25th

1.8K 229 5
                                    

Sudah dua hari ini Aran tak menghubungi Chika, Pucho sudah berusaha menghubungi calon menantunya tapi selalu tak ada jawaban dari Aran.

Sudah dua hari juga kondisi Chika lebih baik dari sebelumnya walaupun terkadang merasa berbagai efek samping.

"Pi, udah nyoba hubungin Aran lagi?" tanya Chika.

"Papi udah nyoba semaksimal mungkin tapi ga pernah ada jawaban."

"Kemarin papi ke kantor dia tapi katanya Aran lagi ada meeting diluar kota." jelas Pucho.

Chika tertunduk lesu, ini salahnya. Harusnya ia memberitahu Aran lebih awal mengenai penyakit ini, tapi ia terlalu egois karena takut akan membebani Aran.

"Nanti Shani sama Cio mau kesini jengukin kamu." ucap Pucho.

"Ga sama Aran?"

"Papi kurang tau sayang."

Ya orang tua Aran sudah tau soal Chik dari Pucho, kemarin Pucho mengunjungi rumah Aran setelah pulang dari kantor Aran. Ia berharap bahwa Aran akan ada dirumahnya tapi hasilnya nihil.

"Istirahat lagi ya, acara nikahan kalian udah tinggal menghitung hari, semoga secepatnya Aran bisa ketemu kamu." Chika mengangguk lemah.

Pucho menaikkan selimut Chika.

Ditempat lain, tepatnya di sebuah club. Seorang lelaki berwajah tegas dengan penampilan yang acak-acakan, ia terus meneguk gelas berisi minuman dengan kadar alkohol tinggi.

Sudah dati sore Aran diam di club ini, mungkin saat jam pulang kerja. Ia memesan private room untuk menenangkan diri katanya.

Untungnya ada Gito dan Oniel yang menemani jadi Aran tidak akan berbuat lebih jika ada kedua temannya.

"Huft, Chika Chika Chika." gumamnya.

"Kenapa lo ga ngasih tau gua dari awal sih Chik."

"Kenapa gua harus tau tiba-tiba gini."

"Pernikahan kita tinggal ngitung hari tapi gua ga ngerasa bahwa gua penting di idup lo."

Aran terkekeh, pikirannya sudah dikuasai oleh minuman beralkohol itu.

Oniel dan Gito hanya menatap temannya yang sudah seperti orang gila.

"Gua ga tau mereka ada masalah apaan tapi gua denger Chika mual-mual gitu." ucap Gito.

Oniel mengangguk. "Gua juga denger begitu dari yang lain."

Ponsel Oniel berdering nyaring dan menampilkan nama Shani, ibu dari lelaki yang sedang dibawah kesadarannya.

"Halo tante."

"...."

"A-ada tan tapi..."

"...."

"Ah okeoke kita bawa pulang sekarang."

Gito menaikkan kedua alisnya tanda bertanya ada apa Shani menelpon.

"Tante Shani minta kita bawa si Aran balik." ucap Oniel.

"Dalam keadaan mabuk?" Oniel mengangguk.

"Tante Shani mau ke rumah Chika katanya mau jenguk Chika." lanjut Oniel.

Keduanya berdiri dan mulai membopong tubuh berat Aran.

"Uangnya nanti saya tf." ucap Gito pada karyawan club.

Mereka bertiga berjalan dengan susah payah menuju parkiran.

"Berat banget anjir kalo lagi mabok." ucap Oniel.

ZAHRAN [Chikara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang