Envoy

23 6 0
                                    

*Beberapa bulan kemudian*

Altan telah terbiasa dengan kehidupan nomaden Klan Baidar serta adat istiadat mereka. Ia sudah beberapa kali berpindah tempat bersama klannya menuju lahan merumput yang masih cukup tunggu untuk hewan ternak klan makan.

Semakin banyak orang bergabung ke dalam klan kecil ini. Kebanyakan bergabung setelah mereka dibeli dari pasar budak dan klan lain yang menjual mereka. Tapi ada juga yang datang seorang diri atau bersama keluarganya secara sukarela.

Altan juga ikut berkembang bersama dengan klan yang sudah berisi sekitar 40 orang dewasa itu. Sambil mengawasi hewan ternak yang merumput, Taban dan seorang penggembala yang lain, Ulagan, melatih Altan untuk z(0 mengendalikan kuda dengan kaki dan memanah sambil berkuda.

Seperti saat ini di mana Altan sedang memacu kudanya dengan kecepatan tinggi sementara kedua tangannya memegang busur dan anak panah.

"Ingat latihanmu, Altan," gumam Altan kepada dirinya.

Altan kemudian melihat papan target yang biasa menjadi peralatan latihannya. Ia menarik tali busurnya dan setelah ia merasa yakin ia akan mengenai sasarannya, Altan melepas tali busurnya.

Altan mendengar suara anak panah menancap di papan target. Ia menghentikan kuda dan membuatnya berbalik. Namun tidak dengan tali. Ia melakukannya dengan mengelus kaki di tubuh kudanya.

"Ah... hampir saja," keluh Altan yang melihat tembakan anak panahnya masih belum cukup ke tengah, "aku rasa kita harus berlatih lebih keras lagi, Tiyanma."

Tiyanma adalah nama kuda Altan. Ia awalnya tidak memberi nama kudanya karena orang steppa juga tidak memberi nama kepada kuda mereka yang banyak. Namun karena Altan hanya memiliki satu kuda dan kuda berwarna merah cukup banyak di klan, Taban memberi nama kuda itu Tiyanma yang disetujui oleh Altan.

Nama kuda itu sendiri bukanlah nama dari bahasa orang steppa. Nama itu adalah pelesetan nama orang - orang beradab di selatan yang berarti Kuda Surgawi dalam sebuah legenda mereka. Altan cukup penasaran untuk melihat orang - orang beradab dan peradaban mereka ini. Mungkin dalam waktu dekat.

Altan membawa Tiyanma menjauh dari papan target dan kembali memacunya mendeketai papan target. Altan terus melakukan itu hingga anak panahnya habis.

....

Sementara Altan berlatih, Taban dan Ulagan mengawasi hewan ternak yang mereka gembalakan dengan berkuda di sekitar kawanan. Mereka menggunakan sebuah tongkat panjang untuk menggiring hewan yang keluar kawanan.

Ulagan adalah anggota baru dari Klan Baidar yang sama seperti Altan, dibeli dari perbudakan dan dijadikan anggota. Ia adalah pria kurus dengan rahang yang keras dan kumis yang panjang hingga menyentuh dagu. Semua orang mengenalnya sebagai pria dengan satu telinga karena salah satu telinganya terluka saat ia menggembala  untuk klannya yang terdahulu.

"Kau tahu, Taban," kata Ulagan saat keduanya duduk di atas sebuah bukit kecil dengan kedua mata mereka menuju ke kawanan hewan ternak, "aku pikir sekarang agak terlalu damai."

"Apa maksudmu?," tanya Taban.

"Tidak ada serbuan, bandit atau pencuri. Aku merasa ada sesuatu yang salah."

"Yah... jika Dewa Langit memberikan kita kedamaian, berarti kita memang harus dalam damai."

"Aku tahu. Tapi tetap saja aku merasa ada yang salah."

"Kau dari bagian tenggara Steppa Utara, benar? Aku dengar di sana memang lebih liar. Kurasa kau hanya belum terbiasa saja di sini."

"Mungkin..."

Dari kejauhan keduanya melihat Altan yang datang dengan kudanya. Taban sebagai mentor yang melatihnya berkuda dan memanah, berdiri dan menaiki kudanya untuk mendekati Altan.

Leaving My Miserable Old Life Into A Dangerous, Horse Riding New LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang