Introducing

3.1K 371 96
                                    

Nighty night guys, short update
Kinda stress with the conflict I made😂😂

Gue terus terang aja, tadinya mau nambahin satu chapter love scene, tapi gak jadilah, malah pengen cepet namatin critanya😂😂

Tadinya juga mau sampe 60 chapter ini story, tapi kayaknya aku gak sanggup bikin konfliknya😂😂😂 stres aku stresss😂😂😂

Happy reading, love y'all mumu 1000xx🥰

Tidak ada jatah lagi yaa, Dad😌😌











Freen harus lebih banyak bergerak untuk berkeringat, agar tubuh lelah dan keinginan untuk menindih Istrinya itu berkurang. Itu semua gara-gara informasi yang Google berikan pada keduanya.
Sial.

Ia ingin membakar kantornya kalau ketemu, jika tahu begini dari awal mending tidak tahu saja sekalian. Tapi karena terlanjur sudah menyerap informasi, sang Istri sepertinya begitu mempercayai dan kini jadi jaga jarak padanya.
Bahkan ketika biasanya tak pernah menolak untuk di gandeng, Becky kini hanya berjalan di depannya. Abaikan ia yang tengah cemberut dan hampir merengek tapi gerangan tetap tak sadar bahwa ia bertingkah demikian.

Mereka pergi ke supermarket untuk belanja besar yang direncanakan, selama perjalanan hingga sampai tempat, Becky membuat tembok besar transparan yang seolah punya tulisan, ‘tolong jangan dekat-dekat nanti saya terbawa perasaan’. Karena ia tahu sang Istri juga pasti sama menahan diri seperti dirinya.
Kalau begitu Freen pergi ke arah lain saja, coba sampai kapan dia sadar bahwa dirinya tidak lagi mengikuti di belakang.

Freen memutar Trolly ke arah lain dengan tujuan kesengajaan. Biarkan Istri mencari kebingungan, dan merasakan siapa nanti yang akan bayar belanjaannya, hayooo.
Tapi baru juga melewati dua lorong ke samping, ia menabrak seseorang sebab matanya tak menatap ke depan melainkan ke belakang—masih berharap Sang Istri sadar bahwa keberadaannya telah menghilang.

“Maaf-maaf ...” Freen sendiri kaget saat perempuan itu ber-aduh entah karena kesakitan atau terkejut akhibat ulahnya yang tak hati-hati. “Kamu tak apa?” sedikit panik, ia hampiri si perempuan yang balik badan, perlihatkan wajahnya yang familier.

“Freen?” perempuan itu tahu bahwa ia tak salah lihat. Namun ekspresi si dia yang tampak kaget dan kebingungan, membuat panggil nama menjadi sebuah tanda tanya.

“Michelle.” Freen menelan ludah, ia menatap ke arah kanan kiri sejenak, seolah takut ketahuan sesuatu yang tak ia lakukan sama sekali.

“Ternyata masih hidup, ya? Aku pikir kamu sudah ditelan bumi.” Wajah ramahnya tiba-tiba berubah mengintimidasi saat Freen menyebut namanya dengan benar. Ia kira wanita lebih tua itu sudah tak ingat dengannya.

“Ya, maaf soal itu.” Freen ingin sekali memukul diri sendiri. Michelle adalah satu dari beberapa perempuan yang ia ghosting. Datang untuk menggoda, memikat, meniduri, lalu meninggalkan. Sejarahnya dengan wanita sangatlah kurang ajar seperti seorang bangsat.

Meskipun wajah Freen saat ini kelihatan cakep dan perpenampilan menarik, Michelle tak bisa sembunyikan kemarahan yang tiba-tiba mendidih. Sebelum ia melakukan, pandangan berputar ke segala arah, memastikan siapapun tak lihat. Agar tangannya bisa melayang untuk hancurkan pipi menggemaskan yang dahulu suka sekali ia cium itu.

Plak!

Freen memejam mata, wajahnya terlempar ke samping dengan kasar. Tangan kecil itu menampar dengan cukup kuat tapi ia tak ingin melawan apapun oleh tindakan yang diberikan untuknya. Ini bukan sebuah kejutan untuk dapatkan perlakuan seperti ini setelah sekian lama tidak bertemu.

“Itu untuk kamu yang tinggalkan aku setelah kita tidur bersama. Dasar kurang ajar. Jangan pernah bertemu denganku lagi, sampai kiamat pun, aku tidak ingin melihat wajahmu lagi.” Karena bukan hanya meniduri, Freen mengambil keperawanannya lalu pergi meninggalkan dirinya yang putus asa dan hampir depresi. Masa itu begitu sulit sebab cinta terasa sangat menjahati dan si orang ini adalah penyebab segala macam sakitnya.

“Iya, aku minta maaf. Aku yang salah. Aku minta maaf, telah menyakitimu.” Freen mencoba bertegap dada, menatap Michelle yang hampir berair mata karena luka lama. Ia tak bisa lakukan apapun selain meminta maaf. Jika bisa mengulang, ia takkan mengambil kegadisan perempuan itu.

“Aku tidak akan pernah memaafkanmu.” Michelle mengambil napas dalam, menatap untuk terakhir kali wajah Freen untuk diingat sekaligus dilupakan ... selamanya.

Jika satu perempuan sudah semarah ini terhadapnya, bagaimana dengan perempuan lain?

Freen menghela napas, menatapi punggung Michelle yang pergi dan hilang dari hadapannya. Sementara pikirannya tiba-tiba terganggu oleh perbuatan di masa lalu.

Sial.

Freen takut hal-hal seperti ini, akan menganggu hidup dan pernikahan bahagianya bersama Becky. Semoga saja perempuan lain masih berbaik hati seperti Michelle. Dia hanya menampar sekali lalu pergi, tidak membunuhnya dengan pisau penuh balas dendam.

Pikirannya sungguh kalut, jadi melupakan masalah sepele yang ia rasakan dengan Istri. Sambil menenangkan diri, Freen balik ke arah dimana ia meninggalkan Becky. Ia ingin pergi dari lokasi sesegera mungkin karena perasaannya tidak enak.

Tapi saat ia balik, Becky Istrinya yang manis itu tengah bicara dengan seorang lelaki yang tampak tak asing. Buru-buru langkahnya mendekat, mendorong Trolly hingga hasilkan suara menggertak antara lantai dan roda. Untuk menyadarkan semut dan gula itu akan kedatangannya. Tak lupa, ia lingkarkan tangan ke belakang pinggang perempuan lebih muda agar siapapun tahu siapa pemiliknya.

“Kak.” Becky cukup terkejut dengan sikap posesif Freen meskipun harusnya ia sudah tebak dan terbiasa. Dengan pandangan bolak-balik serta kecanggungan yang jadi menguar ke udara. Ia hanya tersenyum kaku. Sementara Daniel mengangguk mengerti.

“Tidak sangka bakal bertemu lagi.” Freen menatap lurus ke arah Daniel, jika mata bisa keluarkan api. Ia akan menyembur lelaki itu dengan senang hati.

“Iya, aku pikir awalnya hanya ingin bertemu dengan orang tua. Tapi ternyata aku akan menetap disini. Kalian juga harus bertemu dengan tunanganku.” Harus katakan bahwa ia punya tunangan, biar wanita itu tidak menatap galak atau mengonggong atas kedekatan dirinya dengan Becky—teman lama.

“Chelle!” Daniel memanggil perempuan di belakang punggung Becky-Freen. Hampir terlewati keberadaannya. Jadi ia panggil dengan suara sedikit keras hingga dia sadar lalu segera hampiri ketiganya.

“Kenalkan, Michelle, tunanganku.”

Call it What You Want (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang