Altan's Oath

5 3 0
                                    

Altan telah berjalan selama beberapa hari semenjak ia melarikan diri dari Klan Khiyad. Kini ia tidak lagi berada di padang gurun yang panas, namun ia telah menapakan kakinya kembali di rerumputan steppa yang hijau. Altan cukup terkejut ia bisa melarikan diri cukup jauh dari gurun seolah Klan Khiyad tidak mengejarnya sama sekali.

Altan sama sekali tidak tahu ia berjalan ke mana. Ia tentu tahu ia berjalan ke barat laut menilai posisi matahari saat terbit. Namun Altan belum memutuskan ke mana ia harus pergi tepatnya karena ada banyak tempat yang mengarah ke sana. Sekarang sudah musim panas di steppa. Klan Baidar dan Aliansi Steppa Utara tentu sudah berpindah perkemahan sesuai tradisi. Satu - satunya tempat yang sebaiknya ia datangi adalah sebuah tempat yang tenang untuk dirinya beristirahat sejenak.

"Gunung Saaral... aku bisa melihatnya sekarang..."

Altan melihat barisan pegunungan dari kejauhan dengan Gunung Saaral sebagai puncak tertingginya. Ia merasa sangat senang karena ia akhirnya menemukan tujuan pasti ke mana ia harus berjalan. Namun Gunung Saaral masih terlihat sangat berkabut. Artinya ia masih harus berjalan lebih jauh lagi.

Altan melanjutkan perjalanannya. Ia tidak pernah berhenti di berjalan ketika ia tidak mengantuk atau lapar. Altan sudah sangat lelahan dan selalu ada di batas tenaganya. Tapi pengetahuan bahwa ia akan lebih mudah ditangkap jika terlalu banyak berhenti adalah hal yang membuatnya terus berjalan.

Selama melarikan diri, Altan selalu mengharapkan embun pagi untuknya minum, serangga - serangga dan bangkai bekas binatang makan sebagai makanan dan celah - celah sebagai tempat tidurnya. Terkadang ia tidak bisa menemukan tempat untuk tidur, sehingga ia hanya berharap ia bisa membuka mata lagi saat matahari terbit ketika membaringkan tubuhnya di atas rerumputan sebelum tidur.

"Oh, sungai..."

Altan membaringkan dirinya di pinggir sungai sejenak untuk melepas lelah. Ia lalu menyekop air sungai dengan tangannya dalam posisi yang sama. Air di tangannya tumpah sebelum bisa masuk ke dalam tenggorokannya. Maka Altan memaksa dirinya untuk bangkit dan minum dengan benar.

Altan beristirahat di tepi sungai untuk beberapa saat. Ia berniat hanya ingin istirahat sebentar sebelum melanjutkan perjalanannya. Namun Altan terlelap tanpa ia sadari dan mendapati matahari sudah terbenam ketika ia kembali bangun.

Kini Altan tidak bisa tidur. Ia memilih untuk cepat - cepat mengumpulkan rumput - rumput kering untuk membuat api unggun. Altan juga mencoba untuk memeriksa kedalaman sungai. Ia senang mendapati air sungai tidak terlalu dalam. Dengan cepat ia masuk ke dalam air dan mengangkat berbagai batu di bawahnya. Ia senang mendapati berbagai macam udang ada di bawah bebatuan. Akhirnya ia bisa makan makanan lain selain bangkai bekas yang masih segar, cacing dan serangga.

Altan hanya melempar udang - udang itu ke pinggir api unggun dan mengeluarkan mereka dengan memakai batu. Selama ia menunggu udang - udangnya matang, Altan mengambil dua buah batu dan mengasah salah satu batu agar menjadi tajam.

"Jika saja aku punya tongkat panjang dan tali..."

Setelah kenyang memakan belasan ekor udang bakar, Altan membaringkan tubuhnya dan menatap langit. Langit steppa adalah langit yang indah. Ia bahkan yakin bulan serta  bintang - bintang di atasnya sekarang jauh lebih terang dari pada di dunia asalnya.

"Jika saja Aylin bersamaku sekarang...," Altan memposisikan dirinya untuk tidur dan menutup matanya, "Aylin, tolong jangan menikah lagi. Aku masih hidup."

....

Gunung Saaral terlihat semakin jelas setiap langkah Altan berjalan. Selama beberapa hari ke belakang Altan berjalan mengikuti sungai yang kebetulan searah menuju Gunung Saaral. Namun sungai itu berbelok menuju hulunya yang berada di barat. Karena hal itu, Altan harus melanjutkan perjalanan dengan sumber air dan makanan yang terbatas lagi.

Leaving My Miserable Old Life Into A Dangerous, Horse Riding New LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang