nineteenth

2.1K 261 10
                                        

"Ck anak bujang bukannya bangun malah ngumpet didalam selimut." gumam sang mama.

Shani, ia masuk kedalam kamar Aran untuk membangunkan Aran. Ia membuka gorden kamar Aran yang masih tertutup rapat.

Ia juga sedikit merapihkan meja kerja Aran yang berantakan dengan berbagai berkas.

"Berkas pada nyatu gini." gumam Shani.

Setelah selesai membereskan meja kerja anaknya, Shani berjalan mendekati Aran yang tak terganggu sedikit pun dengan kegiatannya.

"Sayang bangun yuk." ucap Shani mengelus pipi Aran lembut.

Bukannya bangun Aran malah semakin menaikkan selimutnya.

"Astaga, bangun kak udah siang kamu ga ke rs apa."

"Enghh mam bentar ah." ucap Aran dengan suara seraknya.

"Ayo bangun ini udah jam delapan." ucap Shani.

Aran melirik jam tangannya.

"Ga ganti baju ya semalem?" Aran mengangguk.

Ia beralih posisi menjadi tiduran di paha Shani.

"Bangun sayang, udah jam delapan loh ini." Shani mengusap pelan rambut Aran.

"Huum, Aran mau lamar Chika ya mam." ucap Aran.

Shani tersenyum, sepertinya Aran sudah cukup siap untuk memberinya menantu.

"Boleh, mau kapan lamar Chika?" tanya Shani.

"Nanti malem Aran ada rencana dinner sama Chika, Aran mau lamar dia nanti malem ya mam." Aran menatap lekat mata Shani.

Shani mengangguk. "Iya sayang boleh, mama bakal dukung kalian."

Aran bangkit dan memeluk Shani erat.

"Kamu udah beli cincin buat Chika?" tanya Shani.

Aran melepaskan pelukannya pada Shani dan berjalan menuju meja kerjanya, ia mengambil kotak beludru putih dari laci dan kembali mendekati Shani.

"Aku udah lama pesen ini buat Chika, aku minta tolong sama anak buahku biar mereka cariin toko cincin paling bagus dan dapet lah ini."

"Bagus ga ma? kira-kira Chika bakal suka ga ya."

Shani mengambil kotak itu dan melihat-lihat cincin dengan lapisan berlian.

"Cantik banget cincinnya, pasti Chika suka dan ga akan nolak anak ganteng mama." Aran tersenyum senang.

"Mama mau cincinnya ga?"

"Kamu mau ngasih ini buat mama?"

Aran menggeleng kuat.

"Bukan gitu maksud aku kalo mama mau nanti aku pesenin."

"Ga usah sayang gapapa."

Aran duduk di kasurnya dan menatap cincin itu.

"Semoga lancar ya nanti malem dan semoga Chika adalah wanita tepat buat anak mama." ucap Shani.

"Amin, doain yang terbaik buat kita ya mam." Shani mengangguk.

Keduanya mengobrol sebentar sampai Shani pamit kebawah dan Aran mandi karena ada pertemuan dengan beberapa klien.

.
.
.
.
.
.
.
.

Dan malam harinya Aran sudah siap dengan kaos hitam polos yang dibalut dengan jas cream dan senada serta sneaker, dan rambut yang sudah dipangkas rapih.

Ia berkaca dan sesekali menarik nafasnya kemudian di hembuskan pelan.

"Semoga lancar, amin." gumamnya.

ZAHRAN [Chikara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang