One Step Closer

1.4K 100 16
                                    

Ali sebenarnya kurang mengerti tujuan Lan mengganggunya di pagi buta, lantas memaksanya sarapan di luar.

"Jadi katakan ada apa?"Lan masih sibuk melahap nasi gorengnya "Lan" Ali menatap sebal. Bagaimanapun Ia masih mengantuk, Ia baru tertidur jam 6 pagi tadi karena telah mempelajari sistem teknologi delivery klan ini.

Setelah makan siang bersama mereka kemarin, Ali langsung ke perpustakaan, meminjam semua buku tentang teknologi itu. Entah kenapa Ali merasa, dibanding anak-anak Sagaras lainnya Ia yang paling bodoh dan Ali tak ingin tertinggal.

"Kau ini tak bisa santai sedikit" Lan menggerutu "Aku tahu kau tengah mencari informasi tentang teknologi teleportase cermin" Mata Ali yang sedari tadi terasa berat sontak melebar.

"Bagaimana kau tahu?" Ali memasang wajah serius "Kau memata-mataiku?"

Lan terkekeh "Sejujurnya aku sudah sangat ingin menemuimu di hari pertama kau di sini. Ada seseorang dari klan lain berhasil menembus lima gerbang. Bukankah itu sangat menakjubkan" Kening Ali masih berkerut tidak mengerti.

"Aku sangat ingin keluar dari klan ini Ali, menjelajahi klan lain seperti yang kau lakukan dengan teman-temanmu. Ana mengetahui itu, dan dia tak setuju"

......

"Aku berpikir, kenapa kau memasuki sebuah klan yang tak mengijinkanmu berinteraksi dengan dunia luar, terlebih setelah mendengar kisahmu dengan keturunan murni. Tapi setelah mengikutimu, aku mengerti kau mempunyai rencana. Kau tak akan tinggal diam di sini"

Ali kini mengerti, Ia menarik nafas dan menghembuskannya pelan "Kalau begitu kau pasti tahu bahwa jalanku telah buntu. Teleportase melalui cermin adalah satu-satunya yang bisa menghubungkanku dengan Raib tapi mereka menghapusnya"

Lan mencodongkan tubuhnya ke depan, merendahkan suara "Tak ada satupun informasi yang dihapus di Sagaras Ali. Kita bisa menemukannya jika kita mencari di tempat yang tepat" Pria itu menyeringai "Ditambah melihat bagaimana Sagaras menyembunyikan informasi itu, bisa jadi teknologi teleportase cermin benar-benar satu-satunya jalan untuk keluar dari klan ini"

"Dimana tempat itu?"

"Nanti siang temui aku di perpustakaan dan jangan beri tahu Ana tentang ini"

"Kau tak ingin mengajaknya?"

Lan mengehembuskan nafas kasar "Ia takkan setuju, seperti ibumu Ana juga berhutang budi pada Klan ini. Ia pasti akan memilih tinggal"

"Jangan sampai kau menyesal. Orang Bumi berkata, sesuatu akan terasa sangat istimewa saat kau telah kehilangannya"

"Seperti kau sekarang" Lan tertawa "Pasti kau sudah sangat merindukan Putrimu"

Ali tak menanggapi, memilih menyesap kopi hangat di depannya. Bohong jika Ia tak rindu. Ali bahkan menyesal tak sempat membawa satupun foto Raib.

***

Disuatu klan antah berantah tengah duduk seorang ratu di singgasananya. Beberapa manusia bertudung merah meringkuk tak jauh dari kaki sang ratu. Tiba-tiba pintu ruangan yang besar tersebut terbuka. Masuklah seorang berperawakan tinggi, juga bertudung merah, segera bersujud dihadapan sang ratu.

"Jadi bagaimana, kau sudah memastikan informasi itu?" sang ratu bersuara

"Benar Yang Mulia, saya telah mengecek beberapa satelit kita yang mengamati klan tersebut. Walau tak didapatkan gambar yang jelas namun mereka memastikan pernah terjadi fenomena tak biasa di wilayah tersebut"

"Hm aku tak menyangka, begitu banyak klan kujajahi ternyata klan tertua itu berada di klan bumi, klan makhluk terendah. Mereka pasti memilih klan itu agar tak menarik perhatian dunia paralel"

"Lalu bagaimana dengan keturunan murni Yang Mulia? Aku dengar kelompok itu kalah. Jika kita bisa mendapatkan buku kehidupan, semua rencana akan berjalan lancar"

"Kau tenang saja. Kita akan mendapatkan nya segera. Rahasiakan informasi ini, jangan sampai tersebar dan segera kirim kelompokmu mengawasi wilayah itu"

"Baik Yang Mulia"

Pria bertudung merah undur diri. Tampak seringai di wajah sang Ratu

"Sedikit lagi, semua klan akan berada di bawah kendaliku" Batin Sang Ratu

****

Raib dan Seli tengah berada di kantin menikmati bakso mereka seperti biasa.

"Hey Ra, bisa aku gabung?" Seli hampir tersedak melihat Dan yang tiba-tiba duduk di samping Raib.

"Boleh Dan, kosong kok" Jawab Raib sambil tersenyum, membuat kerut di wajah Seli semakin dalam.

"Aku pesan makan dulu ya"

"Sejak kapan kau dekat dengan Dan?" Seli langsung bertanya begitu sosok Dan menjauh dari mereka.

"Jadi kemarin kan aku remed terus dikasih tugas susah banget, nah Dan yang bantuin aku kerjain. Orangnya baik loh Sel, pinter lagi kayak Ali-Ups" Raib menutup mulutnya, bisa-bisanya dia keceplosan di depan Seli lagi.

"Inget ya Ra, aku shipper Rali sejati. Aku nggak mau kapal aku karam"

Raib memasang wajah bingung, tak mengerti kalimat Seli tentang perkapalan. Dan datang membawa sepiring nasi goreng dan jus jeruk, kemudian duduk di samping Raib.

"Aku juga gabung ya" April juga datang lengkap dengan pesananannya, langsung duduk di samping Seli. Seketika meja yang biasanya hanya dihuni tiga orang itu menjadi ramai.

"Hm hm dimakan nasi gorengnya, nggak bakalan kenyang kalau lihatin Raib mulu" Seli menyindir Dan yang sejak duduk tak menyentuh nasi gorengnya, malah sibuk mengamati Raib.

"Hm maaf Seli, hanya saja Raib cantik sekali hari ini dengan jepit rambut" Dan menjawab jujur yang sontak membuat Raib memerah "Tapi bener, jepit rambut kamu cantik sekali Ra. Beli di mana?" April menimpali.

Hari itu memang pertama kalinya Raib memakai jepit rambut pemberian Ali ke sekolah. Jepit rambut dengan permata membentuk bulan di bagian atasnya, terlihat sangat cantik dan mahal. Sejak di kelas tadi, beberapa teman perempuannya sudah menanyakan yang dijawab Seli "Hadiah dari Ali, tanya sana sama Ali beli di mana"

Raib menunggu Seli menjawab untuknya, namun sahabat baiknya itu seakan tak mendengar pertanyaan April

"Hm ini dari Ali. Aku nggak tahu dia beli di mana" Raib terpaksa berbohong, jelas-jelas Ia tahu Ali membelinya di klan archantum.

"Ciee jadi dari Ali. Bisa jadi itu cuma satu di dunia Ra, dibuat khusus untuk Putrinya Ali" April berucap dengan nada menggoda, membuat Seli juga ikut tertawa.

"Jadi Ali ini sepertinya penting sekali, sekarang dia dimana?" Dan yang sedari tadi diam bertanya. Sontak ketiga perempuan itu terdiam, hawa dingin mulai berhembus.

.....

.....

Raib menjawab sambil mecoba tersenyum "Dia sekarang tak di sini, tapi aku yakin Ali pasti akan kembali"

TBC

Please beri koreksi ya kalau ada yang salah, nama klan tempat Ali beli jepit rambut untuk Raib. Aku males ngecek ig tereliye lagi untuk baca ulang part itu. Terus, ada yg ingat jumlah ksatria di sagaras? 12 atau 13 ya. Aku butuh data itu untuk part selanjutnya.

After SagarasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang