Ciledug, 21 Agustus 1967, Pukul 15:34
-----
Hamba
Maafkan Hamba, Romo, karena Hamba akan berdosa.
Romo
Dosa apa yang akan Hamba lakukan besok?
Hamba
Bertemu Maut di Sungai Merah.
Romo
Suara baru, dengan tujuan baru, untuk menemani jiwa baru dalam perjalanan bertemu Tuhan. Lembut sekali suaramu, Hamba. Apa kamu suka menyanyi? Mengaji?
Hamba
Tidak, Romo.
Romo
Sayang sekali. Suara sebagus suaramu pasti dibutuhkan. Entah untuk menghibur raga atau jiwa. Sebelum kamu, ada yang senang main gitar. Kalau saja kita semua bisa kenalan satu sama lain, mungkin kita bisa jadi kelompok pemusik.
Hamba
Jadi... bagaimana, Romo?
Romo
Bagaimana apa?
Hamba
Tugas saya?
Romo
Tidak perlu terburu-buru. Pekerjaan kita butuh banyak sabar. Butuh banyak tersenyum, banyak bercanda, banyak mengobrol, banyak membangun mimpi. Kita harus bisa jadi salah satu dari dua belas murid Tuhan. Karena pada akhirnya, yang membunuh Tuhan bukanlah iblis, melainkan manusia yang Ia sayangi.
Hamba
Sayangnya kita beda kepercayaan, Romo. Tuhan saya tidak dibunuh oleh ciptaan-Nya.
Romo
Hahaha! Yah, aku harap perbedaan kita tidak akan menghalangi pekerjaan dan persahabatan kita.
Hamba
Saya juga berharap yang sama.
Romo
Ah, tiap Hamba yang datang, selalu serius-serius. Kecuali satu, yang... em, yang sayangnya aku tidak tau namanya. Yang aku tau cuma suaranya. Hamba, apa kamu bisa bercanda?
Hamba
Bisa, Romo.
Romo
Kedengarannya tidak seperti orang yang bisa bercanda.
Hamba
Mohon maaf, Romo. Sepengetahuan saya, kita para tentara memang dilatih untuk disiplin dan siaga.
Romo
Benar. Pada waktunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sembari Menunggu Hamba
Mistério / Suspense"Maafkan Hamba, Romo, karena Hamba akan berdosa." Pada tahun 1967, Hamba, sebuah nama samaran dari seorang anak petani, dipromosikan dari tentara biasa menjadi seorang intel. Ditugaskan sebagai mata-mata penembak misterius, Hamba perlahan-lahan memp...