The Very First Night

6.9K 462 102
                                    

Warning!
Adult scene 25+
Beware of the HOTNESS
Prepare Oxygen

Warning!Adult scene 25+Beware of the HOTNESSPrepare Oxygen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesaat setelah sampai rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesaat setelah sampai rumah. Dengan ketidaksabaran yang menggebu dan keinginan ingin menyatu.

Freen mengangkat tubuh Becky untuk naik ke atas lemari kecil yang sama—lemari dimana adegan hampir melakukan saat itu. Sebab ia suka melihat wajah kecil itu menunduk sedikit, hingga helaian rambutnya berjatuhan membuat sebuah keindahan. Bibir yang membuka, mata ke bawah, serta napas naik turun. Freen menautkan pandangan untuk kemudian meraup seluruh bibirnya untuk dipagutkan dengan miliknya.

Detak jantung, napas berat, serta keinginan yang sama. Freen bisa merasakan seluruh tubuh begitu haus, begitu juga dengan cara sang Istri mengeratkan cengkeraman pada bahunya. Entah meminta berhenti dari dalamnya ciuman atau meminta lebih. Freen tak tahu, yang jelas mereka berdua paham. Bahwa ciuman ini bukan hanya berakhir dengan sekedar desahan halus yang kini keluar dari mulut manisnya, atau sekedar sentuhan kulit saat Freen menurunkan kedua tali gaun itu untuk bisa menggapai apa yang telah di tutupi.

Ia meremas, Becky mendesah. Ini sudah cukup sebagai tanda bahwa keinginan mereka meninggi. Karenanya Freen turunkan ciuman ke leher, mengitari kulit halusnya dengan ciuman dan hisapan kencang. Sementara tangan Becky yang kini berada di bahunya menekan tubuh seolah mereka kurang dekat. Jadi Freen memeluk, menaikkan ciuman hingga kuping dan menjilatinya pelan.

Sampai napas itu berat pada Istri bukan pada dirinya lagi.

“Bolehkah?” Freen berbisik di telinga yang kini memerah, entah karena ulah lidahnya ataukah karena hawa panas telah menyebar kemana-mana.

Becky mengambil napas dengan berat, entah perasaan apa ini. Ia bahkan kesulitan bicara, tapi ia harus menjawab. “Boleh.” Ia menundukkan pandangan untuk kembali mempertemukan bibir keduanya.

Sinyal bahwa Freen harus segera memindahkan mereka ke tempat yang lebih nyaman. Jadi ia angkat lagi tubuh kecil Becky sementara sang istri merangkul leher tanpa melepas ciuman.

Ia turunkan pelan tubuhnya ke atas tempat tidur. Sejak tadi ciuman mereka tidak leluasa, kini Freen bisa mengungkung seluruh tubuh Gadis kecilnya dengan lebih banyak ciuman.

Call it What You Want (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang