23th

2K 227 11
                                    

Tanggal pernikahan Aran dan Chika sudah dekat, keduanya sepakat untuk tidak terlalu melibatkan keluarga dalam persiapan pernikahan mereka.

Tapi setelah beberapa bulan lalu Chika selalu mengeluh pegal, sering demam dan juga mimisan, kini ia kembali merasakan hak tersebut walaupun sempat mendapat penanganan medis.

"Chik, seminggu lagi kita nikah kamu bakal sembuh kan?" tanya Aran.

Chika tersenyum tipis dan mengangguk.

"Aku pasti sembuh mas, jangan khawatir ya."

"Tapi akhir-akhir ini kamu lebih sering mimisan loh, muka kamu juga lebih pucat dari biasanya." ucap Aran.

"Aku gapapa kok mas."

Dari siang Aran berada dirumah Chika, ia sengaja mengunjungi rumah calon mertuanya itu untuk melihat kondisi Chika.

"Nak Aran." panggil Pucho yang membawa nampan berisi makanan milik Chika.

Aran berdiri dan membantu Pucho.

"Sudah malam, kamu pulang saja biar papi yang lanjut jagain Chika." ucap Pucho.

Pria berumur 60 tahunan itu sangat menyayangi anak semata wayangnya, ia selalu menjaga dan merawat Chika dengan penuh kasih sayang.

"Gapapa pi Aran tinggal?" Pucho mengangguk.

"Doain aja biar Chika cepat sembuh ya." ucap Pucho.

"Aku pamit ya sayang, besok aku kesini lagi." Chika tersenyum kemudian mengangguk.

"Makasih udah nyempetin kesini." Aran mengangguk.

Aran menyalimi tangan Pucho kemudian pamit untuk pulang.

Pucho duduk didekat Chika, anak cantiknya itu terbaring lemah selama dua hari ini.

"Kapan mau ngasih tah Aran tentang sakitnya kamu kak?" tanya Pucho.

"Aku belum siap pi, aku belum siap liat Aran sedih." jawab Chika.

"Maafin papi ya udah lalai jaga kamu, maaf papi terlalu sibuk dengan diri sendiri." Chika mengelus lengan Pucho lembut.

"Papi ga salah, ini udah jalannya buat Chika. Kalo tuhan ngasih jalan buat ketemu mami lewat sakit ini Chika ikhlas kok."

"Kamu mau ninggalin papi sayang?"

"Chika ga akan ninggalin papi, Chika bakal selalu ada disisi papi sekalipun raga Chika ga disini." ucapnya.

Yessica Tamara, perempuan cantik yang berprofesi sebagai dokter dan juga pengidap leukimia myelogenus akut (AML). Hal ini terjadi karena produksi sel darah tidak terkendali.

"Dokter Chika mengidap AML atau leukimia myelogenus akut." ucap dokter Hendra.

"Gejala-gejala yang diderita pasien AML sama dengan gejala yang dialami oleh dokter Chika, selalu pegal-pegal, pusing, lalu demam, terkadang mimisan dan juga mudah lelah."

"AML ini terjadi ketika DNA sel berkembang di tulang sumsum yang rusak, sehingga menyebabkan produksi sel darah menjadi tidak merata. AML dapat memburuk secara cepat jika tidak ditangani."

"Apa yang harus dilakukan dok agar penyebarannya tidak semakin melebar?" tanya Pucho.

"Ada beberapa terapi yang dapat pasien pilih, ada terapi biologi atau immunotheraphy, dimana terapi ini menggunakan zat yang memperkuat respon sistem kekebalan tubuh. Lalu ada kemoterapi, terapi ini adalah bentuk utama terapi induksi remisi yang menggunakan bahan kimia untuk membunuh sel kanker dalam tubuh."

"Kemudian ada transparansi stem cell sumsum tulang, metode ini dapat membangun kembali sel induk yang sehat. Terakhir ada terapi dengan obat lain dapat digunakan sendiri atau kolaborasi." jelas dokter Hendra.

"Apa tingkat kesembuhan anak saya dapat 100% dari tiap terapi itu dok?"

"Saya tidak dapat memastikan pak, kita hanya menjalankan tugas dan kita bukan tuhan yang dapat sekaligus menyembuhkan dokter Chika."

"Dokter, saya mohon rahasiakan ini dari siapapun ya termasuk Aran dan teman-teman saya yang lain." ucap Chika.

"Saya mau kemoterapi aja dok, walaupun tingkat kesembuhan minim tapi setidaknya saya berjuang untuk sembuh."

"Apa dokter tidak keberatan dengan efek samping dari kemoterapi?"

"Tidak dok, saya siap dengan segala konsekuensinya." ucap Chika tegas.

Pucho menatap wajah samping Chika dengan iba. Mengapa tuhan begitu jahat padanya, tuhan sudah mengambil istrinya lewat leukimia, apakah tuhan juga akan mengambil putrinya lewat penyakit yang sama?

"Besok ke rumah sakit lagi pi, temenin Chika ya pi." Pucho mengangguk.

Setelah mengetahui diagnosis dokter, Pucho tak pernah meninggalkan Chika keluar bahkan ia tidur dikamar Chika walaupun harus berbaring di sofa.

"Kenyang pi." ucap Chika.

Pucho memberikan obat untuk Chika. Ia yakin pasti setelah ini anaknya akan merasakan mual yang hebat.

"Kamu gapapa kak?" tanya Pucho.

"Aku gapapa pi."

"Kamu siap untuk nikah sama Aran?"

"Sangat siap pi."

"Chika masih kuat kok kalaupun hari pernikahan nanti adalah hari terakhir Chika melihat kalian, Chika akan sangat bersyukur karena tak ada kesedihan disana."

"Chika pasti sangat bahagia karena kalian mendampingi Chika dengan penuh rasa sayang."

"Papi, jangan kasih tau Aran ya sebelum hari pernikahan Chika. Chika ga sanggup liat Aran sedih." lirih Chika.

Pucho merasakan sesak di dadanya, sekuat itu kah putrinya? Sampai ia menahan tangisnya.

"Sayang, kalo nanti memang hari terakhir kamu tolong titip salam papi ke mami ya." Senyum Chika merekah.

"Pasti Chika sampein ke mami." ucap Chika.

Pucho membantu Chika meminum obatnya dan membantu Chika berbaring.

"Istirahat ya, semoga ga mual lagi karena kamu harus puasa sampai kemoterapi besok."

"Semoga, amin."

Chika mulai menutup matanya, Pucho mengecup kening putrinya dengan penuh cinta.
.
.
.
.
.
.
.
.

Pagi tiba, Aran mendapat pesan dari Chika bahwa wanita itu akan kerumah sakit untuk cek kesehatannya. Awalnya Aran menawarkan diri untuk mengantarkan Chika, tapi Chika menolak karena takut Aran akan terlambat masuk kantor.

Ya, Aran sudah menjadi CEO di kantor papanya beberapa bulan lalu. Selain memegang rumah sakit, ia juga kini menjabat sebagai orang terpenting di Asia.

"Gimana keadaan Chika, kak?" tanya Shani.

"Alhamdulilah udah mendingan ma."

"Tinggal h-5 ya pernikahan kalian? udah berapa persen?" tanya Gracio.

"Udah 90% pa, tinggal sound sih yang belum." kedua orang tuanya mengangguk.

"Kamu serius sama Chika?" Aran mengangguk.

"Kalo suatu saat Chika pergi dan ga pernah kembali lagi apa kamu bakal tetap cinta sama dia?"

"Aran bakal selalu cinta sama dia pa, dimana pun dia, sama siapapun, sejauh apapun, rasa Aran ga akan berubah." ucap Aran.

"Papa doain yang terbaik buat kalian, semoga lancar sampai hari h kalo ada kekurangan bilang sama papa." Aran mengangguk.

***

sorry guys up malem, siang sampe sore full rapat:)

semoga sukaaakkkk!!!!

TBC~~~

ZAHRAN [Chikara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang