Cilandak, 26 Agustus 1967, Pukul 08:13
-----
[Suara ketukan pintu tiga kali]
[Suara pintu terbuka]
Gandaria
Pak Setjadi? Masuk! Masuk! Silakan. Duduk saja. Kopi? Teh?
[Suara cicit sofa]
Hamba
Teh saja, Pak. Tidak usah pakai gula.
[Suara cicit sofa]
Gandaria
Oh, baik. Asri! Buatkan teh! Tak pakai gula! Nah, baik. Selamat pagi Pak... Pak Setjadi. Benar kan? Takut salah orang saya. Hahaha!
Hamba
Benar Pak.
Gandaria
Ah, syukur, syukur. Takut salah, saya. Banyak sekali loh, Pak, yang tempo lalu diperbincangkan Pak Erik. Ada siapa saja ya, waktu itu? Pak Bedjo, Pak Tjandra, Pak Malik... saya malah tak ingat ada nama Pak Setjadi sempat disebut. Hanya tampang Bapak saja kalau tidak salah. Tapi saya ingat betul kalau Bapak yang paling disarankan sama Pak Erik. Katanya berpengalaman. Paling berprestasi. Paling bisa dipercaya.
Hamba
Pak Erik itu hanya melebih-lebihkan, Pak.
Gandaria
Nah, rendah hati pula ternyata kau! Hahaha! Kabar baik! Kabar baik! Nah, Pak Setjadi, sudah sempat berbicara lagi dengan Pak Erik?
Hamba
Saya tidak bakal ke sini pagi-pagi kalau belum, Pak.
Gandaria
Nah, betul sekali itu! Malah saya yang kurang sopan, masih bertanya yang sudah jelas. Hahaha! Oh, Bapak merokok?
Hamba
Merokok, Pak.
Gandaria
Ah, bagus. Saya ada teman berarti. Rokok kretek masuk?
Hamba
Rokok saya itu, Pak.
Gandaria
Wah, satu selera lagi. Benar-benar. Niat hati cuma mau mempekerjakan Bapak, eh ternyata kita bisa jadi kawan merokok. Hahaha!
[Suara langkah kaki telanjang pada lantai mendekat]
[Suara aduan meja kayu dan piring cangkir teh]
Asri
Nuhun, tehnya, Pak Setjadi, Pak [NAMA DIREDAKSI].
KAMU SEDANG MEMBACA
Sembari Menunggu Hamba
Misterio / Suspenso"Maafkan Hamba, Romo, karena Hamba akan berdosa." Pada tahun 1967, Hamba, sebuah nama samaran dari seorang anak petani, dipromosikan dari tentara biasa menjadi seorang intel. Ditugaskan sebagai mata-mata penembak misterius, Hamba perlahan-lahan memp...