Escape part 2

1K 70 9
                                    

Lan dan Ana berjalan cepat menuju ruang rahasia yang lokasinya ditunjukkan oleh alat yang telah mereka rancang. Mereka telah memasuki perpustakaan, terus turun di kedalaman lebih dari 100 km menggunakan kapsul yang memang tersedia, sepertinya itu adalah kapsul yang sering para ksatria gunakan. Tak ada kendala, alat yang telah disisipkan ke salah seorang kstaria telah menyadap semua data base security yang dibutuhkan hingga mereka masuk ke ruang rahasia.

Ruang rahasia tersebut cukup luas dan rapi, di sisi ruangan terdapat rak buku konvensional, hal yang sedikit tak biasa di Sagara mengingat bahwa produsen kertas di klan tersebut sudah tak ada sejak puluhan tahun yang lalu. Di tengah ruangan terdapat meja bundar antigravitasi, melayang ditengah-tengah 13 kursi yang disusun melingkari meja. Sementara di sisi dinding yang lain terdepat sebuah cermin yang langsung menyita perhatian Lan dan Ana.

"Ini terlihat seperti cermin biasa. Apa yang harus kita lakukan?" Ucap Ana. Lan terdiam, Ia tak punya pengetahuan apapun bagaimana mengaktifkan teleportase lewat cermin, ditambah Ali juga tak mengatakan apapa.

Mereka terdiam cukup lama. Beberapa kali dinding ruangan tersebut bergetar, suara rentetan senjata dan granat terdengar. Menandakan Ali masih berjuang di luar sana sendirian. Lan menghembuskan nafas kasar, Ia mengangkat salah satu kursi dan berniat melemparkannnya ke cermin.

"Lan Apa yang kau lakukan?" Ana berteriak

"Kita harus melakukan sesuatu, Ali kesusahan di luar sana" Lan juga berteriak, membayangkan Ali orang yang sudah dia anggap sahabat berjuang sendirian di luar sana sementara dia hanya berdiam diri membuat emosinya naik.

"Ayo pikirkan cara lain, kursi itu terlalu besar. Aku takut cerminnya akan pecah" Ucap Ana pelan, sambil menyentuh tangan Lan hingga pria itu meletakkan kembali kursi tersebut.

"Apa menurutmu kita harus melemparkan sesuatu ke cermin ini?" tanya Ana

"Ini hanya dugaan, tapi kalau benar cermin ini bukan cermin biasa dan menurut Ali melalui cermin ini para kstaria memperoleh benda-benda dari luar klan, harusnya benda yang kita lemparkan akan terkirim ke siapapun yang mempunyai koneksi dengan cermin ini"

"Bagaimana kalau kita menggunakan ini?" Ana menunjukkan pin kecil yang selalu tertempel di bajunya. Pin tersebut adalah tanda bahwa Ia petugas kesehatan dan mempunyai wewenang melakukan penyembuhan di manapun di luar rumah sakit. "Jika kita melemparkan ini, setidaknya cerminnya takkan pecah jika dugaanmu salah" Lan mengangguk.

Ana kemudian melemparkan pin tersebut dan benar pin tersebut tertelan oleh cermin, lalu permukaan cermin menjadi bercahaya hingga tak terlihat lagi bayangan Lan dan Ana yang berdiri di depan cermin tersebut. Keadaan tersebut berlangsung beberapa detik hingga cahaya meredup dan cermin menampilkan wajah seorang pria yang tengah memegang pin Ana.

Tampak sebuah wajah yang sangat familiar untuk Ana, membuat pupil gadis itu membesar. Wajah yang tak mungkin Ia lupakan walau mereka tak pernah bertemu sekalipun sejak Ia lahir. Pemilik wajah itu menatap Ana dan Lan dengan ekspresi bingung.

"Kalian siapa?"

Ana dan Lan tak menjawab. Lan menatap Ana yang masih terlihat terkejut lalu menatap sosok di pria di cermin. Ia adalah Zen, ayah kandung Ana. Sesuai dengan dugaan Ali, ayah Ana tak meninggal melainkan menjadi informan di luar Sagaras. Mereka dipisahkan sebagai hukuman karena melanggar peraturan, tapi Zen tetap bekerja sebagai informan Sagaras.

"Ayah?" Ucap Ana lirih, namun sepertinya terdengar jelas oleh Zen. Pria itu menatap Ana dengan seksama.

"Kau Ana? Anakku?" Ana hanya mengangguk, wajahnya telah penuh dengan air mata. Sementara Zen juga terlihat mulai menitikkan air mata namun wajahnya tersenyum.

After SagarasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang