10.|HUJAN

94 8 0
                                    

بسم الله الر حمن الر حيم

"Aku membenci hujan, karena dengan turunnya hujan aku kembali mengingat semua tentang mu. "

-Difa

.

.

.

.

.

.

.

Selama libur berlangsung keseharian Difa hanyalah mengurung diri dikamar. Ia tidak tahu harus melakukan apa.

Saat pagi Difa hanya makan, setelahbperlu untuk belajar dan itu membaca novel.

Difa bukan anak pemalas, ia selalu membersikan rumah nya namun baginya itu bukan kesibukan itu memang pekerjaan nya sehari-hari.

Setelah Difa selesai menjalankan kewajiban nya yaitu sholat, biasanya dia mempelajari Alquran sedikit demi sedikit. Di samping itu dia juga menghafalkan surah.

Sore itu Difa duduk di teras rumah ia ingin menghirup udara segar.

Namun tiba- tiba hujan turun tanpa diduga deras datang. Difa langsung memasuki rumahnya. Ya bisa dibilang Difa takut hujan.

Difa masuk kedalam kamar dan mengunci pintunya. Ia terus menerus beristighfar hatinya selalu saja merasa tidak enak jika seperti ini.

Difa mengelus dadanya perlahan sambil terus beristighfar. Dia merasakan tubuhnya yang seketika lemas dan gemetar.

Tok

Tok

Tok

Terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar Difa.

Dengan segenap energi dia dia berdiri dan membuka pintu kamarnya.

Delina yang tahu situasinya sang anak tentu sangat khawatir. Terlebih saat pintu terbuka menampilkan sosok Difa seperti orang ketakutan.

Delina langsung memeluk erat putri semata wayangnya itu. Difa pun membalas pelukan dari bundanya itu.

Sampai air mata tak terduga jatuh.

"Udah, ujan nya ga deres banget kok gausah takut ya?" Delina mengelus pucuk kepala Difa dengan lembut.

"Takut," Hanya itu yang mampu Difa mengatakan.

"Udah gapapa sayang."

"Bund, dia bakal dateng lagi ga?"

Delina tersenyum tipis. "Ikhlasin ya? Dia bukan orang yang baik untukmu.bBahkan kalian udah berpisah lama banget. Kecil kemungkinan buat kalian bisa ketemu, dan walaupun suatu saat kalian bisa ketemu bunda ga bakalan kasih izin kamu buat ketemu sama dia. Fa dengerin bunda luka dihati kamu itu permanen gabisa disembuhkan dengan obat apapun. Jangan menambah luka dengan berharap bahwa dia akan dateng lagi."

"Bunda seneng putri bunda udah berubah. Cuma hatinya kalo mencintai seseorang terlalu tulus sampai dia menjadi bodoh. Apalagi disaat itu umurnya yang terbilang belum dewasa namun ia menaruh perasaannya lebih dalam dari orang dewasa. Difa ingat pesan bunda, bunda mau yang terbaik buat anak bunda, bunda ga mau ngeliat putri kecil bunda ini nangis, disakitin atau yang lain intinya bunda gamau."

Difa mendengar penuturan dari bundanya pun segera menghapus air matanya dan melepaskannya pelukannya.

"Bund, bunda bakalan terus sama aku kan? Aku gabisa tanpa bunda. Selama ini yang bikin Difa semangat buat bertahan sejauh ini cuma bunda."

Tugasku Adalah Mendoakan muTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang