26th

2K 238 3
                                    

Esoknya sesuai perintah Shani, Aran mengunjungi Chika dirumahnya, sebelumnya juga ia sudah menghubungi Pucho.

"Chika masih tidur pi?" tanya Aran.

"Tadi sih lagi mandi Ran, mungkin sekarang lagi siap-siap." Aran mengangguk.

Pucho dan Aran diam diruang tengah sambil menikmati kopi hangat yang dibuatkan langsung oleh Pucho.

Pucho dulu adalah seorang barista sebelum akhirnya ia memilih untuk memiliki kantor properti.

"Gimana kopinya?" tanya Pucho.

"Enak pi, 10000/10." keduanya terkekeh.

"Bisa saja kamu."

"Pagi." sapa Chika yang sudah siap dengan hoodie putihnya.

Aran tersenyum tipis menatap wanitanya.

"Duduk sayang, mau papi buatin teh atau susu?" tanya Pucho.

Chika duduk didekat Aran, lebih tepatnya di kursi bekas Pucho.

"Teh aja pi, maaf ya ngerepotin." Pucho mengusap lembut kepala Chika.

"Ngobrol dulu aja kalian, papi kebelakang dulu ya Ran." Aran mengangguk.

Aran menyeruput kopinya sedangkan Chika menundukkan kepalanya malu-malu, seperti orang yang baru pacaran.

Aran berdehem pelan dan sedikit membetulkan jaketnya.

"Maaf ya soal aku yang kemarin-kemarin ninggalin kamu." ucap Aran.

Chika memainkan jarinya, mungkin karena ia gugup.

"Maaf juga aku ga tau soal kamu dari awal, aku bener-bener nyesel udah bersikap kaya kemarin Chik." lanjut Aran.

"Harusnya aku yang minta maaf karena ga ngasih tau juga, aku juga salah disini Ran." ucap Chika.

Aran menarik lembut tangan Chika, yang semula Chika memainkan jari tangannya kini tangannya diusap pelan oleh Aran.

"Liat aku Chika." ucap Aran pelan.

Chika perlahan mengangkat kepalanya dan matanya menatap mata elang Aran.

"Hitungan jam kita akan segera menikah, apapun yang akan terjadi kedepannya aku mau kita lewatin sama-sama ya." ucap Aran.

"Aku juga minta sama kamu Ran buat selalu disamping aku dalam keadaan apapun, tolong selalu cintai aku sampai kapanpun." Aran mengangguk.

"Aku akan lakukan apapun demi kamu, demi kita." Chika langsung memeluk tubuh tegap Aran.

"Maafin aku Aran." lirih Chika.

Aran mengusap lembut rambut panjang wanita yang ada didalam dekapannya. Ia sangat merindukan Chika, ia salah sudah bersikap tidak baik pada Chika.

Dalam hatinya, ia berbisik lirih berjanji akan selalu menjaga Chika dan akan selalu mencintai wanita itu dalam keadaan apapun, bahkan ia sudah berpasrah pada tuhan atas hubungannya dengan Chika.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Setelah pulang dari rumah Chika, Aran mampir ke butik mamanya untuk melihat bajunya dan baju Chika.

Pernikahan keduanya akan dilaksanakan besok hari, dengan konsep yang sesuai dengan permintaan Chika bahkan sampai teman-temannya membantu menyiapkan pernikahannya itu.

"Ini udah pas di Chika mbak?" tanya Aran pada salah satu pegawai.

"Sudah mas, kemarin lusa nyonya Chika kesini nyobain bajunya." Aran mengangguk.

"Saya boleh liat baju yg lain?" pegawai itu mengangguk dan memberikan baju sesuai permintaan anak dari bosnya itu.

"Saya boleh liat baju yg lain?" pegawai itu mengangguk dan memberikan baju sesuai permintaan anak dari bosnya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ZAHRAN [Chikara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang