Day Two, Three and Four

4.6K 426 111
                                    

Banyak yg komplen kmaren dikit mamat. Karna hari ini aku libur, makanya bis nulis banyak.

Happy reading! Ini agak panjangan.




Jadi, hari kedua di Thailand. Mereka seperti turis asing yang selalu kelihatan tersesat. Freen yang mengintili Becky di Belakang. Sementara Becky yang harus hadapi orang-orang dan mengerahkan seluruh energi bicara bahasa asingnya.

Hari kedua ini. Mereka hanya berakhir menghabiskan waktu di taman hiburan karena Becky bingung, Freen bilang terserah. Akhirnya Sang Sopir sewaan pun manut saja, jadilah mereka disini. Panas di tengah ramainya keluarga Cemara dimana-mana, sementara keduanya seperti pasangan anak-anak dengan ekspresi seperti hampir di jual orang. Terutama Freen. Saat Becky menarik tangan, mengajaknya naik wahana kora-kora.

“Say-sayang.” Freen tidak suka naik wahana seperti ini. Salahnya juga kenapa ia bilang terserah dan salahnya supir kenapa malah mengantar mereka ke tempat taman hiburan. Kalau begini saja, di Indonesia juga banyak!

“Ayo!” Becky tahu ekspresi ketidaksukaan Freen melihat wahana yang ia pilih. Padahal ini hanyalah permainan ringan, bukan yang membuat jantung hampir lepas.

Karena melihat semangat Becky, akhirnya Freen ikut barisan mengantre. Lalu masuk dan duduk di samping Istrinya. Sementara beberapa petugas memberi instruksi untuk apa entah bahasanya tidak dimengerti, Freen hanya berdoa kepada Tuhan agar nyawanya seperti kucing yang punya sembilan angka.

Aaa!!!

Yang Freen keluarkan saat wahana berjalan adalah memegang erat tangan Istri sambil berteriak seolah nyawa bergantung padanya. Tak tahu saja bahwa Becky malah berteriak bahagia dan menertawainya, bahkan ketika mereka selesai dan turun.
Gadis itu, masih saja tertawa sampai suaranya seperti mesin pabrik rusak. Ngik ... Ngik ...

“Kamu—“ Becky tidak kuat, ia melambaikan tangan sambil berjalan menjauh dari arena lain untuk melepas semua tawanya. Mengingat ekspresi komikal Freen seolah wajah wanita itu hampir lepas. Ya ampun, dia lucu sekali!

“Sayanggg ...” sementara Freen cemberut dan bersidekap tangan. Belum pernah ia ditertawakan sampai seperti ini. Becky bahkan tidak suka tertawa! Tawa dari Gadis pendiam itu mungkin bisa dihitung untuk berapa kali dan berapa lama dalam setahun. Tapi kali ini, dia seolah tak mau berhenti. Bahkan kini, memegang perut sambil menjongkok hanya untuk memuaskan kelucuan yang telah disaksikan.

“Kamu harus lihat—“ Becky harus kumpulkan mulutnya untuk tidak lagi keluarkan tawa demi lanjutkan kata, “wajahmu seperti akan melayang disana. Haha...” lalu kembali tertawa bahagia.

“Aku mau pulang sajalah kalau begitu!” Freen kesal, ternyata Becky juga bisa mengoloknya seperti ini.

Aw, baby, you can't just go home like that.” Baiklah, Becky akhirnya bangun dan hentikan tawa, meskipun masih ada sisa senyum di mulutnya yang kini terasa pegal. Tapi dia berhenti, seriusan. Lalu menarik lengan Freen yang ngambek tapi masih melihat wajahnya. Mungkin karena ia baru saja memanggil Freen, Baby.

“Kamu panggil aku apa?”

“Baby, you’re just like a baby.” Becky mencubit pipi Freen dengan gemas, lalu lunturlah wajah ngambek itu lepas dari ekspresinya. Ia berhasil. Jadi Becky kembali menarik Freen ke wahana lain. Yang ternyata lebih ekstrem dari sebelumnya.

“TIDAK! SAYANG!” Freen ingin kabur, baru lihat saja sudah buat ia ingin kencing di celana. Tapi Becky memegang erat lengan dan takkan melepaskan dirinya begitu saja.

“Ayolah, sayang...” Becky keluarkan suara manja, yang ternyata, juga berhasil! Freen jadi mau ikut naik wahana Sky Coaster, meskipun wajah itu tak bisa membohongi ketakutannya.

Call it What You Want (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang