Grazing Tactic

4 2 0
                                    

Laporan Pang Jiang tentang situasi amunisi pasukan ketapel menjadi perhatian utama Altan Khan. Hu'chen memiliki tembok yang tidak terlalu besar, namun cukup tebal karena sejarah kota itu yang menjadi salah satu kota pertama yang dijarah oleh bangsa nomaden sebelum dirinya.

Masalah lain juga datang saat bulan pertama pengepungan. Pasukan Altan Khan ternyata benci menunggu untuk waktu yang lama, terutama bagi mereka yang datang dari bangsa nomaden. Ini bukan pertama kalinya pasukan Altan Khan mengepung kota, namun ini adalah pengepungan kota pertama sebagian besar pasukannya.

"Tuanku, pasukan kita tidak betah berlama di satu tempat. Mereka mengeluhkan jarak yang terlalu jauh untuk mengembala hewan ternak kita," kata Taban saat ia menemui Altan Khan di dalam tendanya.

Altan Khan tahu ia harus bergerak sekarang juga. Ia bisa menggunakan tangga untuk memanjat dinding kota yang sudah mulai rusak, namun dengan luas wilayah bagian utara yang besar dengan kota - kotanya serta kemungkinan pasukan besar Kekaisaran Bei yang bisa datang kapan saja membuat ia tidak ingin kehilangan banyak tentaranya terlalu awal.

"Taban, bisa kau yakinkan pasukanku untuk tetap bertahan di sini setidaknya dua bulan?"

"Dua bulan? Aku bisa, tapi kenapa?"

"Dan, bisa kau panggil istriku ke sini?"

"Khatun? Tentu, aku bisa memanggilnya. Namun kenapa?"

"Tidak ada. Aku hanya kesepian, itu saja."

"Baik."

"Oh, dan bilang juga kepadanya untuk membawa anak - anak, terutama Toqtamish dan Orban. Aku ingin mereka melihat ayah mereka berperang secara langsung."

....

Sesuai permintaan Altan Khan, Aylin datang bersama dengan anak - anak mereka. Begitu ia melihat mereka, Altan Khan merasa sangat bahagia. Dengan senyun yang lebar, ia berjongkok dan merentangkan kedua tangannya sebelum kedua putrinya yang paling kecil ia peluk dengan erat. Sementara itu, ketiga anaknya yang paling besarlah yang memeluknya.

"Aku senang kalian datang," Altan Khan lalu mencium kepala kedua putri di pelukannya.

Altan Khan lalu berdiri dan melihat ke arah istrinya yang tersenyum kecil, namun manis. Keduanya kemudian berpelukan dan Aylin mencium pipi suaminya. Altan Khan melihat ke wajah Aylin. Wanita itu mulai menua dan wajahnya memiliki kerutan serta terlihat lelah sama seperti dirinya dan orang - orang yang telah menemaninya dari saat ia muda. Tapi Altan Khan tetap mencintainya sama seperti saat keduanya bertemu. Begitu juga sebaliknya.

"Kau terlihat jauh lebih kurus, Altan," kata Aylin sambil memegang pipi suaminya.

Altan Khan hanya tersenyum konyol. Aylin menghela nafasnya. Ia tahu Altan Khan dapat mengurus ribuan orang prajuritnya, namun jarang ia bisa mengurus dirinya sendiri. Maka ia menarik tangan suaminya dan membawanya ke tenda pribadi Altan Khan agar keduanya bisa bersantai.

Aylin sangat ingin beristirahat, terutama saat ia melihat tempat tidur baru Altan Khan yang terlihat sangat empuk dan lembut. Namun ia bertekat untuk memberi makan Altan Khan dengan memasakan makanan yang ia suka.

"Aku terkejut kau belum bisa menaklukan satu kota pun bahkan dengan ketapel - ketapel besar itu," kata Aylin sambil membakar tulang iga sapi.

"Tembok kota mereka terlalu kokoh untuk ditembus. Hu'chen jauh lebih sulit ditaklukan dibandingkan Phagmodropa."

"Dan kau memanggilku untuk mengurus hal ini?"

"Aku, ya... Aku rasa aku tidak bisa berpikir dengan baik karena aku merindukanmu."

Aylin tersenyum lebar. Ia lalu mengambil beberapa rusuk yang sudah matang dan menyuapinya ke mulut Altan Khan.

"Hm... Enak," komentar Altan Khan dengan pipi yang agak merah.

Leaving My Miserable Old Life Into A Dangerous, Horse Riding New LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang