Ana & Lan

1.1K 87 2
                                    

Sorry lama banget ya updatenya. Aku nggak sibuk, ide nya juga ada cuma lagi males banget. Aku lagi di fase bosen banget sm hidup, rutinitasnya itu-itu aja kerja-tidur-kerja lagi mana kerjanya juga itu-itu aja, nggak ada sesuatu yang baru. Sorry ya jadi curhat.

Happy reading guys....

Raib sedang terlelap saat orang tua Seli datang di jam 12 malam ke rumahnya. Papa mamanya juga ikut terbangun. Mama Seli yang biasanya tampil rapi, malam itu terlihat pucat, bekas-bekas air mata masih terlihat jelas di wajahnya.

"Hiks ... hiks... Seli belum pulang hari ini. Kami sudah mencari ke semua keluarga dekat yang seli mungkin kunjungi tapi nihil. Seli tak disana" Mama Seli meracau, sambil menyeka air matanya yang terus berjatuhan.

Detak jantung Raib berpacu, teringat kembali para penjahat klan yang beberapa bulan lalu pernah melawannya. Jangan-jangan mereka yang membawa Seli. PIkir Raib.

"Tante tenang dulu ya, Raib akan bantu cari. Hari ini Seli masih sekolah, artinya kemungkinan dia hilang  dari sepulang sekolah. Kita bisa melacak dari sana" Raib merangkul bahu mama Seli, mencoba mengirim energi positif. Papa Mama Seli mencoba tersenyum "Terimakasih Nak Raib" Papa Seli berucap.

"Ini bukan perbuatan penduduk klan luar kan? Kata Seli dunia paralel sudah aman"

"Saya belum bisa memastikan tante"

"Sebaiknya pencarian dilakukan besok saja, ini sudah sangat malam"Papa Raib memberikan usul, yang dijawab anggukan oleh orang tua Seli.

Tidak dengan Raib. Segera setelah orang tua Seli pulang dan Orang tuanya kembali tidur, Raib segera bersiap keluar menyusuri tempat-tempat yamg mungkin di didatangi Seli.

"Meong" Si putih yang juga ikut terbangun, sepertinya heran melihat Raib memakai jaket tebal dan sepatu "Aku harus segera mencari Seli, jangan sampai jejaknya hilang" Raib menjawab meongan si putih.

Tanpa menunggu lagi, Raib segera berteleportase. Ia menyusuri jalan yang dilalaui Seli dari sekolah ke rumahnya, kadang berhenti di beberapa tempat untuk mendeteksi keberadaan Seli menggunakan kekuatannya namun sampai setengah jam kemudian Raib belum menemukan apapun.

Langkah Raib terhenti di sebuah lapangan yang cukup luas, tempat itu cukup jauh dari jalan utama dan sepertinya sudah lama tak terjejaki manusia, terlihat dari rumput rumput tinggi yang tumbuh tak beraturan mengelilingi lapangan.

Raib berjalan memasuki lapangan, menyibak rerumputan yang menghalangi jalannya. Netranya melebar melihat kondisi lapangan. Siapapun bisa menebak telah terjadi pertempuran dahsyat di sana. Walaupun hanya dengan penerangan rembulan, Raib bisa melihat lingkaran yang membatasi area pertarungan. Di dalam lingkaran tampak tanah-tanah terkelupas sangat dalam.

"Seli kamu dimana?" Mata Raib mulai berkaca-kaca, Ia bisa menebak sahabatnya telah melalui pertarungan yang sulit. Hal yang sangat Ia takutkan mereka membawa Seli ke klan lain.

"Sekarang apa yang harus aku lakukan?" Tangis Raib pecah. Ia sangat yakin para penjahat klan lah yang telah menculik Seli, tapi Ia tak tahu harus mencari sahabatnya ke mana. Di saat-saat seperti ini, rindunya kepada Ali semakin menjadi, biang kerok itu jika berada di sini pasti tahu harus berbuat apa.

Ditengah kesedihannya, Raib teringat teknik berbicara alam yang Ia pakai untuk memutar kembali memori lama Batozar. Ia tak pernah lagi memakai teknik itu karena sangat menguras tenaga. Namun Ia tak ada pilihan lain, hanya itu satu-satunya cara untuk mengetahui siapa yang menculik Seli.

Raib mulai mengumpulkan tenaga, memasang kuda-kuda kuat, fokus menyatu dengan alam. Puluhan detik kemudian, indra Raib menjadi sepuluh kali lebih sensitif. Ia dapat mendengar desau angin layak nyanyian, daun tua yang jatuh mengenai tanah, bahkan suara gagak yang baru saja mendarat di tangkai pepohonan.

After SagarasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang