Kemuning, 12 Januari 1969, Pukul 00:01
-----
Resti
Kamu masih bangun?
Hamba
Masih.
[Hening selama dua puluh enam detik]
Resti
Saya sempat berpikir. Jika kamu tidak pernah bertemu dengan bunda, apakah kita bisa seperti sekarang?
[Hening selama tujuh detik]
Hamba
Saya mungkin masih di Jakarta. Bernyanyi buat orang lain, di bar yang lain. Atau bernyanyi untuk diri saya sendiri.
Resti
Jadi pertemuan kita murni terjadi karena bunda. Entah kenapa, saya merasa sedih karena itu.
Hamba
Tidak. Pertemuan kita sudah ditakdirkan. Ibumu hanya utusan dari sang takdir.
Resti
Kata-katamu memang penghibur. Namun... tetap saja. Semudah itu takdir mempertemukan kita berdua, semudah itu pula takdir dapat merenggutnya. Mungkin kamu bisa saja tetap berada di Jakarta, dan saya tetap di Surabaya. Hingga mati tidak pernah bertemu. Atau mungkin ini malam terakhir kita, dan besok kamu akan pergi.
Hamba
Saya tidak akan pergi.
Resti
Apakah karena ikatan kerjamu dengan bunda?
Hamba
Itu salah satu alasannya.
Resti
Apakah ada alasan lain?
Hamba
Ada.
Resti
Apakah "saya" adalah salah satu dari alasan lain itu?
Hamba
Mungkin.
Resti
Kenapa hanya "mungkin"?
[Hening selama empat belas detik]
Hamba
Saya tidak tau.
Resti
Kenapa tidak tau?
Hamba
KAMU SEDANG MEMBACA
Sembari Menunggu Hamba
Mystery / Thriller"Maafkan Hamba, Romo, karena Hamba akan berdosa." Pada tahun 1967, Hamba, sebuah nama samaran dari seorang anak petani, dipromosikan dari tentara biasa menjadi seorang intel. Ditugaskan sebagai mata-mata penembak misterius, Hamba perlahan-lahan memp...