sixth

2K 188 9
                                    

Chika pun menarik tangan Aran menjauh dari sana dan membawanya ke tenda darurat.

Sementara itu orang tua dan teman-teman Aran menatap kedua dokter muda itu menjauh dari mereka.

"Dokter itu siapanya Aran, Sis?" tanya Shani.

"Itu pdkt an nya Aran tante mama." jawab Gito.

Shani dan Gracio saling tatap, ntah harus senang atau sedih mendengar ucapan Gito itu.

"Lo tau darimana itu pdkt an Aran?" tanya Ollan.

"Tadi malem kan kita jalan berempat itu tuh terus kita ke pantai kan, gua sama Eli sengaja agak jauhan dari mereka berdua, taunya pegangan tangan ampe pulang."

"Terus yang tadi pagi juga dokter Chika nyamperin Aran, ditambah ga ada embel-embel panggilan dokter lagi ke Aran, makanya gua simpulin mereka lagi pdkt." jelas Gito.

"Tapi mereka cocok ga sih om, tante?" tanya Vito.

Shani dan Gracio dengan kompak mengangguk.

"Cocok banget, dokter siapa itu tadu namanya?"

"Dokter Chika, om. Nama lengkapnya Yessica Tamara." ucap Gito.

"Cantik kok, kaya ga asing banget mukanya, kayanya papa pernah ketemu sama dia deh ma." ucap Gracio.

"Oiya? Bagus dong kalk udah ketemu, udah kenal kan terus nanti tentuin tanggal nikah tuh sama Aran, mama udah pengen gendong cucu."

Mereka tersenyum sembari menggeleng mendengar kedua orang tua Aran yang sepertinya senang jika Aran dan Chika dekat.

Di tenda darurat Chika dengan telaten dan hati-hati mengobati sayatan yang ada di tangan Aran.

"Kok bisa sih kamu kena sayatan gini?" tanyanya yang masih fokus memakaikan rifanol pada luka Aran.

"Aku aja ga tau gimana bisa kesayat, tau-tau pas di mobil papa bilang kalo tangan aku luka gitu." jelas Aran.

Chika mengangguk. "Mau pake alkohol?"

"Eh jangan deh pakein betadine aja terus pake handsaplast." Chika mengangguk dan menuruti apa yang dikatakan pria didepannya itu.

"Ini aku balut sampe sore ya, nanti sore aku obatin lagi sekalian liat lukanya udah membaik atau belum." Aran mengangguk.

"Yauda kamu boleh keluar." ucap Chika.

Bukannya keluar, Aran malah memperhatikan Chika yang sedang membereskan alat-alat dokternya.

"Kok malah liatin aku, kenapa? Ada yang kerasa sakit lagi?" tanya Chika. Aran tidak menjawab melainkan menahan senyumnya.

"Kamu kenapa Aran? Tadi katanya berantem kan? Ada lagi yang sakit selain tangan?" Aran sangat gemas pada dokter muda itu.

Bisa-bisanya balutan jas dokternya tidak menghilangkan wajah gemas Chika.

"Akhh aduhh p-pundak aku sakit." ucap Aran tiba-tiba memegang pundaknya.

Chika yang khawatir kembali mendekati Aran dan sedikit menurunkan kemeja yang dipakai Aran.

"Astaga memar." ucap Chika.

"Hah? Memar?" Aran juga terkejut dan langsung melihat pundaknya melalui kaca kecil milik Chika yang tergeletak.

"Padahal gua cuman akting doang taunya beneran memar." gumamnya.

Chika kembali dengan beberapa obat-obatan dan pembalut untuk membalut luka Aran.

"Sini aku obatin dulu, kok bisa memar gini sih Ran." bisiknya.

ZAHRAN [Chikara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang