chapter 37 - siapa

23.2K 2.8K 53
                                    

Setelah sekian lama, akhirnya aku punya agenda di luar. Rutinitas berhadapan dengan laptop, makan, tidur, mengurus kura-kura, dan terus berulang tidak akan terjadi hari ini.

Kenapa?

Karena hari ini salah satu teman dekatku—yang juga jadi salah satu penghuni kontak di ponselku, mengundangku untuk menghadiri akikah anak pertamanya. Tentu aku mengusahakan hadir, apalagi aku bukan orang yang sibuk dengan jadwal yang mengikat.

Paling hambatan terbesar orang rumahan sepertiku hanya rasa malas yang kadang tiba-tiba datang mendekati hari H. Padahal sebelumnya selalu mengeluh bosan di rumah. Ah, aku kadang tidak mengerti diriku sendiri.

Aku sedang sibuk memilih pakaian yang akan kukenakan ketika samar-samar mendengar pintu diketuk. Kak Bunga? Aku menggeleng, tidak mungkin. Satu-satunya alasan Kak Bunga menganggu itu karena ingin bertemu atau cari perhatian ke Kak Wira. Sementara dia pasti telah hafal di luar kepala detail kegiatan Kak Wira tiap harinya.

Kecuali tujuannya kali ini memang ingin bertemu denganku.

Aku menarik pintu dan … tidak menemukan siapa pun di luar. Eh? Tidak mungkin aku yang salah dengar. Aku menjulurkan kepalaku lalu menoleh ke kiri dan kanan. Kosong.

Selama beberapa detik aku menunggu, siapa tahu ada manusia kurang kerjaan yang mengajakku bermain, namun tetap tidak ada. Baiklah, daripada menyangkut pautkannya dengan hal-hal mistis, anggap aku saja yang berhalusinasi.

Mungkin tak sampai lima menit aku masuk, aku bahkan belum memilih salah satu isi lemari yang jumlahnya tak seberapa saat pintuku lagi-lagi diketuk. Tanpa berlama-lama, aku melangkah cepat—nyaris berlari, untuk memergoki orang itu.

Dan sekali lagi, aku tidak menemukan sosok manusia di depan unitku. Aku memberanikan diri keluar.

“Siapa sih?!”

Aku menoleh ke sumber teriakan barusan. Kak Bunga juga baru saja keluar dari unitnya dengan napas memburu dan kini tatapan kami bertemu.

Dahinya mengernyit. “Lo yang ketuk pintu gue?”

Oh, wow. Aku juga korban dan sekarang malah dituduh sebagai pelaku kurang kerjaan? Aku segera menggeleng. “Bukan. Pintu gue juga ada yang ketuk, Kak.”

Kak Bunga mendengus lalu masuk ke unitnya.

Kalau bukan hanya aku, berarti yang barusan memang kerjaan orang iseng. Buang-buang waktu saja. Harusnya sekarang aku sudah mendapatkan pakaian yang akan kukenakan, tapi malah tertunda.

Mengabaikannya, aku akhirnya masuk. Jika ketiga kalinya ada yang mengetuk, akan kuabaikan.

**

Sebelum berangkat, aku sudah merencanakannya matang-matang. Tidak perlu berlama-lama di sana, cukup basa-basi sejam dua jam, lalu pulang. Aku bukannya tidak senang bertemu dengan teman dekatku, hanya saja acara semacam itu tidak cocok dijadikan temu kangen dan berbagi cerita mendalam.

Dan lagi, yang hadir tentu bukan hanya kenalan temanku, tapi juga kenalan suaminya. Berbaur dengan orang asing bukan duniaku.

Kira-kira seperti itu rentetan rencanaku.

Tapi kenyataannya, beberapa teman kuliahku yang kebetulan juga hadir menyeretku ikut bersama mereka. Kumpul di salah satu restoran dan mengenang masa lalu di sana hingga langit perlahan menggelap.

Aku menghela napas sembari berjalan pelan menuju gedung apartemen. Persediaan energiku terkuras habis. Rasanya aku ingin buru-buru sampai dan berbaring di kasurku. Oh, tidak. Kak Wira tidak mungkin membiarkanku meninggalkannya begitu saja.

Baru saja aku memikirkannya, pesan dari Kak Wira masuk. Senyumku muncul tanpa diminta.

Kak Wira

Dicari : Teman Sekamar [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang