Rekaman 022

10 1 0
                                    

Kemuning, 7 Oktober 1968, Pukul 21:38

-----


Seroja

[Suara samar namun terekam dari balik pintu] Sudah lebih dari sebulan Rendra bekerja, dan kamu memonopolinya. Harus saya buatkan nomor antre untuk mencegahmu, namun kamu berani bayar lebih mahal agar didahulukan. Jika kamu setertarik itu dengan dia, Elok, maka penuhi saja maharku.


Darminah

Jika aku membayar maharmu itu, madam, maka aku akan menjadi buruhmu seumur hidup. Ini caraku untuk meraih apa yang aku mau. Jangan sangka aku tidak tau, madam, soal anakmu dan dia.


Seroja

Itu agar kamu segera mencari yang lain, yang maharnya bisa kamu bayar tanpa harus bekerja padaku seumur hidup. Saya mengerti, Elok. Kamu teman lama saya, dan saya sayang padamu. Dan justru itulah saya menasihatimu. Cinta tidak harus memiliki, namun cintailah apa yang kamu miliki. Dan apa... siapa yang sedang kamu miliki saat ini sudah bertahun-tahun menunggumu pulang ke Surabaya.


[Pintu kayu diketuk tiga kali]


Hamba

Permisi.


[Pintu kayu dibuka]


Hamba

Madam memanggil saya?


Seroja

Kamu datang tepat waktu. Masuk.


[Pintu kayu ditutup]

[Suara langkah kaki selama empat detik]


Seroja

Elok di sini sedang berbincang dengan saya, tentang kamu. Pelanggan nomor satumu.


Hamba

Malam, Elok.


Darminah

Kamu akan bersamaku lagi malam ini, kamu tau itu?


Hamba

Tentu.


Seroja

Dan yang tadi kami bicarakan kurang lebih tentang Elok yang ingin bersamamu di malam-malam seterusnya. Ia ingin... for lack of better words, meminangmu tanpa neko neko. Tak perlu ke KUA, tak perlu nikah sirih. Hanya menikah. Hidup bersama hingga ia bosan denganmu.


Hamba

Kumpul kebo, maksudnya?


Seroja

Bagiku tetap sama seperti pernikahan. Sebelum zaman nabi dan sebelum gereja, yang kamu sebut sebagai kumpul kebo itu tetap dipandang sebagai pernikahan. Dan pernikahan pada zaman sekarang hanyalah kumpul kebo berhias surat-surat pemerintah.

Sembari Menunggu HambaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang