steppa."

"Klan nomaden? Klan apa dan siapa pemimpin mereka?"

"Nama klan itu adalah Klan Mazalaai dan pemimpin mereka bernama Altan Khan."

"Aku tidak pernah mendengar mereka. Baik, biarkan mereka istirahat dulu di luar gerbang. Aku akan menemui mereka jam satu siang nanti."

....

Klan Mazalaai bertemu dengan regu patroli malam Kerajaan Tangut ketika regu itu dalam perjalanan kembali ke Kerajaan Tangut. Kapten Wen, kapten regu itu, mengirim seorang pengendara kudanya untuk menginformasikan kedatangan klan nomaden itu sementara ia dan prajuritnya yang lain mengawal Klan Mazaalai menuju Heqing sesuai protokol kerajaan.

"Pangeran Hong Ou akan menemui kalian untuk bernegosiasi mengenai penyerahan diri kalian," kata Kapten Wen, "selama menunggu, kalian hanya boleh menunggu di dekat gerbang kota."

"Kami paham," kata Altan Khan pendek.

"Dan jangan buat kekacauan. Jika aku mendengar ada masalah yang melibatkan kalian, aku kirim kalian ke broker budak."

Altan Khan berpikir, "hmph, ketus sekali."

Altan Khan dan para pengendara kuda klannya berhenti di dekat gerbang kota untuk menunggu panggilan dari Pangeran Hong Ou. Setelah mereka mengetahui Pangeran Hong Ou akan memanggil Altan Khan untuk bernegosiasi setelah jam makan siang, Altan Khan memerintahkan pembuatan perkemahan di sebuah bukit di dekat gerbang kota dan mengistirahatkan para pengikutnya.

"Aylin, aku perlu pendapatmu," kata Altan Khan di dalam tendanya.

"Iya?"

"Apa poin perjanjian yang menurutmu harus kita dapatkan?"

"Menurutku kita harus bisa dengan leluasa merekrut sebanyak mungkin pengendara kuda, hak untuk menyimpan rampasan perang dan hak menolak panggilan perang selama lima atau enam tahun."

"Sepertinya untuk yang terakhir agak sulit diterima oleh mereka, hm?"

"Yah... bagian itu untung - untungan. Jika Kerajaan Tangut melihat kita sebagai satu lagi pion untuk mengamankan perbatasan mereka, aku rasa mereka tidak akan keberatan. Tapi jika mereka melihat kita sebagai klan bayaran yang bisa mengisi kekuatan militer, mereka pasti akan meminta kita untuk menjawab panggilan perang."

"Semoga saja kita hanya dilihat sebagai pion. Aku tidak yakin jumlah kita bisa bertambah jika kita mengikuti perang Kerajaan Tangut."

"Oh, satu hal lagi. Aku ingin klan kita punya akses masuk ke dalam kota."

Leaving My Miserable Old Life Into A Dangerous, Horse Riding New LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang