Rekaman 026

14 1 0
                                    

Kemuning, 12 Januari 1969, Pukul 00:01

-----


Resti

Kamu masih bangun?


Hamba

Masih.


[Hening selama dua puluh enam detik]


Resti

Saya sempat berpikir. Jika kamu tidak pernah bertemu dengan bunda, apakah kita bisa seperti sekarang?


[Hening selama tujuh detik]


Hamba

Saya mungkin masih di Jakarta. Bernyanyi buat orang lain, di bar yang lain. Atau bernyanyi untuk diri saya sendiri.


Resti

Jadi pertemuan kita murni terjadi karena bunda. Entah kenapa, saya merasa sedih karena itu.


Hamba

Tidak. Pertemuan kita sudah ditakdirkan. Ibumu hanya utusan dari sang takdir.


Resti

Kata-katamu memang penghibur. Namun... tetap saja. Semudah itu takdir mempertemukan kita berdua, semudah itu pula takdir dapat merenggutnya. Mungkin kamu bisa saja tetap berada di Jakarta, dan saya tetap di Surabaya. Hingga mati tidak pernah bertemu. Atau mungkin ini malam terakhir kita, dan besok kamu akan pergi.


Hamba

Saya tidak akan pergi.


Resti

Apakah karena ikatan kerjamu dengan bunda?


Hamba

Itu salah satu alasannya.


Resti

Apakah ada alasan lain?


Hamba

Ada.


Resti

Apakah "saya" adalah salah satu dari alasan lain itu?


Hamba

Mungkin.


Resti

Kenapa hanya "mungkin"?


[Hening selama empat belas detik]


Hamba

Saya tidak tau.


Resti

Kenapa tidak tau?


Hamba

Sembari Menunggu HambaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang