The First Plan

1.9K 110 8
                                    


Disclaimer: Ali, Raib, Seli dan beberapa tokoh yang mempunyai kesamaan dengan series Bumi adalah milik tereliye. Di sini aku cuma pinjem karakternya doang.

Aku tak tahu apa masih ada yang nungguin cerita ini. Aku udah lama baca buku sagaras dan sudah sedikit lupa dengan detail ceritanya, tapi aku berusaha menggambarkan bagaimana perasaan Ali dan Raib saat berpisah. Oh ya untuk jangka waktu perhari Sagaras aku anggap sama dengan di Bumi.

Here We Go Enjoy My story

Ali menghela nafas kasar. Sudah tiga hari Ia habiskan waktunya untuk membaca semua buku tentang sistem teknologi purba, tapi yang Ia cari tak kunjung ada. Ia yakin sekali teknologi tersebut digolongkan SagaraS sebagai teknologi tua. Jika sekarang mereka bisa membuat pintu kemana saja, maka apalah arti teknologi teleportase lewat cermin. Penduduk sagaras pasti sudah meninggalkan teknologi itu ribuan tahun lalu, walau di klan lain cara teleportase seperti itu masih tren.

Yah langkah pertama Ali adalah membuka jalur komunikasi dengan Raib dan Seli melalui teknologi cermin. Raib pernah memberi tahunya bahwa Tamus memata-matai Raib lewat cermin yang ada di kamarnya, juga kucing hitam yang selalu menemani Raib melompat masuk ke dalam cermin itu.

Ali sangat yakin bahwa cermin di kamar Raib bukan cermin biasa, seperti halnya cermin yang pernah diberikan Batozar kepadanya untuk antisipasi. Ia hanya perlu mencari pengetahuan tentang teknologi itu dan menghubungkan dengan cermin di kamar Raib. Mungkin Ali tak bisa berteleportase lewat cermin seperti Batozar, itu adalah teknik tingkat tinggi tapi Ia bisa mengikuti metode Tamus, mempelajari sistemnya sehingga Ia setidaknya bisa berkomunikasi face-to-face dengan Raib.

"Ada apa, sayang? kau terlihat lelah. Jangan dipaksakan, kamu punya banyak waktu untuk melahap semua buku ini" Ibunya datang, mengelus bahu Ali lembut.

Ini hal yang paling baru untuk Ali, sentuhan. Sebelumnya Ia sangat tak suka disentuh apalagi dipeluk, namun hidup bersama Ibunya membuatnya mengerti mengapa pelukan disebut salah satu obat termujarab di dunia. Ia merasa hangat dan tenang saat jari-jari tua itu merangkulnya. Mungkin Ibunya juga punya kekuatan seperti Av dan ... Raib. Satu nama itu membuatnya tersadar apa yang tengah Ia kerjakan.

"Bu apa ada tempat lain dimana aku bisa mengakses lebih banyak buku, seperti perpustakan?"

"Tentu saja, besok Ibu akan mengantarmu ke sana"

"Tapi bu, aku membutuhkannya hari ini"

"Tidak, sayang. cukup untuk hari ini. Istirahatlah"

Ali menarik nafas panjang, menghembuskannya pelan. Sudah berama lama Ia tak bertemu Raib, ah baru tiga hari. Kenapa terasa sudah begitu lama?

****

Raib termenung menatap keramaian pagi dibalik kaca mobil ayahnya. Sedikit demi sedikit, Raib sudah mulai pandai mengendalikan emosinya, terlebih ketika Ibunya mulai terserang flu. Raib menyelahkan dirinya yang terus menerus larut dalam kesedihan. Apakah ini rasanya patah hati?

Dalam 17 tahun hidupnya, Raib tak pernah merasa mengalami yang namanya jatuh cinta. Yang kata Seli, gejalanya seperti jantung berdebar kencang, pikiranmu selalu dipenuhi wajahnya, dan seperti ada kupu-kupu terbang dalam perutmu. Raib mendengus, bagaimana mungkin ada orang yang pernah merasakan kupu-kupu terbang dalam perut. Seli pasti hanya membual.

"Hm" Ayah Raib membersihkan tenggorokan, mencoba menarik perhatian anaknya yang sedari tadi diam sejak memasuki mobil. Ayah Raib sudah mendengar dari istrinya bahwa Ali-teman laki-laki anaknya telah menetap di klan lain dan sangat susah untuk memasuki klan walau dengan kekuatan putri bulan sekalipun. Tanpa sadar, Ayah Raib tersenyum.

"Kenapa Ayah tersenyum?"

"Ayah hanya tak menyangka bahwa hari ini telah tiba"

"Hari apa? apakah hari ini hari yang spesial?"

"Hari dimana putri ayah mengalami patah hati"

Sontak Raib melotot, wajahnya memerah "Siapa yang patah hati?" Ayah Raib hanya tersenyum

"Ayah, Ali bukan siapa-siapa. Dia hanya biang kerok super menyebalkan, selalu mengganggu Raib dengan tingkahnya, bahkan Raib seneng dia di klan lain, nggak ada lagi yang bikin Raib emosi setiap hari"

Ayah Raib terkekeh "Yang bahas Ali itu siapa" dan wajah Raib tambah memerah. Putri bulan itu memilih diam.

"Tenang saja, Ayah yakin Ali akan kembali" Raib langsung menoleh "Kenapa Ayah bisa seyakin itu?"

"Firasat, jadi putri Ayah sabar saja. Nikmati rasa rindunya

"Ih ayah siapa yang rindu Ali?"

"Yang bilang Ali siapa?"

Sekarang Ayah Raib tertawa, menggoda putri semata wayangnya ternyata sangat menyenangkan. Tidak heran Seli sering menjodohkan-jodohkan keduanya. Sementara Raib tak bisa berkutik lagi, Ia terdiam. Kenapa mereka bisa begitu yakin? Tanya Raib dalam hati. Tidak ayahnya, seli bahkan April yakin bahwa Ali akan kembali, tetapi Raib tak punya sedikitpun keyakinan itu.

Bagaimana jika itu adalah pertemuan terakhir mereka?

"Jadi apa makanan kesukaan Ali?"

"AYAH"

TBC

Please leave comment, give ur thought about my story. It means a lot for me

After SagarasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang