Ali masih terus mencari informasi tentang teleportase melalui cermin, berharap ada sedikit informasi berguna yang luput dari penghapusan. Tapi nihil, mungkin hanya tiga buku kemarin yang memuat kata itu. Ali frustasi, tak pernah dalam hidupnya Ia berada dalam kebuntuan seperti ini. Sudah lebih dari 1 bulan dia sagaras. Raib apa kabar? apa Ia juga merindukan Ali? apakah Raib sama tersiksanya dengannya.
"Kenapa sayang?" Ibunya datang, duduk di sampingnya.
"Apa kau tak ingin masuk akademik sagaras? di sana kau bisa memiliki teman" Eli mengerti putranya kesepian. Apalagi di klan bumi ia memiliki dua teman baik. Pasti Ali tengah merindukan mereka.
Ali berpikir sejenak. Sebenarnya tak ada salahnya mengikuti akdemik sagaras, mungkin di sana ada orang lain atau professor yang bisa membantunya. Bagaimnapun klan sagaras mempunyai ilmu pengetahuan yang sudah sangat jauh melampau bumi, mungkin dia akan banyak belajar hal yang baru di sana.
Satu-satunya yang membuat Ali ragu adalah ketidakinginannya terikat dengan klan ini. Benar bahwa Ia sangat bahagia dapat bertemu dan tinggal bersama Ibunya. Namun Ia tak memungkiri bahwa Ia masih Ali yang dulu, yang mempunyai semangat berpetualan ke berbagai klan dengan dua sahabatnya.
Terlebih walau klan Bumi sangat terbelakang, di sanalah dia menghabiskan 17 tahun hidupnya. Ia punya rumah, pembantu-pembantu yang telah menemaninya sejak umur 10 tahun, dan belasan perusahaan perhubungan yang masih berada di bawah namanya. Dan yang paling utama, disana ada Raib dan Seli, sahabat yang telah mewarnai kehidupan SMA nya. Bagaimanapun caranya Ia akan mencari cara menghubungkan klan sagaras dan klan bumi.
"Maaf Bu, sepertinya tidak. Aku lebih suka belajar sendiri"
Terlihat raut kecewa di wajah ibunya walau sejenak "Begitu, Ibu takut kau kesepian di sini" Eli mencoba tersenyum.
"Ibu, apakah memang tak ada cara lain untuk keluar masuk sagaras selain melewati lima gerbang?" Ali mengatakannya dengan hati-hati, takut ibunya tersinggung. Tapi sebaliknya ibunya justru tersenyum bahkan sedikit tertawa.
"Benar kata pepatah bumi, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Ibu ingat diumurmu yang sekarang inilah Ibu mulai berpikir untuk melihat dunia luar, mecari segala cara agar menembus gerbang-gerbang itu"
.....
"Ibu tahu kau sedang mencari sesuatu"
"Ibu tau?"
"Ibu takkan melarangmu, tapi juga takkan membantumu. Ini cara terbaik, ibu berhutang budi pada sagaras, tanpa mereka kau takkan lahir. Tapi Ibu juga takkan melarangmu. Gunakan otak cerdasmu untuk menemukan caranya" Eli tersenyum, sambil mengusap kepala anaknya.
"Jadi Ibu tak apa kalau suatu saat Ali pergi ke klan bumi? tapi Ali janji akan kembali"
"Tentu saja Ibu akan sedih, tapi ibu akan berusaha mengerti. Mereka yang menemanimu selama ibu tak ada, tentu hal yang sulit meninggalkan mereka" Ali terdiam
"Terlebih gadis cantik keturunan murni itu" wajah Ali memerah.
"Cepat temukan caranya, jangan sampai Raib diambil orang"
"IBUUU"
****
Raib dan Seli tengah menonton latihan tim basket sekolah mereka. Beberapa kali telah diadakan pertandingan dengan sekolah lain yang berakhir dengan kekalahan sekolah Raib, karena Ali sudah tidak ada lagi. Beberapa hari yang lalu-kata Seli sekolah mereka kedatangan anak baru yang langsung masuk tim basket karena mempunyai skill permainan yang bagus, hampir menyamai Ali.
"Ra, itu orang nya. Cakep kan" Netra Raib mengikuti telunjuk Seli. Tampak seorang remaja laki-laki berkulit putih, rambut hitamnya sedikit berantakan-tapi tak seberantakan Ali, wajahnya- Raib akui tampan tapi masih jauh lebih tampan Ali saat ingin menemui orang tuanya. Aduh Raib, tak bisakah semua kau tak hubungkan dengan Ali.
Laki-laki itu tengah mendrible bola menuju ring yang langsung dihadang dengan dua pemain lainnya. Tak ada pilihan, Ia langsung menembak kan bola dari jarak yang cukup jauh dan situasi terdesak.
SHOOT
Bola masuk ring. Sontak terdengar teriakan heboh dari para adik kelas yang duduk tak jauh dari Raib Seli.
"Hebat kan, Ra. Kayak Ali" Raib masih terdiam.
Dulu Ia tak banyak mengetahui tentang basket, tapi sejak Ali bergabung Raib jadi tahu bahwa untuk melakukan shoot seperti itu dibutuhkan latihan bertahun-tahun. Ali tentu saja bisa melakukannya walau hanya latihan beberapa hari karena berhasil menyuntikan DNA Raib dan Seli ke tubuhnya.
"Namanya Dan. Cakep kan Ra"
"Masih lebih cakep Ali" dan sontak Raib menutup mulutnya dengan wajah memerah. Bagaimana bisa dia keceplosan seperti ini.
"Cieeee. Ia deh pangeran nya Raib masih lebih cakep"
"Iihh Seli, apaan sih"
To be Continued

KAMU SEDANG MEMBACA
After Sagaras
FantasyIni Kisah tentang Raib dan Ali setelah perpisahan mereka di buku SagaraS. Tentang kesedihan dan kerinduan Raib. Tentang kerinduan dan perjuangan Ali untuk bertemu Raib lagi. Tentang musuh antar klan yang kembali mengusik ketenangan klan Bumi.