04.|SHOLAWAT

167 15 11
                                    

بسم الله الر حمن الر حيم

Difa terbangun dari tidurnya dengan nafas terengah-engah. Apa baru saja apakah dia sedang bermimpi?

"Huft untung cuma mimpi" Batin Difa.

"Tapi tunggu" ucap Difa.

"Mengapa wajah pria itu tidak terlihat, dan postur badannya seperti pernah melihat"

Benar saja Difa hanya bermimpi, tapi mimpi itu baginya seperti nyata bagaimana tidak? Dirinya merasa seperti sudah menikah sedangkan Difa? Lulus saja belum sudah menikah.

Difa bergerak meraba tangan nya dan tidak menemukan cicin yang tersemat di jarinya.

"Berati bener cuma mimpi" Difa bersyukur dan mengusap dadanya.

Difa beralih menatap jam yang menunjukkan pukul 02.55.

"Sholat Tahajud saja kali ya"

Difa mengambilnya wudhu dan melaksanakan shalat tahajud.  Saat selesai Difa mengangkat kedua tangannya sembari berdoa.

" Ya Allah ampuni aku ya Allah, hambaku memiliki dosa sebanyak- banyaknya bumi. Sungguh, aku malu Ya Tuhan, sujud saya terburu- buru Permintaan saya ribuan ribu" Tanpa disangka tanpa komando apapun bulir bening yang tiba- tiba keluar dari matanya saat ia memejamkan wanita.

"Ya Tuhan, jadikan aku seorang wanita yang tidak dirindukan oleh laki- laki tetapi jadikan hamba sebagai wanita yang dirindukan surga"

"Aku jauh dari seorang Fatimah, yang dijuluki pemimpin wanita disurga. Ya Allah berilah aku hidayahmu sampai aku bisa menunju jannahmu. Jika suatu saat engkau mengizinkan hamba untuk memiliki pasangan hamba ingin mengarungi nya hingga menuju surgamu, ingin menjadikannya pasangan di dunia dan akhirat" ia menutup doanya dengan doa sapu jagat dan mengusap wajahnya sembari berkata 'Aamiin'.

Ditempat yang berbeda juga ada seseorang laki-laki yang juga selesai melaksanakan shalat tahajud dan berdoa kepada Tuhan untuk menjelaskan arti dari perasaan dia.

"Ya Tuhan, maafkan hambaku ini telah membuat banyak dosa, namun Saya yakin pengampunan Anda tidak akan gagal besar Ya Allah, aku mengagumi salah satu hambamu, hamba mengagumi nya karena ketaatan nya padamu. Jika dia takdirku maka dekatkan aku dengan dia ya Allah dan meringankan jalan kita, namun jika bukan beri hamba keikhlasan dan ketulusan hati untuk melepasnya. Hamba yakin skenarionmu lebih indah"

Alfi berdoa sembari menangis. Ia meluap kan semua hal yang menjadi unek-unek nya hari ini ia bersyukur masih diberi kesempatan untuk bernapas. Juga itu meminta petunjuk akan perasaan nya yang kian menjadi jadi.

Sekitar pukul 05.30 dimana hari masih sedikit gelap Difa sudah selesai mandi juga sudah siap dengan seragamnya.

"Bun, yah Difa berangkat ke sekolah ya. "Difa menyalami kedua orang tuanya dan mengecupnya.

"Udah sarapan?," Tanya Delina yang dijawab dengan anggukan oleh anaknya.

"Kamu berangkat pagi- pagi sekali, Nak" Ujar Rakhi ikut menanggapi anak tunggalnya yang menurut nya berangkat terlalu pagi.

"Difa piket yah"

Setelah diskusi selesai pergi kesekolah mengendarai motornya. Jika ditanya kenapa Difa naik motor? Tidak biasanya cuma jalan?

Difa hari ini piket, ia memang selalu berangkat lebih awal, jika teman-temannya masuk makan kelas mereka sudah bersih. Difa memilih menaiki motor karena hari masi terlalu pagi dan matahari belum muncul hal itu membuatnya sedikit ragu.

Sepanjang perjalanan Difa merasakan udara yang sangat dingin dipori porinya. Namun ia senang karena ia bisa menghirup udara yang belum ternodai oleh apapun di pagi itu. Difa mengamati setiap jalan melihat orang dengan berbagai aktivitas. Ada yang baru membuka jendela rumah ada yang sudah menyapu dan sebagainya.

Tugasku Adalah Mendoakan muTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang