What was Happen?!

6.1K 479 55
                                    

Becky memejam mata dengan alis berkerut. Bibirnya masih dihabisi oleh siapa ini si ahli berciuman, ia bahkan kesulitan bernapas yang membuatnya sontak buka mata.

“Maaf.” Freen kehilangan akal, sebetulnya tak ingin berhenti malah. Tapi saat si gadis menghentikan gerakan bibir dan menatapnya heran, ia jadi tahu diri.

“Kenapa...” Becky memicingkan mata, satu tangannya masuk ke dalam sela-sela rambutnya yang panjang. Hingga ke atas kepala yang terasa penuh. “Sejak kapan kamu punya rambut sepanjang dan sehalus ini?”

Freen hampir saja tergelak. Ia tidak pernah melihat orang mabuk bertingkah seimut ini. Meskipun entah, sebenarnya siapa yang dia sangka, tapi Freen tak peduli. Ia hanya ... Ingin lebih. Maafkan kerakusannya. “Ini rambut palsu.” Masuk saja ke dalam ceritanya. Freen akan menjawab apa saja.

“Rambut palsu?” Becky membelalak kagum, kok bisa? Jemarinya kembali masuk ke dalam lebatnya rambut dan meraba hingga ke kulit kepala—yang sangat terasa asli. “Bagaimana bisa terasa seperti asli?” Karena penasaran, Becky menarik helaian rambut yang diraih demi memastikan kekuatan si rambut palsu itu.

Tapi sang empu tentu saja langsung ber-aduh kesakitan. “Jangan ditarik nanti kepalaku ikut lepas.” Freen beralasan. Kasihan sekali rambutnya yang telah menjadi korban kebohongannya.

“Eh.” Becky sontak segera melepas tangan, takut betulan lepas bagaimana? Kan, jadi takut kalau tanpa kepala.

“Aku membelinya dari turki, bagus bukan?” Ia ingat bahwa turki selalu jadi andalan turis untuk memasang rambut lebihan. Bahkan banyak yang datang botak dan pulang sudah lebat saat kembali dari turki. Jadi Freen mengarang saja soal itu.

“Ya, bagus sekali. Seperti asli.” Becky hanya berani pegang satu dua helai yang jatuh ke wajahnya saja, tak berani memasukkan seluruh tangan kesana. Takut rambut yang mungkin mahal ini bakalan rusak hanya karena ulahnya.

“Kau boleh pegang, asal jangan ditarik.” Freen suka tangan kecil itu membelai rambutnya. Jadi ia tarik, memasukkan kembali ke dalam lebat kepala.

“Rambutmu panjang ... wajahmu juga jadi kenapa halus dan cantik begini?” satu tangan masih di dalam rambut sementara lainnya kini memegang pipi yang terasa sangat halus. Seperti pipi seorang perempuan. Becky pun jadi makin memperhatikan mata, hidung, dan bibir yang tampak sangat berbeda. “Kau ... Juga operasi plastik? Apa di surga juga bisa operasi plastik menjadi secantik ini?”

Senyum Freen makin lebar, saking lebarnya mungkin bisa untuk memasukkan seluruh donat ke mulut. Kenapa ia malah jadi gede rasa begini setelah dikatakan dua kali cantik oleh gadis yang sangat cantik. “Kau bisa custom dengan wajah. Apakah ingin jadi jelek atau cantik, terserah.” Sebetulnya ia ingin sekali tertawa melihat alis gadis itu terangkat dengan lugu. Benar-benar percaya ya, dia?

“Oh, begitu ya.”

“Kau tak keberatan aku berubah wajah?”

“Tidak, itu kan maumu.”

“Kau juga tidak keberatan jika aku cium lagi?”

“Ehm, kau tidak akan memakan seluruh mulutku hingga habis, kan?” karena ciuman tadi seolah hampir menarik seluruh bibirnya keluar dari mulut. Sangat seram.

“Tidak.” Tapi Freen bisa melakukannya tanpa sadar. Dengan mencoba menahan diri seperti permintaan. Ia kembali mencium dengan kecepatan pelan.

Apa ini? Freen berciuman dengan beberapa wanita, tapi ... Tidak pernah sampai ke rasa. Kau tahu, seperti jantungmu akan lepas tapi kamu ketagihan, meskipun jantungmu telah lepas-pasang seperti lato-lato kamu masih akan melakukannya berulang kali. Ini terlalu enak!

Freen heran terbuat dari apakah bibirnya hingga ia tak bisa berhenti melumat. Tidak ... Ini terlalu nyata untuk dilakukan, dan terlalu tabu untuk diteruskan.

Freen tak ingin berhenti, sungguh tak ingin, ia ingin sekali langsung menelanjangi dan menyatukan kedua tubuh tanpa basi-basi. Tapi ini terasa tidak benar. Jadi ia harus lepaskan bibir, tapi desahan halus malah keluar dari mulut panasnya. Mengundang gelora yang makin terbakar. Sial, Freen jadi benar-bebar tak terhentikan.

Minta maaf dalam hati, Freen akhirnya melepaskan kemejanya, di ikuti celana lalu tank top gadis itu.

Astaga. Pemandangannya lebih indah dari yang ia bayangkan. Freen, minta maaf lagi dalam hati, ia gemas dan tahu-tahu bibir sudah menangkap puting mungilnya hingga keluar desahan yang lebih keras. Yang jelas membuat mulut Freen makin bergerilya bahagia. Menjelajahi kulit itu naik sampai ke tengkuk, leher hingga telinga.

“Aw! Aku ...” Sang gadis menghentikan mulut Freen yang hampir menelan seluruh telinganya.

“Apa?” embusan napas Freen begitu keras sampai-sampai bisa menerbangkan sedikit rambut di dahi sang gadis. Menampakkan betapa ia sudah sangat tak tahan dengan segala panas dan tubuh yang tegang ini.

“Aku belum pernah melakukan ini.” Becky menatap dengan mata berkilauan, antara dahaga tubuh yang mulai naik, atau lampu kamar yang memantulkan betapa cantik matanya saat ini.

“Aku sudah pernah melakukannya. Aku sangat berpengalaman, jadi kamu tidak perlu khawatir.” Freen meraih satu tangan sang gadis yang sejak tadi menahan dadanya, ia kurung tubuhnya hingga dia tak bisa berkutik selain mendesah berkepanjangan.


~~*~~


Oh, kenapa tubuhku pegal semua? Becky membuka mata dari tidur yang panjang. Kepalanya terasa pening, berat, serta tubuh yang begitu terasa sakit semua. Apa semalam ini dia lari maraton? Kenapa pegal semua begini.

Ia memutuskan untuk segera bangun, masih sambil memegang kepala yang terasa berat. Lalu ia ingat dengan samar-samar apa yang terjadi semalam.

“Astaga, apakah aku habis mimpi basah?” untuk sekali dalam seumur hidupnya. Becky tidak pernah bermimpi bersenggama. Tapi semalam mimpinya terasa nyata. Bibirnya bahkan terasa kering, dan tunggu ... Kenapa?

Kenapa ia telanjang?!

Apakah ia bermimpi sambil bermasturbasi?!

Bagaimana bisa?! Ia bahkan tidak tahu caranya!

Fuck. Shit.

Becky hanya bisa mengumpat dalam hati. Ia tidak ingat apa yang terjadi semalam. Tapi kalau dipikir, bagaimana bisa ia sampai di rumah? Sejak kapan? Siapa yang mengantar?

Aduh ... Aduh, jadi makin pusing memikirkannya. Becky tidak bisa menghadapi apa yang harus dia ingat semalam sementara hari ini...

Astaga, ia harus segera berangkat kerja. Ya ampun, jam berapa ini? Becky meraih jam kecil di atas lemari kecil tempat tidurnya dan melotot bagai lihat setan insaf saat melihat jam telah menunjukkan pukul sembilan pagi.

Fuck! Dia telat total!






Fuck! Dia telat total!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kalian tuh, kuat gak sih sama anak secantik ini????????😭😭😭😭 Gue sih ya gak kuat sampe liatnya sambil senyum2😭😭😭
Anyway, maaf ya gue skip NCnya, I think it's better to get slowly

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalian tuh, kuat gak sih sama anak secantik ini????????😭😭😭😭 Gue sih ya gak kuat sampe liatnya sambil senyum2😭😭😭
Anyway, maaf ya gue skip NCnya, I think it's better to get slowly.



Call it What You Want (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang