24th

1.8K 236 13
                                    

Hari ini Chika kembali kemoterapi ditemani oleh Pucho. Ayahnya itu sangat optimis perihal kesembuhannya.

"Papi tunggu disini ya, aku kemoterapi dulu." ucap Chika.

"Iya sayang."

Chika pun diantarkan oleh seorangpun suster untuk kemoterapi, beberapa suster sudah tahu mengenai penyakit yang dideritanya.

"Dokter Chika, saya boleh tanya?" tanya suster itu.

"Boleh sus." jawab Chika.

"Apa dokter Aran tahu soal ini?" tanyanya.

Chika menggeleng lemah.

"Kenapa dok?"

"Saya ga siap ngasih tau Aran soal ini sus."

"Apa suster Eli juga tidak tahu?" Chika mengangguk.

Suster itu menghela nafasnya pelan.

"Semoga dokter Chika cepat sembuh." Chika tersenyum.

"Terimakasih sus, terimakasih juga sudah selalu mendampingi saya setiap kemoterapi."

"Itu sudah kewajiban saya dok."

Chika pun masuk kedalam ruangan yang dimana disana sudah ada dokter Hendra bersama satu suster lain.

"Selamat pagi dokter Chika, sudah siap untuk kemoterapi?"

"Pagi juga dokter, saya sudah siap."

Dokter Hendra tersenyum melihat wajah cantik Chika yang sedikit pucat.

"Bagaimana semalam mual lagi?" Chika menggeleng.

"Baik saya periksa dulu ya."

Dokter Hendra mulai memeriksa keadaan Chika, ini adalah terapi pertama setelah Chika divonis leukimia.

Ia tidak pernah diperiksa dirumah sakit lain, untung saja gedung dirumah sakit ini ada khusus penderita kanker jadi ia tak bertemu dengan teman-temannya.

Dokter Hendra mulai menyuntikkan obat khusus kedalam infus menuju vena. Setelah memberikan obat melalui infus, dokter Hendra juga memberikan resep obat yang dimana hanya beberapa pil.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Mungkin setelah ini dokter Chika akan mengalami beberapa efek kemoterapi."

"Meskipun ini kemoterapi pertama dan sebelumnya melalui obat yang saya berikan, dokter akan kembali mengalami mual yang cukup parah dari biasanya."

"Efek samping lainnya dokter Chika akan merasa pegal-pegal berlebihan. Saya sarankan dokter  Chika jangan khawatir mengenai itu ya."

"Baik dok, terimakasih ya." Dokter Hendra mengangguk.

"Apa dokter Aran masih belum tahu?" Chika mengangguk.

"Beberapa hari lalu saya bertemu dengan dokter Aran, wajahnya sangat lelah sepertinya beliau banyak sekali tekanan selama di perusahaan." jelas dokter Hendra.

"Kemarin juga saya sempat bertemu dengan dokter Ollan dan teman-temannya, mereka juga sepertinya sudah sangat sibuk." lanjutnya.

"Dok, jangan kasih tau siapapun soal ini ya." dokter Hendra tersenyum.

Ia bukan dokter baru yang menangani kasus leukimia, ia tahu betul beberapa pasien leukimia yang tak ingin banyak orang tahu soal penyakitnya, termasuk Chika.

"Semoga dokter cepat sembuh ya." ucap dokter Hendra.

"Terimakasih dok."

Sementara itu ditempat lain, Aran sedang ada waktu luang untuk sekedar berkunjung dan mengecek rumah sakit.

ZAHRAN [Chikara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang