▪︎chapter 2: french kiss 🔞▪︎

77.9K 1.1K 4
                                    

Rana merenggangkan tubuhnya yang terasa pegal meskipun di saat yang sama ia juga bisa bernapas lega karena semua kegiatannya hari ini akhirnya sudah berakhir. Hari ini adalah hari terakhirnya berada di apartemen yang selama ini ia tempati sejak ia berada di semester 7 dan rencananya besok ia akan bertemu dengan pemilik apartemen untuk mengembalikan kunci sekaligus berpamitan. Beberapa barang miliknya juga sudah selesai ia kemas dan siap dibawa ke rumah dr. Runi. Tentu saja untuk urusan mengemas barang begini Rana tidak mungkin melakukannya sendirian, mengingat sekarang adalah hari Minggu pastinya Pak Raka datang menemuinya dan tentunya memberikan banyak bantuan. Salah satunya untuk urusan mengemas barang dan membawa semuanya ke rumah dr. Runi nanti.

Awalnya Pak Raka sempat menyarankan agar ada beberapa barang yang ditaruh di rumahnya nanti mengingat setelah mereka sudah pasti Rana akan tinggal bersama Pak Raka di kediaman pria itu. Akan tetapi, Rana pikir itu terlalu cepat mengingat mereka baru akan menikah awal tahun depan karena ia tidak ingin persiapan pernikahan mereka terlalu terburu-buru. Apalagi Rana juga masih harus bertemu dengan keluarga Pak Raka. Memang ia sudah mengenal mereka semua, tetapi perkenalan awalnya Rana dengan keluarga Pak Raka bukan sebagai calon istri pria itu melainkan sebagai dirinya sendiri. Jadi, Rana pikir untuk mengurus kepindahannya ke rumah Pak Raka akan lebih baik dilakukan saat mendekati bulan pernikahan mereka saja.

Rana melihat ke arah Pak Raka yang langsung mendudukkan diri di sofa panjang dengan punggung yang bersandar dengan nyaman, ia tahu kalau pria itu pasti kelelahan meskipun Pak Raka sama sekali tidak mengatakannya. Apalagi sebelum beberes tadi, Pak Raka juga sempat membantunya untuk mengerjakan beberapa revisi skripsi miliknya. Lalu, Rana memutuskan untuk mengambil gelas kosong yang akhirnya ia gunakan untuk menampung jus kemasan di dalam kulkas. Tentu ia juga mengambil jatah untuk dirinya sendiri karena ia pun juga merasa lelah. Setelah itu, Rana membawa kedua gelas di tangannya sebelum ia duduk di sebelah Pak Raka.

"Diminum langsung, Pak, biar seger," sahut Rana sembari menyerahkan gelas milik pria itu.

"Makasih," balas Pak Raka seraya menerima gelas jus miliknya dan kemudian pria itu melayangkan sebuah protes. "Udah saya bilang kalo kamu nggak perlu manggil saya pake Pak. Kayaknya susah banget, ya?"

Rana menahan senyum di saat cewek itu baru saja meneguk jusnya. "Nggak juga, sih. Ini kan soal pembiasaan aja. Padahal saya lebih suka manggil pake Pak Raka aja daripada pake nama langsung, kesannya juga kayak kurang sopan apalagi Pak Raka kan emang 12 tahun lebih tua dari saya. Tapi, kalo kita mau ubah cara komunikasi kita berdua, artinya ada hal-hal lain yang juga perlu diganti. Kayak nggak ada lagi penggunaan 'saya', adanya ya aku sama kamu. Pak Raka juga pasti tau soal itu. Jadi, kamu--"

Pak Raka yang semula sedang fokus meneguk jusnya mendadak berhenti melakukan kegiatannya. Sepertinya ini adalah pertama kalinya Rana menggunakan kata ganti 'Pak Raka' atau 'Bapak' dengan menggunakan kata 'kamu' kepada pria itu.

"--mau aku panggil apa? Mas Raka? Sayang? Atau justru mau Om aja?" ledek Rana.

"Udahlah, panggil pake Pak aja dulu," jawab Pak Raka sebelum menaruh jusnya di atas meja yang ada di sebelahnya. Rana terkikik melihat gelagat salah tingkah pria itu meskipun saat ini Pak Raka sedang memalingkan wajahnya ke arah televisi yang sedari tadi memperlihatkan berita. "Nggak wajib diubah sekarang. Kalo mau pas nikah nanti aja juga nggak masalah."

"Loh, aku juga nggak ada masalah nyoba mulai dari sekarang. Daripada kamu protes terus," kata Rana sebelum cewek itu lagi-lagi meledek calon suaminya. "Kamu tuh aneh, ya? Tadi minta aku yang biasain buat nggak pake panggilan Pak, tapi mendadak malah kamu salting sendiri dan malah pengen dipanggil pake Pak lagi."

"Siapa yang salting?" Pak Raka akhirnya menoleh ke arahnya dan sekarang Rana semakin bisa melihat ekspresi salah tingkah di wajah pria itu. Meskipun Pak Raka bicara dengannya menggunakan nada ketus yang selalu ia dengar, tapi Rana tahu hal itu hanya pengalihan saja. "Saya cuma belum biasa aja denger kamu manggil saya begitu, termasuk dengan cara kamu ngomong pake 'aku-kamu' ke saya. Bukannya saya nggak suka, cuma ... yah, gitulah pokoknya. Lagian awalnya saya cuma minta kamu jangan panggil pake Pak malah merembet ke persoalan 'aku-kamu' segala."

SPOUSE 🔞 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang