Pull Yourself Together

4.2K 428 108
                                    

Nih gue kasih. Readers gak sabaran 😒😒😒 padahal niatnya besok aja biar bisa ditambahin gitu. Tapi ternyata udah pada gatel lu ye pada. Garok sono ah ke gergaji😒😒😒


“Hush, jangan berisik.” Becky langsung menutup mulut Freen dengan satu jari, gerakannya menggoda hingga Freen langsung diam dan terpana.

Ada apa ini? Ini apa?! Freen bingung, bagaimana bisa sang Calon istri datang? Apalagi dengan topeng dan pakaian seksi ini?! Seriusan?! Lalu darimana datangnya kepercayaan diri itu? Darimana?! Itu membuatnya keliatan luar biasa.

“Sayang—“ Freen ingin bertanya bagaimana dia bisa masuk sebab ia tahu bahwa di depan sana sudah ada penjagaan yang ketat, tapi ia kembali terdiam saat tangan halus itu merayap cepat ke bahu hingga merangkul lehernya. Ya ampun, Freen merinding kesukaan. Ia tanpa sadar tersenyum tipis sambil menunggu apa yang akan dilakukan Becky padanya.

“Kamu mau langsung pulang atau—“ Becky berbisik di telinga dengan sensual, napasnya bahkan menyapu bulu kuduk Freen hingga gerangan langsung menangkup tubuhnya dengan kedua tangan.

“Jangan dulu.” Jadi begini caranya dia menjemputnya pulang, Freen tersenyum membayangi bagaimana Becky merencanakan sendiri pelarian ini tanpa ia ketahui. Ia bahkan sudah pasrah saja saat datang ke pesta sebab sang Calon istri tak pernah memberi jawaban pasti soal penculikannya dalam pesta bujang.

“Lalu kamu mau apa?”

Freen terlalu senang, sungguh, ia sampai merasa berbunga hingga kekuatan cinta itu datang. Freen mengangkat tubuh Becky hingga sang perempuan merangkul lehernya agar tidak jatuh sementara ia mencari meja untuk di dudukkan.

“Mari main sebentar.” Freen balas membisik di telinga  Calon istri, ternyata bukan hanya Becky yang bisa membuatnya merinding. Tapi suaranya juga berhasil membuat Gadis itu jadi gugup dan jinak seolah dia akan pasrah saja mau diapakan.

“Jangan lama-lama.” Becky menjawab dengan bisikan yang sama. Tubuh mereka tak punya sekat, hanya degupan yang mendetak mengalahkah suara musik latar belakang sana.

Freen menatap Becky sejenak, topeng ini tidaklah seindah wajah di baliknya. Jadi ia lepaskan pelan tanpa putuskan pandangan, untuk kemudian meraup seluruh bibirnya seolah ia tak pernah berciuman.
Freen suka tekstur bibirnya, lembut—selembut parfum yang menguar dari tubuhnya sehingga momen ini akan ia ingat sebagai satu untuk milyaran ingatan lain ke depannya.

Satu pagutan, dua pagutan, Freen memutar kepala untuk merasakan setiap sisi bibir Becky. Tak peduli jika gadis itu kelihatan kewalahan, atau tangannya yang mencengkeram erat bahu tanda sebagai meminta jeda. Freen tidak memberinya bernapas, bahkan ada pun, hanya sedetik untuk kemudian meraup lagi seluruh mulut manisnya. Merusak lipstik merah itu dengan semua gerakan bibir.

Freen tak tahan, ia gemas dan mencoba memasukkan lidah, tapi Becky malah melepas ciuman sensual itu dengan paksa.

“Jangan disini.” Becky memperingatkan, ia memandang sejenak sekitar. Jika menyadari apa yang baru saja mereka lakukan. Ia sebetulnya malu dan mungkin akan sembunyi di kolong meja. Tapi karena semua orang tak mengenal dirinya, kecuali Irene di belakang panggung sana yang sudah acungkan jempol memberi tanda senang atas keberhasilannya. “Ayo, pulang.”

Freen tersenyum lebar tanda setuju, ia angkat tubuh Becky dari atas meja untuk kemudian menggenggam tangannya erat. Membawanya lari keluar dari pesta sesat ini. Ia tersenyum lebar, bahkan hampir tertawa karena saking senangnya. Tak pedulikan Deni yang memanggil nama, Freen tetap keluar dengan sang Calon istri.

“Kau bawa taksi?” Freen harus bertanya bagaimana mereka akan pulang setelah akhirnya sampai di parkiran depan.

“Tidak.” Becky menggeleng imut lalu menunjuk dua pria bermotor yang mungkin telah menunggu sejak entah kapan, sebab mereka hampir kelihatan tertidur di atas kendaraan.

Call it What You Want (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang