Mood Raib benar-benar jelek. Satu-satunya benda pemberian Ali sempurna hilang, Ia sudah mencarinya kemana-mana, bahkan menggunakan kekuatan berbicara dengan alam namun jepit rambut itu tak terdeteksi.
"Ra dimakan nasi nya. Jangan cuma diaduk-aduk" Mamanya mengingatkan, menatap khawatir putri semata wayangnya.
"Nanti Papa beliin yang lebih bagus deh" Papanya ikut berbicara yang langsung diberi signal untuk diam oleh Mama Raib. Sementara Raib sendiri tak merespon apapun.
"Ngomong-ngomong Ra kamu lihat si putih atau si hitam tidak, makanannya yang tadi siang belum dimakan loh, Mama juga nggak lihat itu kucing dari tadi pagi"
Atensi Raib langsung terdistraksi, pasalnya Ia juga saat bangun sudah tak menemukan Si Putih di ranjangnya. Cukup sudah jepit rambut kesayangannya hilang, jangan sampe kucing kesayangannya juga hilang.
"Ma, Ra selesai ya makannya. Mau cari Si Putih dulu, nggak biasanya dia main di luar lama"
Mamanya hanya mengangguk, bersyukur putrinya masih memperdulikan hal lain selain jepit rambut yang hilang itu.Sekali lagi Raib menggunakan kekuatan alam nya untuk mencari Si Putih, namun nihil kucing itu tak ada di rumah. Raib mencoba mencari di pekarangan rumahnya, walau sebenarnya sangat jarang untuk Si Putih keluar dari rumah.
Raib masih terus mencari di sekitar rumahnya, tiba-tiba dari kejauhan Si putih berjalan mendekat. Kondisinya parah, bulunya penuh kotoran dan beberapa bagian bahkan tercabut menampakkan kulit si putih yang penuh dengan cakaran. Raib langsung berlari menghampiri kucingnya.
"Ya Tuhan, apa yang terjadi?" Raib memeluk kucingnya dengan mata berkaca-kaca, ini pertama kalinya melihat si putih seperti ini, seakan kucing itu telah melakukan pertarungan yang hebat.
"Meong" Si putih mengeluarkan sesuatu dari mulutnya. Mata Raib terbelalak, itu adalah permata berbentuk bulan, hiasan jepit rambutnya.
"Kau menemukannya di mana?"
"Meong"
Raib mengambil permata tersebut, mengelap dengan bajunya, setidaknya masih ada yang terselamatkan "Terimakasih Si Putih, kau pasti seperti ini karena mencarinya kemana-mana"
"Meong"
"Ayo masuk, aku akan membersihkan dan mengobatimu. Sekali lagi terimaksih"
"Meong"
.....
****
Pada akhirnya Ali tak menanyakan apapun tentang novel-novel yang dilihatnya di ruang rahasia. Ia mengerti posisi ibunya sangat sulit, menjadi ksatria No. 1 yang pastinya bertanggung jawab pada keamanan Sagaras, namun di saaat yang sama Ia juga seorang Ibu yang harus peduli pada keinginan anaknya. Ali takkan menambah beban itu, Ia akan mencari tahunya sendiri.
"Lan bagaimana Sagaras mengetahui tentang resep-resep makanan bumi? Bukankah selain ibuku dan Paman Ban tak ada yang pernah keluar klan ini"
Ali sedang berada di tempat kerja pribadi Lan, penuh dengan robot dan alat-alat yang Ali tak kenali.
"Itu pertanyaan yang bagus Ali" Lan membawa sebuah buku yang sudah terlihat sangat tua "Aku mengambilnya dari ruang rahasia. Ini adalah data-data para ksatria" Lan mulai membuka satu persatu data kstaria hingga di halaman terakhir tampak halaman kosong. Pada bagian atas hanya tertulis kstaria 14.
"Jadi ada 14 ksatria. Maksudmu dia yang-"
"Tepat. Ksatria 14 bertugas di luar klan. Aku yakin dialah yang melaporkan setiap perkembangan di luar klan, termasuk segala inovasi di sagaras yang terinspirasi dari klan lain, seperti makanan, teknologi, pakaian dan hal lainnya"

KAMU SEDANG MEMBACA
After Sagaras
FantasiaIni Kisah tentang Raib dan Ali setelah perpisahan mereka di buku SagaraS. Tentang kesedihan dan kerinduan Raib. Tentang kerinduan dan perjuangan Ali untuk bertemu Raib lagi. Tentang musuh antar klan yang kembali mengusik ketenangan klan Bumi.