Rekaman 004

27 4 0
                                    

Cilandak, 26 Agustus 1967, Pukul 08:13

-----

[Suara ketukan pintu tiga kali]

[Suara pintu terbuka]


Gandaria

Pak Setjadi? Masuk! Masuk! Silakan. Duduk saja. Kopi? Teh?


[Suara cicit sofa]


Hamba

Teh saja, Pak. Tidak usah pakai gula.


[Suara cicit sofa]


Gandaria

Oh, baik. Asri! Buatkan teh! Tak pakai gula! Nah, baik. Selamat pagi Pak... Pak Setjadi. Benar kan? Takut salah orang saya. Hahaha!


Hamba

Benar Pak.


Gandaria

Ah, syukur, syukur. Takut salah, saya. Banyak sekali loh, Pak, yang tempo lalu diperbincangkan Pak Erik. Ada siapa saja ya, waktu itu? Pak Bedjo, Pak Tjandra, Pak Malik... saya malah tak ingat ada nama Pak Setjadi sempat disebut. Hanya tampang Bapak saja kalau tidak salah. Tapi saya ingat betul kalau Bapak yang paling disarankan sama Pak Erik. Katanya berpengalaman. Paling berprestasi. Paling bisa dipercaya.


Hamba

Pak Erik itu hanya melebih-lebihkan, Pak.


Gandaria

Nah, rendah hati pula ternyata kau! Hahaha! Kabar baik! Kabar baik! Nah, Pak Setjadi, sudah sempat berbicara lagi dengan Pak Erik?


Hamba

Saya tidak bakal ke sini pagi-pagi kalau belum, Pak.


Gandaria

Nah, betul sekali itu! Malah saya yang kurang sopan, masih bertanya yang sudah jelas. Hahaha! Oh, Bapak merokok?


Hamba

Merokok, Pak.


Gandaria

Ah, bagus. Saya ada teman berarti. Rokok kretek masuk?


Hamba

Rokok saya itu, Pak.


Gandaria

Wah, satu selera lagi. Benar-benar. Niat hati cuma mau mempekerjakan Bapak, eh ternyata kita bisa jadi kawan merokok. Hahaha!


[Suara langkah kaki telanjang pada lantai mendekat]

[Suara aduan meja kayu dan piring cangkir teh]


Asri

Nuhun, tehnya, Pak Setjadi, Pak [NAMA DIREDAKSI].

Sembari Menunggu HambaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang