Rekaman 028

15 2 0
                                    

Ciledug, 19 Januari 1969, Pukul 08:21

-----


Hamba

Maafkan Hamba, Romo, karena Hamba akan berdosa.


Romo

Dosa apa yang akan Hamba lakukan besok?


Hamba

Bertemu Maut di Sungai Merah.


Romo

Apa kabar?


[Hening selama enam puluh enam detik]


Romo

Aku anggap kabarmu baik, kalau begitu.


[Hening selama tiga puluh dua detik]


Romo

Maut bercerita apa yang terjadi. Kamu tau apa akibatnya jika kamu menyerang rekan kerjamu?


[Hening selama dua puluh satu detik]


Hamba

Mati akan menjadi sebuah berkah untuk saya saat ini.


Romo

Benar sekali. Untuk itulah, kamu tidak akan mati.


[Hening selama dua belas detik]


Romo

Tapi sebenarnya, Hamba, Maut tidak melapor sebuah pelanggaran aturan kepadaku. Yang diceritakan Maut justru adalah kamu. Kamu ingin tau apa yang ia ceritakan?


[Hening selama delapan detik]


Romo

Ia mengkhawatirkanmu, Hamba.


[Suara tawa ditahan]


Romo

Sebenarnya yang ia khawatirkan bukanlah apakah kamu bisa tetap menjalankan pekerjaanmu. Yang ia khawatirkan adalah justru sesuatu yang lebih bersifat pribadi. Maut mengkhawatirkan bahwa ia menaruh rasa padamu. Yah, bukan rasa yang itu. Lebih ke... Mungkin aku lebih tepat mengatakan bahwa, di antara semua orang di dalam divisi ini, yang tidak akan memiliki secercah rasa di dalam hati mereka adalah mereka yang kamu panggil sebagai Maut. Untuk pertama kalinya setelah mematikan rasa itu di dalam hati selama lima belas tahun, Maut kembali merasa.


Hamba

Dan rasa telah mati dalam diriku.


Romo

Apakah ini berarti sudah saatnya kamu dan Maut berganti posisi?

Sembari Menunggu HambaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang