The History

1K 66 16
                                        

Flash Back

Callista memandang saudara-saudarinya dengan pandangan sendu. Mereka sedang bermain petakumpet, tapi yang terlihat di mata Calista hanya segerombolan manusia yang sedang memamerkan kekuatannya. Terlihat Cana, yang berperan sebagai pencari merubah tubuhnya  menjadi Corra lalu mulai mencari anak yang lain. Sementara di sudut lain, Camberra memanggil-manggil menggunakan suara Cornelius membuat Cana dalam tubuh Corra tampak bingung. Calista juga melihat Castra menahan senyum di dekat pohon, namun ketika Corra mendekat Castra segera memasang kamuflase, membuat tubuhnya tak terlihat.

Mata Callista yang sedari tadi berkaca-kaca mulai berair 

"Hiks ... hiks.. mengapa hanya aku yang berbeda? hiks.... hiks... mengapa hanya aku yang tak punya kekuatan?" Isak gadis kecil yang sekiranya masih berumur 15 tahun itu.

Mereka sedang berada di klan Arthaletha. Klan kecil yang berlokasi di Galaksi Colonimbus. Mayoritas klan ini dihuni oleh keluarga Caston, yang hampir semua keturunannya memilki kekuatan "Meniru". Keturunan Caston mempunyai peran penting di berbagai klan Colonimbus karena kemampuan mereka sebagai pengintai atau menjadi mata-mata.

Sama hal nya dengan saudara Callista. Cana dapat merubah tubuhnya secara sempurna sesuai target baik visual maupun suara, Camberra dapat menirukan suara apapun, manusia, benda atau pun hewan. Lain lagi dengan Castra, pemuda itu mempunya kekuatan kamuflase, tubuhnya dapat menyatu dengan benda sekitarnya layaknya Bunglon. Itulah beberapa kekuatan yang dipunya keluarga Caston, masih banyak lagi kekuatan yang muncul seiring dengan semakin berkembang keturunannya tapi inti dari semua kekuatan mereka adalah kemampuan dalam "Meniru". 

Berbeda dengan Callista. Gadis itu lahir tanpa kekuatan apapun. Membuatnya merasa dikucilkan dan tak berguna.

"Hei" Callista mendongak, pipinya masih penuh air mata. Netra ruby nya memandang pemuda yang memanggilnya. Dia Gana, bukan keturunan Caston namun juga penduduk Arthaletha. Keluarga Gana lebih banya berprofesi sebagai dokter dan ilmuwan.

.....

"Kau menangis lagi?" Ucap pemuda itu sambil tersenyum, sambil mengusap pipi Callista yang basah.

"Hiks...hiks.. apa tak ada cara lain? Aku juga ingin punya kekuatan hiks... hiks" Callsita mengeraskan tangisnya, tak memedulikan Gana.

....

....

"Mungkin aku bisa membantu"

.

.

.

.

"CALLISTA HENTIKAN SEMUA INI?" Gana berucap kasar, wajahnya merah padam. Gadis di depannya sontak menunduk, matanya mulai berkaca-kaca.

"Tapi dia sudah sekarat" cicit Callista

"KAU YANG MEMBUATNYA SEKARAT" suara tinggi Gana kembali menggema. Mereka terdiam. Mulai terdengar suara isakan Callista, walalupun telah berumur 17 tahun gadis itu tak pernah tahan dengan amarah pria di depannya.

Gana menarik nafas dalam lalu menghembuskannya kasar.

"Kau sudah punya 7 kekuatan, apakah itu belum cukup?" Suara Gana memelan. Kedua tangannya berada di pundak Callista, mencoba menyadarkan gadis yang begitu dicintainya.

Dua tahun telah berlalu sejak Gana berucap akan membantu Callista. Awalnya gadis itu tak tahu apa yang Gana coba lakukan. Pria itu membawanya ke laboratorium, menunjukkan kepadanya sebuah DNA pemilik kekuatan.

After SagarasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang