Back to the Earth

1.2K 76 11
                                    

Ali menatap pemandangan di sekelilingnya, walau yang terlihat hanya air entah kenapa tetap membangkitkan sisi emotional Ali. Rasa-rasanya sudah sangat lama Ia meninggalkan Bumi padahal secara geografis 4 bulan terakhir Ia tetap berada di bumi.

Mereka sedang berada di kapsul bersama Paman Ben yang bersedia mengantarkan Ali, Lan dan Ana ke permukaan. Perpisahan ketiganya dengan klan sagaras cukup sederhana, Ali sendiri sudah membicarakan semua dengan ibunya dan berjanji akan bersaha menembus gerbang sagaras begitu semua ini selesai. Yang sedikit rumit mungkin Dokter Mul, Ana yang sudah Ia anggap seperti anaknya tak mudah dilepasnya begitu saja, perlu beberapa jam untuk membujuknya sementara Lan yang ternyata memang tak punya keluarga di Sagaras tak berucap kata perpisahan apapun, Ia dengan ringan menaiki kapsul duduk nyaman di dalamnya.

"Paman hanya bisa mengantarkan kalian sampai sini" Paman Ben berucap ketika mereka telah sampai ke lautan pasifik.

"Tak apa Paman. Di pelabuhan harusnya banyak kapal perusahaan yang bersandar" Paman Ben tersenyum, sekali lagi memeluk satu persatu remaja-remaja itu. Yang terakhir dipeluknya adalah Lan.

"Aku tahu apa yang kau cari. Temukanlah mereka"

"Terimakasih telah melindungiku selama ini" Ucap Lan sambil tersenyum, Ia paham Paman Ben tak pernah sekalipun berniat memisahkan Ia dengan keluarganya. Mereka tak sengaja terpisah dan Paman Ben menyelamatkannya.

Mereka keluar dari kapsul yang langsung disambut dengan panasnya matahari. Ana menutup mata, tak terbiasa dengan silau yang berlebihan. Lan dan Ana berjalan mengikuti Ali yang sepertinya sudah sangat mengenal wilayah itu.

"Ali sekarang kita ke mana?" Lan bertanya "Menemui orang-orang perusahaanku, kita harus menumpang pesawat untuk sampai ke negaraku. Di sana ada kapsul yang bisa kita gunakan untuk mencari Raib"

Lan dan Ana sebenarnya tak mengerti beberapa kata Ali, seperti perusahaan, negara dan pesawat tak ada dalam bahasa Sagaras. Namun mereka tetap diam sambil berjalan cepat mengikuti Ali.

****

Rasa sakit yang mendera membangunkan Seli. Netranya menatap sekeliling dan mendesah begitu menyadari bahwa Ia masih ada di tempat yang sama.

"Kau sudah bangun" Seli menatap benci Dan yang tengah berdiri sambi mennyilangkan tangan di dada.

Seli tak ingat sudah berapa hari Ia disekap di sini. Hari pertama mereka membawanya dan menyekapnya di ruangan ini, ruangan anti kekuatan, tak ada sedikitpun kekuatannya yang Ia dapat gunakan di ruangan ini. Hari kedua mereka memindahkan nya ke sebuah ruangan lain penuh peralatan yang tak Seli kenali. Mereka membiusnya, Seli tak tahu apa yang mereka lakukan pada tubuhnya tapi begitu tersadar Seli merasakan sakit luar biasa di sekujur tubuhnya.

Hari ketiga, Lan datang mengagetkan Seli bahwa ternyata selama ini pria itu hanya menyamar, berpura-pura mendekati Raib dengan suatu tujuan terselubung, Pria itu ingin mengetahui lokasi Sagaras. Seli tetap bungkam, bahkan saat Dan menginfokan bahwa Raib datang mencarinya dan Ia berjanji akan mempertemukannya dengan Raib kalau Seli memberitahu lokasi Sagaras. Seli tetap tak berbicara hingga detik ini.

"Aku punya berita buruk" Dan membuka suara, pria itu menatap Seli dengan ekspresi sendu.

"Mereka membawa Raib ke suatu tempat yang aku tak punya akses ke sana. Aku tak tahu apa yang mereka lakukan pada Raib tapi firasatku sangat tak enak. Ini sudah 36 jam tapi tetap tak ada kabar yang beredar"

"Jangan mengatakan sekarang kau khawatir dengan Raib?" Seli berucap dengan nada sinis. Dan menggelengkang kepalanya "Kau tak mengerti, ini bukan lagi tentang Sagaras, lebih dari itu. Aku tak tahu apa yang Ratu Calista inginkan dari Raib, Ia bahkan tak menyentuh buku kehidupan"

After SagarasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang