29th

3.5K 289 23
                                    

Halo, aku Yessica Tamara Khaulah. Istri dri pengusaha terkenal sekaligus pemilik rumah sakit terbesar dengan kategori milik keluarga terbesar di Asia.

Pernikahan ku dan dia sudah menginjak satu tahun, selama satu tahun ini kami tidak pernah ribut besar paling hanya sekedar ribut karena dia yang terlalu sibuk sampai mengabaikan kesehatannya.

Beberapa bulan lalu, papi ku menyusul mami. Jantung koroner yang menyerangnya kala itu sangat mendadak dan itu membuatku terpukul.

Papi ku sangat menyayangi mami, beliau bahkan berjanji padaku akan selalu mencintai mami sebagai wanita terakhirnya. Aku senang dengan kelembutan almarhum papi.

Setelah papi tak ada, hanya Aran dan keluarganya yang aku punya. Tapi sayang, mertuaku dan adik ipar ku pindah ke Korea karena pekerjaan papa Cio. Aran sempat menawarkan untuk pindah juga padaku tapi aku menolak dengan alasan aku tak ingin meninggalkan papi sendiri di Indonesia dan itu tidak membuat Aran keberatan sama sekali.

Satu bulan lalu, aku melahirkan malaikat kecil yang lucu dan tampan. Wajahnya sangat mirip dengan wajah kecil Aran kata mama mertuaku. Matanya yang sipit, hidungnya mancung, rambut tebal dan bibirnya mirip denganku.

Arkana Abraham Yesaya, anak pertamaku dan anak semata wayang ku dengan Aran. Kalian bisa memanggilnya Arkan. Bayi yang berumur satu bulan kurang itu sekarang sedang tidur nyenyak di sampingku, lebih tepatnya di samping meja kerjaku.

Aran memberikan beberapa perusahaannya atas nama aku begitupun dengan rumah sakitnya. Aku sempat menolak karena aku takut tak bisa menghandle semua pekerjaan berat itu, tapi Aran bilang aku akan dibantu oleh teman-temannya jadi aku tidak akan terbebani dengan pekerjaan itu.

Aku melirik sebentar pada bingkai foto yang memperlihatkan punggung ku dan Aran saat menikah.

Aku tersenyum tipis melihat bingkai dengan foto setengah badan Aran yang memakai jas dokternya, ntah apa tujuannya berfoto setengah badan itu tapi menurutku itu cukup gagah hahaha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku tersenyum tipis melihat bingkai dengan foto setengah badan Aran yang memakai jas dokternya, ntah apa tujuannya berfoto setengah badan itu tapi menurutku itu cukup gagah hahaha.

Aku sangat mencintai Aran, lelaki yang saat itu memberanikan diri untuk mendekatiku, meminta izin pada papi untuk membawaku pergi, lelaki yang peduli pada manusia lain, lelaki yang selalu bercerita tentang Bagas anak lelaki yang kami temui kala itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku sangat mencintai Aran, lelaki yang saat itu memberanikan diri untuk mendekatiku, meminta izin pada papi untuk membawaku pergi, lelaki yang peduli pada manusia lain, lelaki yang selalu bercerita tentang Bagas anak lelaki yang kami temui kala itu.

Aran sangat penyayang termasuk pada Arkan, setiap pulang kerja Aran selalu mencari Arkan, aku sempat cemburu karena perhatian Aran terlalu tertuju pada Arkan tapi aku juga senang karena Aran selalu ingat Arkan.

Keduanya seperti anak kembar jika sudah bersama walaupun waktu keduanya tidak lama, hanya bertahan beberapa minggu saja.

Setelah dua minggu Arkan lahir, Aran divonis mengidap kanker paru-paru yang dimana ada 1,80 juga kematian dari pengidap kanker di dunia menurut WHO.

"Dokter Zahran mengidap kanker paru-paru dimana penyebab utamanya karena merokok dan minum minuman beralkohol."

Aku masih ingat ketika dokter yang menangani Aran berkata demikian. Rasanya seperti dihantam ribuan panah, sesak sekali saat aku mengetahui lelaki yang aku cintai setelah papi ku mengidap penyakit yang lebih mematikan.

Ia selalu menjagaku dan menemani ku kemoterapi tapi ia yang bersama tuhan sekarang.

Takdir memang tak ada yang tahu, aku yang di khawatirkan banyak orang tapi Aran lah yang pergi meninggalkan ku.

"Aran dulu emang sering banget ngerokok dan mabok kalo lagi pusing sama kerjaan, kadang dia ngeluh sesak nafas sama nyeri dada." ucap Gito saat menemaniku di rumah sakit.

Aku kehilangan setengah diriku saat Aran menemui tuhan, setiap malam aku selalu menangisi lelaki itu berharap bahwa ini adalah mimpi.

"Kami sudah berusaha semaksimal mungkin bu, tapi maaf kami tidak bisa menyangkal takdir tuhan. Hari kamis, pukul 15.30 November kami kehilangan dokter Zahran untuk selamanya. Saya pribadi turut berduka cita."

Aku menangis sejadi-jadinya mendengar kabar yang disampaikan dokter Rafka, teman dekat Aran saat di universitas. Aku berteriak memanggil nama Aran agar lelaki itu bangun dan memelukku.

Ketika pintu ruangan terbuka memberikan jalan untukku menemui Aran untuk terakhir kalinya. Aku berlari menghampiri tubuh kaku Aran, tubuh yang hampir tertutup kain putih seluruhnya.

Aku memeluk tubuh tegap yang menjagaku dari segala bahaya, menangis di dada bidangnya, memanggil namanya dan berjanji akan menuruti semua yang ia inginkan.

"Bangun sayang, aku mohon bangun. Jangan tinggalin aku sendiri Ran, katanya kita bakal besarin Arkan bareng-bareng kok kamu ninggalin aku." isakku.

"Aku mohon bangun, aku ga bisa tinggal sendiri tanpa kamu Ran. Aku butuh kamu, aku mau kamu, aku janji bakal masakin kamu ayam kecap tiap pulang kerja, aku janji bakal bikinin kopi terenak lagi, ayo bangun Ran bangun."

Setiap yang ia minta sebelumnya, aku sebutkan saat itu. Teman-temannya menatap iba padaku saat itu. Ollan, Gito, Vito, Oniel, Floran, kak Eli, Fiony, mama, papa, Zee, Aldo, Ashel, dan Marsha. Mereka menangis kehilangan sosok Aran, tapi hanya aku yang histeris kehilangannya.

"Ikhlas ya kak, mama tau ini berat tapi berusaha ikhlas yaa biar Aran ga diberatin disana, Aran bakal senang kalo liat kamu lebih tegar."

Suasana rumah sakit sore itu dipenuhi kesedihan, semua dokter dan suster berduka atas kepergian Aran bahkan pasien-pasien yang dulu di tangani oleh Aran datang ke rumah sakit dan ke rumah kami.

Aran, suamiku adalah manusia berhati malaikat, banyak sekali yang sayang padanya, ia sangat dicintai banyak orang.

Aran, apakah kamu sudah bertemu papi dan mami? Kalian pasti sudah bahagia disana. Papi aku titip Aran dan mami ya. Mami semoga mami senang dengan kehadiran menantu mami.

Kamu akan menjadi lelaki terakhir yang aku cintai Aran, kamu akan menjadi cinta terakhirku dan Arkan, kamu akan menjadi kenangan paling indah yang akan selalu aku ingat.

Air mataku turun tanpa diminta saat satu persatu kata aku ketikkan di laptop Aran. Sama halnya ketika aku melihat gundukan tanah merah yang masih basah dan sebuah pusara bernamakan suamiku.

Zahran Abraham Khaulah. Lahir 05 Desember 1997. Wafat 29 November 2023.

Terimakasih sayang sudah lahir, kuat dan menjagaku. Bahagia selalu disana, aku akan selalu mengenang kamu, aku akan selalu menyebut namamu pada Arkan, aku  berjanji tak akan mengkhianati pernikahan kita.

Terimakasih semuanya sudah mengikuti perjalananku dengan mendiang Aran. Maaf jika ada salah paham antara aku dan Aran dulu.

Aku mencintaimu, Zahran.
Aku mencintaimu, dokter.
Aku mencintaimu, Abraham.
Aku mencintaimu, suamiku.

Salam sayang,
Yessica Tamara Khaulah ❤️

End.

ZAHRAN [Chikara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang