nineth

1.9K 204 4
                                    

Setelah selesai membantu para warga, Aran dan teman-temannya kembali ke tenda dan menulis beberapa yang di butuhkan warga.

"Saluran pipa juga masukin list Vit soalnya gua tadi ngecek ada yang bocor." ucap Aran, Vito pun menuliskan yang disebutkan oleh Aran.

"Lo berapa lama di Jakarta?" tanya Ollan.

"Paling dua atau tiga hari abis itu balik lagi kesini." ucap Aran sambil membereskan barang-barangnya kedalam sebuah tas ransel.

"Titip tas bentar, gua mau keluar dulu ngambil jas ketinggalan di jemuran." ucapnya lagi kemudian keluar dari tenda untuk mengambil jasnya.

"Aran!" panggil seseorang yang datang dengan jas dokternya.

"Chika." gumam Aran.

Chika menghampiri Aran yang masih diam ditempat jemuran.

"Besok ke Jakarta?" Aran mengangguk dan menggantung jasnya pada tangan kirinya.

"Barang-barangnya udah disiapin?" Aran kembali mengangguk.

"Ga ada yang ketinggalan kan?" lagi lagi Aran mengangguk.

Chika lelah jika Aran tidak membalas ucapannya itu.

Aran membuang muka untuk menatap objek lain, ntah dorongan dari mana Chika mengikis jarak antara keduanya.

"Ngapain?" Chika tidak menjawab tapi ia malah memperhatikan wajah tegas Aran.

Cup!

Bibir keduanya menempel. Aran yang mendapatkan serangan tiba-tiba seperti itu tak bisa berbuat apapun, ia hanya diam dengan detak jantung tak karuan.

"Kamu kenapa? Aku ada salah?" tanya Chika sudah melepaskan ciumannya tapi wajahnya masih sangat dekat dengan Aran.

"Ini kecepatan Chika, astaga jantung gua." batin Aran.

Chika mengusap pipi Aran dengan jarinya dengan lembut.

"Maaf ya kalo aku ada salah, aku balik dulu ke tenda." tanpa menunggu jawaban dari Aran, Chika pun langsung meninggalkan Aran yang masih mematung.

"G-gua di c-cium." gumamnya, jarinya meraba bibir yang baru saja dicium oleh Chika.

"MAMAA!!! HUWAAAA!!!" teriak Aran dan lari masuk kedalam tenda membuat orang-orang disana terkejut.

"WOY ANJ- ASTAGFIRULLAHALDZIM KENAPA RAN??!?! KENAPAA?!!!" tanya Ollan dengan wajah khawatir sambil matanya melihat-lihat tubuh Aran takutnya ada yang luka.

Bukannya menjawab Aran malah mengubah posisinya seperti keong dan memainkan kakinya.

"Aarghhh!! Ya allah." ucapnya dengan nada greget.

"Woy Zahran kenapa lo?" tanya Vito.

Aran bangkit dengan wajah yang memerah.

"Heh muka lo merah Ran! Lo kenapa anjg?!" tanya Oniel panik.

Aran diam dan sesekali tersenyum kemudian tertawa seperti orang gila.

Kelima temannya bergidik ngeri melihat kelakuan Aran.

"Ga jelas nih bujangan satu." gumam Gito.

"Dah dah balik kerja lagi, ga jelas nih orang ditanya bukannya jawab malah kaya orang gila." ucap Ollan yang sudah kepalang emosi.

Walaupun sudah dibiarkan oleh teman-temannya, Aran tetap melakukan hal yang sama. Senyum kemudian tertawa dan salah tingkah sendiri.

"Takut dah gua liatnya, akibat kelamaan jomblo gitu tuh." ucap Vito.

ZAHRAN [Chikara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang