The Naughty Cat, meow!

6.2K 460 87
                                    

Met pagi guys, aku masih bertapa buat nyari klimaks crita ini. Makanya agak selow update-nya. Karna aku masih lemah buat konflik. Tapi aku pengen crita ini sedikit matang di banding Baby Maybe.

WARNING 25+
HAPPY READING!😉
NIKMATI PAGI DENGAN YANG SEGAR2.







Sepanjang hari menahan Freen untuk tidak dekat dengannya sangatlah susah. Wanita itu seperti koala yang butuh pohon. Ingin nemplok kemanapun ia pergi, bahkan ketika ia ingin ke toilet.

Freen sangat ingin berusaha ikut masuk kalau saja ia tidak cukup cepat tutup pintu.

Sedikit takut juga kalau dia menyusup masuk ke kamar mandi, takut seperti pagi tadi. Nanti yang ada Freen malah menyetubuhinya lagi.

Duh, beginikah nikah sama Om-Om tua? Freen mungkin doyan tubuhnya yang masih muda dan menggemaskan. Ih, kok dia kayak predator, ya?

“BAH!”

“FREEN!”

Becky hampir saja tergelincir jatuh--untung punya reflek bagus ketika tangan langsung pegang pada batas tembok--saat si Tua meneriakkan suara, sengaja kagetkan dirinya sesaat keluar dari kamar mandi membersihkan diri sore ini.

Becky ingin sekali memukul mulutnya yang tengah tertawa senang itu. Hehmp! Dia menyebalkan!

“Lihat, kan. Kamu juga kesal kalau ada kagetkan begitu.” Freen memeletkan lidah seperti anak kecil, senang pembalasannya berhasil.

“Tahu, ah.” Becky ngambek. Melangkah kasar melewati si dia yang masih terkikik menertawainya. Ia berjalan ke dekat lemari untuk ambil baju, melepas handuk tepat di hadapan Freen yang kini diam setelah melihat tubuh telanjangnya.

Terpaku pandangi bokong mungil dan punggung indah sang Istri yang hanya lima langkah darinya.

Ia ingin meraih tubuh itu untuk dijamah, tapi Becky keburu mendelik, berikan tatapan galak tanpa suara tapi punya makna, ‘kamu sentuh, aku bunuh’. Seolah bisa baca pikirannya.

“Sedikit saja sayang.” Freen meminta dengan muka memelas. Ia angkat tangannya untuk meraih dada mungil sang Istri yang sangat ia nikmati. Tapi Becky menepuk tangannya sebelum bisa mencapai.

“Sana cepat mandi. Sudah sore. Aku ingin masak, terus kita makan.”

“Tidak perlu masaklah, lagian tidak banyak bahan masakan, kamu pesan saja. Terus tunggu aku selesai mandi, ya.”

Ternyata hidup sama Freen tidak begitu repot. Dia bisa cuci baju--yang cuci ya mesin, sih--kadangkala dia yang masak. Kalau malas pun, mereka bisa pesan makanan.

Bersih-bersih rumah pun tidak sulit, selama ini, Freen punya orang panggilan yang setiap seminggu dua kali datang untuk bersihkan. Jadi Becky tidak begitu kerepotan.

Setiap harinya, selalu ada hal-hal baru yang Becky mulai tahu. Seperti Freen yang ternyata punya alergi ikan tuna.

Wanita itu tak sengaja makan camilan yang diberikan guru lain di atas di mejanya. Karena tidak tahu, Freen asal comot dan makan. Tapi setelah menelan satu. Dia mengeluh gatal-gatal hingga buat Becky panik ketakutan saat saksikan seluruh wajah Freen kemerahan.

“Sayang, dadaku jadi sesak.” Bukan hanya gatal seluruh badan, Freen juga jadi sesak napas, hingga ia terbatuk-batuk.

Kepanikan yang sudah ada makin membuat Becky khawatir melihat wajah Freen yang kini membengkak.

“Sabar sedikit, ya. Kita belum sampai.” Sesaat setelah gejala alergi muncul. Becky panggil taksi untuk ke dokter. Meninggalkan mobil Freen di sekolah begitu saja.

“Maaf, ya. Aku jadi merepotkan.” Freen mencoba untuk tidak menggaruk kulit, kalau sampai di sentuh, nanti tambah parah serta bikin luka.

“Kamu membuatku khawatir bukan merepotkan. Aku tidak tahu kalau kamu alergi tuna. Padahal aku juga tak suka tuna. Tapi Bu Risma bikin itu buat dikasih ke hampir semua guru. Aku menerima hanya untuk basa-basi makanya tidak aku makan. Nanti lain kali tanya dulu, ya. Makanan apa di atas mejaku, jangan asal dimakan saja, oke?” Becky mengelus kepala Freen, yang di respon wanita itu dengan angukkan kepala lalu rebahan di pangkuannya. Sambil menunggu taksi itu sampai ke tempat tujuan.

Setelah kejadian alergi. Becky bukan hanya menyimpan stok obat alergi, tapi juga mesti hati-hati dengan makanan yang diberikan untuk Freen. Sebenarnya hanya Tuna, untung saja. Lain dari itu, Freen bisa makan semua bahkan udang--yang kebanyakan orang malah punya alergi karenanya.

“Sayang, kau akan membuatku gemuk.” Freen menatap meja makan yang penuh dengan masakan enak. Becky Istrinya, sangat jago memasak. Apa saja, dia bisa. Setiap hari menunya berbeda dan dirinya jadi kecanduan bukan cuman pada Sang Istri tapi juga pada masakannya.

“Jangan salahkan aku. Makan saja.” Becky memberikan sepiring nasi pada Freen yang masih menatap pada lauk pauk di atas meja. Padahal ia tidak memberikan porsi nasi banyak, tapi Freen sendiri yang minta tambah.

“Terima kasih, ya.” Freen bagaimana pun, harus berterima kasih telah dimasakkan enak seperti ini tiap harinya. Ia hanya perlu tambah jam olahraga saja kalau begini.
Jadi Freen mesti bangun lebih pagi, untuk lari keliling komplek, lalu pulang saat Istri tengah menyiapkan sarapan untuknya.

“Kamu sudah mandi?” sial, Freen telat. Melihat Istri sudah rapi dan bau wangi. Freen tak bisa menyeret Becky untuk menemaninya bersihkan diri.

“Iya, sana cepat mandi. Jangan sampai telat.”

Kesehariannya. Hampir sebulan mereka menikah. Freen dan Becky tidak banyak cekcok soal sesuatu. Freen yang ramai, Becky yang pendiam.

Tapi jangan salah, meskipun pendiam. Istrinya itu juga bisa berbuat jahil padanya. Ingatkan, bagaimana Becky mengagetkan Freen yang keluar dari kamar mandi hingga terjungkal ke belakang?

Becky, sang Istri--yang semua orang tahu bahwa dia pendiam dan kelihatan tidak akan bertingkah aneh. Tiba-tiba menukar sapu tangannya dengan celana dalam tipis-seksi secara sengaja! Hari dimana mereka bekerja, dan Becky malah menghilang entah kemana seharian ini! Apakah sekolah ini sebegitu luasnya sampai Freen tak temukan dimana dia berada?

Di telepon tidak diangkat. Di hampiri ke tempatnya kosong, bahkan siangpun. Becky tidak ada! Kemana dia ini?!

Sampai saat pulang, akhirnya gadis cantik itu keluar dari kelas terakhir mengajar, sementara ia berkacak pinggang sambil pasang muka kesal. Menunggu sejak tadi sampai anak-anak semuanya pergi.

Sementara Istri malah menahan tawa, sembunyikan wajah di balik buku besar yang dibawanya.

“Kau jahat!” Freen menudingkan jari, lalu berjalan duluan, meninggalkan Becky yang kini terkikik senang.

Bukan hanya jahat, ini terlalu kejam. Freen benar-benar kesal. Sudah di goda sejak pagi, lalu siang juga sang Istri meninggalkan ia untuk makan sendiri. Ini keterlaluan!

“Kak~” Becky hendak meraih lengan Freen yang tengah jalan cepat. Entah buru-buru kemana. “Aku mau ambil tas dulu, ya. Terus pulang.” Mau dengar atau tidak. Setidaknya Becky sudah kasih tahu, jadi ia tak ikuti Freen untuk masuk kantor melainkan ke ruang BK. Tas dan beberapa buku masih disana.

Tidak tahu saja bahwa Freen balik langkah untuk ikuti dari belakang. Tatapannya seolah siap memburu--kucing nakal yang telah tega menjahili harimau.

“Kak—“ kejadiannya sangat cepat. Freen mengunci pintu ruang BK, menutup gorden dengan rapat. Lalu menggendong Becky hingga berbaring di atas sofa.

No-no-no. Babe, not here, please!” Becky tentu saja panik. Matanya lalu lalang antara pintu dan Freen yang kini menurunkan celana serta menyibak roknya.

Tidak!

“Freen, baby. Please! Gimana kalau ada orang lihat?!”

“Aku tidak peduli Istriku yang nakal, suruh siapa kau pancing harimau yang selalu kelaparan?” Freen melumat bibir manis itu, merusak lipstik yang dipakai, melesakkan lidah hingga si empu akhirnya mendesah.

“Kak--“ Becky harus hentikan, ia menahan wajah Freen untuk bicara. “Aku tidak ingin orang-orang mendengar--“

“Maka jangan keras-keras.” Freen memotong lalu kembali menciuman bringasan. Sang Istri kewalahan. Ia gunakan kesempatan untuk melepas kancing kemeja yang menganggunya untuk mencapai apa yang diinginkan.

Antara degup jantung gugup takut ketahuan, ataukah saat Freen menghisap dadanya dengan kencang. Becky tak tahu. Yang jelas kini ia bernapas berat. Tangan mencengkeram kaos panjang wanita di atasnya. Serta kepala mendongak mencari udara.

Ya Tuhan, maafkan dirinya. Perbuatan ini kelihatan tercela jika saja mereka belum menikah. Tapi Becky sungguh tak bisa menahan kelakuan Freen terutama terhadap tubuhnya sekarang ini.
Kalau sudah dikungkung oleh tubuhnya, Becky hanya bisa pasrah, bahkan ketika ketakutan sama besarnya dengan hawa tinggi mereka saat ini.

Keduanya seperti aktris film biru!

“Babe—“ Becky tak bisa lanjutkan kata saat Freen melepas celana dalam keduanya, membungkam dengan ciuman agar mulut itu tak bicara, lalu lesakkan pelan ke dalam dirinya.

Yang buat kepala Becky mendongak, memejam mata sambil menahan desahan erotis terlarang itu tak sampai keluar.

Tapi Freen punya cara lain agar gadisnya tak bisa menahan diri. Yaitu bergerak pelan, tapi sangat dalam. Selama beberapa kali bercinta, Freen makin hapal kelemahan Istrinya.

“Oh, God.” Becky tidak bisa dibeginikan. Ia meremas bahu Freen dengan kencang, entah harus dipukul untuk menyuruh bergerak cepat ataukah menghentikan aksi tidak senonohnya ini. Becky bingung antara keinginan rasional atau tubuhnya yang telah meronta-ronta di bawah kungkungannya.

“Kenapa, sayang?” Freen tersenyum memandangi, gadisnya menggeleng kepala sambil rapatkan bibir, matanya masih terpejam erat. Entah tengah menikmati atau sedang tersiksa karena gerakan pelannya.

Baby, if you keep doing this. I swear I’m gonna kill you.” Becky mengancam, matanya terpancar garang siap menyerang jika Freen masih sengaja mengerjainya seperti ini.

“Aw, sayang. Aku pikir kamu tidak menginginkan ini.” Freen masih menggerak pelan, tidak peduli bagaimana ekspresi Istri yang makin merahkan wajah. Tanda bahwa gadisnya begitu terangsang.

“Kau harus cepat atau ini tak bakalan selesai.” Padahal itu yang dimaksud Becky, kalau memang Freen tak tahan untuk menunggu sampai rumah dan harus bercinta sekarang. Ia beri kesempatan tapi tidak bisa bermain tarik ulur seperti di rumah! Ini Sekolah! Ya Tuhan, Becky merasa hina jika sadar betapa mesum mereka.

“Iya, sayangku. Siap.” Freen tersenyum menang, ia angkat kedua kaki sang Istri sampai ke bahunya. Mencium kaki mulus itu untuk kemudian memejam mata, bergerak lebih cepat, sementara tangan memegang satu kaki Becky, lainnya meremas dada menggemaskan kesayangannya.

“Ah, Babe—“ Becky menutup mulut. Menahan dirinya untuk tidak mengeraskan suara birahi sensual itu keluar. Tapi apakah ia bisa? Saat Freen mengguncang seluruh tubuh, ia meremas kaosnya, sementara decitan antara lantai dan sofa perdengarkan nada perkawinan yang kentara.

Entah harus menyebutkan nama Tuhan atau nama pelaku yang buatnya jadi seperti ini. Tapi ini semua gara-gara Freen. Wanita itu kenapa ... Jago sekali bercinta.

Becky bahkan merasa sangat malu untuk mengakui, bahwa ia merasa terlena menikmati sentuhan Freen pada tubuhnya. Ini seperti, ia gagal mempertahankan diri sendiri.

“Sayang...” Freen tidak tahan. Ia turunkan kaki Becky demi bisa memeluk sang Istri yang sejak tadi mencengkeram perutnya. Sambil gerakkan cepat, ia bungkam mulut manis Istrinya saat hendak menjerit.

“Babe... Hah.” Becky melepaskan ciuman untuk bernapas, menjambak rambut Freen dalam pelukan erat. Lalu mengatup bibir kuat saat Freen melesakkan dalam, berhasil mencapai sampai tubuh keduanya bergetar. Menggerakkan decitan untuk yang terakhir kali dengan pelukan--nafas kelegaan, serta pukulan.

Plak!

Aw!

“Sayang!”

Mantap ya punya bini macem Becky??Enak kali kau pak, ya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mantap ya punya bini macem Becky??
Enak kali kau pak, ya!

Call it What You Want (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang