tenth

2K 205 1
                                    

Hari ini Aran sedang disibukkan dengan beberapa pertemuan bersama klien, ia sudah ada di Jakarta sejak subuh tadi.

"Bang, tolong ini meeting sama klien ditaro jam 1 siang ya terus meeting sama relawan yang dari inggris itu jam 4 sore." ucapnya pada Mirza.

Mirza pun mengangguk dan menuliskan apa yang Aran ucapkan.

"Nih Ran lo cek berkas-berkasnya." Aran mengambil berkas yang diserahkan oleh Mirza dan mulai membacanya.

"Yessica Tamara?" gumamnya.

"Bang, kok ada nama Chika disini?" Mirza mendekat dan melihat isi berkas tersebut.

"Oh ini dari Chk corp Ran, yang ngirim berkas ini minta kita kerjasama dalam ke sosialan." Aran mengangguk.

"Yang punyanya siapa?"

"Masih atas nama Pucho Alamsyah." Aran mengangguk.

"Oke gua baca dulu ya." Aran mulai membaca isi dari berkas tersebut.

"Menarik." gumamnya, sesekali Aran memainkan pulpennya.

Mirza masih memilah dan memilih berkas yang akan segera di tandatangani oleh adik sepupunya itu.

"Nih bang, gua udah acc yang ini secepatnya gua minta jadwalin pertemuan sama CEO Chk corp." Mirza mengangguk.

Aran dan Mirza kembali mengecek berkas lainnya sampai jam makan siang.

Drrtt! Drrtt!

Ponsel Aran yang berada diatas meja bergetar dan menampilkan nama kontak seorang dokter cantik.

Mirza sedikit mengintip.

"Pacar lo nelpon noh." ucap Mirza.

"Gua ga punya pacar." ucap Aran sambil menandatangani berkas.

"Tuh chika cantik apaan?" Aran seketika langsung mengambil ponselnya.

"Ngintip aja lo bang." Mirza terkekeh sembari menggeleng pelan.

"Btw Chika itu yang suka lo anterin ke tenda kan?" Aran mengangguk.

"Cakep, boleh juga tuh." ucap Mirza.

Aran menatap sinis pada kakak sepupunya itu.

"Ets santai bro, maksud gua tuh boleh juga dia jadi bini lo alias jadi sepupu gua."

"Ga akan pernah."

"Lah napa?"

"Orang dia suka sama Gito ngapain gua halalin orang yang suka sama temen gua."

Oh, Mirza baru ingat gosip dikalangan dokter-dokter itu ternyata soal Chika dan Gito. Menarik.

"Loh udah sama Gito?" Aran mengangguk.

"Tapi sama Gito juga cocok sih." lanjut Mirza. Aran kembali menatap sinis pada Mirza tapi Mirza pura-pura tidak melihatnya.

"Lo lebih setuju Chika sama gua atau sama Gito?" Mirza terlihat seperti berpikir.

"Sama Gito oke sih, dia kan pewaris tunggal perusahaan om Andrian." ucap Mirza.

"Iya juga sih." ucap Aran lesu.

"Kalo lo mau Chika, lo harus berjuang lebih keras lagi. Saingan lo bukan orang lain tapi sahabat lo sendiri." ucap Mirza dengan wajah serius sembari menepuk-nepuk pundak Aran.

Aran yang awalnya lesu jadi lebih semangat dan tersenyum penuh keyakinan.

"Thanks udah yakinin gua." Mirza mengangguk.

***

Sementara itu Chika sedang sibuk-sibuknya mengurus data-data warga yang direvisi.

"Sus, ini yang punya penyakit kulit ada berapa orang?" tanya Chika.

ZAHRAN [Chikara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang