Just Say Yes

4.7K 453 32
                                    

Ada keheningan sejenak saat Becky akhirnya ikut jujur. Apalagi ia dengar bahwa wanita ini adalah anak dari pemilik sekolah. Waw, hidupnya bakal lebih drama dari yang sudah terjadi nanti. Tidak, ia tak ingin merasakan itu lagi. Sudah cukup yang dulu-dulu saja.

"Kau janda? Tapi kau bilang belum pernah melakukannya. Kau bahkan kesakitan saat kumasukkan-" Becky membekap mulut kurang ajar Freen yang hendak me-replay adegan lewat narasi.

"Diam atau kubunuh kau." Ia mengancam dengan tatapan kejam. Untuk meyakinkan ancaman, ia mencubit perut si Wanita lalu bergegas pergi dari hadapannya.

Yang membuat Freen jelas bingung. "Hei, bukankah kita belum selesai bicara?" dia mau apa tidak, sih? Ia masih bingung jadi tentu saja Freen mesti mengejar langkah kaki kecilnya.

"Aku belum makan dari pagi dan harus melewatkannya lagi demi bicara denganmu? Sangat membuang waktu." Becky menggerutu yang jelas masih di dengar oleh Wanita itu.

"Ayo, makan bersama. Tapi kita harus bicarakan ini sampai selesai dulu." Freen sampai berlari cepat demi menghalangi gadis itu makin jauh. Ini mesti diselesaikan, sekarang. Kalau tidak ia akan digunduli sang Ayah jika hari ini tidak membawa di Calon Mantu.

Becky terpaksa hentikan langkah menghadap si keras kepala padahal bisa saja ia menyingkirkannya, tapi ia mesti berkata; "Aku bingung, oke? Bingung dan lapar jadi otakku tidak bekerja. Jika aku masih bersikeras membahas hal ini denganmu, aku akan mati dehidrasi dan otakku yang tercinta ini akan menyusut karena kebodohan yang bisa aku katakan." Jangan bicara saat lapar, selain penuh emosi, Becky juga akan bertindak ceroboh.

"Oke, oke, aku hanya meminta jawabanmu. Aku akan bertanggung jawab soal malam itu. Jadi menikahlah denganku." Meskipun saat melakukan, si Gadis keliatan kenikmatan, tapi karena keadaan yang tengah mabuk jelas membuat peristiwa kemarin seolah pemerkosaan.

"Bagaimana kalau aku bilang tidak mau?"

"Kau harus mau."

"Kenapa kau memaksa?"

"Aku sudah mendaftarkan pernikahan kita dan orang tuaku ingin bertemu denganmu sore ini."

"Kau apa?!" dia bilang apa? Ini, tidak mungkin. Seolah semuanya terencanakan! "Apa sebenarnya kau merencanakan ini semua?!" dia bahkan tidak mundur setelah aku bicara bahwa aku seorang janda tanpa orang tua. Ini benar-benar mencurigakan.

"Orang tuaku sudah setuju tanpa bicara apapun. Itu sungguh keajaiban bagiku. Jadi kau harus mau menikah denganku atau aku akan bunuh diri." Freen mengancam dengan tangan menggapai pembatas tembok atap gedung. Tapi tentu saja ia takkan serius melakukannya, siapa yang mau mati dengan cara seperti ini? Melihat ketinggiannya saja ia sudah ketakutan.

"Lompat saja silakan, gratis. Aku tidak mau menikah dengan orang yang tidak kucintai." Jika dulu sudah pernah merasakannya, ia tak ingin mengulang hal yang sama. Setidaknya pernikahan keduanya akan menjadi hal yang paling ia inginkan bukan nanti malah jadi penyesalan.

Freen jadi lepas tangan urungkan niat. Ternyata gadis ini bisa sadis bicara juga. "Ayolah, kau harus menikah denganku. Kalau nanti kamu betulan hamil kamu jadi tidak akan khawatir jika kita sudah menikah." Ia sampai memegang kedua tangan mungilnya meskipun ada gerakan penolakan, ia tetap memegang kencang.

"Kau benar-benar keras kepala, aku sudah bilang kau juga takkan mau menikah denganku. Riwayat keluargaku terlalu buruk untuk diterima."

"Aku akan menerimanya, meskipun kau janda empat anak juga. Aku akan menerimanya." Freen siap jadi bapak-bapak ganteng untuk menjaga anak-anak mungil yang pasti mirip ibunya. Ucu ... Ucuuu, pasti lucu sekali.

"Kau..." Becky terperangah. Ia mau bicara apa lagi ini, sudah lapar keterlaluan lagi. "Apa kau mau menikah denganku karena aku cantik?" jika benar, kasus ini bukan yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya.

"Waw, kau tahu." Pada pandangan pertama, Freen langsung jatuh cinta. Gadis ini bahkan tahu bahwa dia memang cantik.

"Aku menebak dengan benar. Itu artinya kamu sama saja seperti orang-orang di kantor."

"Orang-orang di kantor?" Maksudnya kantor sekolah ini? Wah, ternyata sainganku banyak.

"Ya, yang lajang berusaha mendapatkanku sementara yang sudah tua selalu menggodaku seperti semut melihat gula. Bahkan Irene juga selalu memanggilku Cantik-"

"Siapa Irene?"

"Tidak beda dengan Damar yang juga tergila-gila pada kecantikanku sampai matipun dia tak ingin berpaling dari wajahku-"

"Siapa Damar?" dia berbicara begitu cepat, Freen sedikit bingung. Terlalu banyak informasi.

"Suamiku dulu." Becky akhirnya menjawab. Yang hanya sehari dinikahi. Ia bahkan merasa aneh jika menyebut Damar sebagai suaminya.

"Oh," informasi lagi. "Tapi aku melihatmu bukan hanya sebatas kecantikan?" padahal ia bingung selain kecantikan, apa lagi yang membuat dirinya bersikukuh menikahi sang Gadis. Apakah ia boleh bilang bahwa percintaan mereka terlalu bagus? Terlalu nikmat? Terlalu ... Terlalu pokoknya.

"Oh, ya? Kau bahkan tidak mengenal karakterku sama sekali. Aku tidak percaya kau bisa bicara begini lagi setelah mengenal. Lagipula jika nanti aku berubah jelek, gendut atau bahkan cacat. Keterimaanmu terhadap sikapku akan hilang karena kecantikannya sudah tidak bisa menghibur matamu lagi."

"Hei! Kau bahkan tidak tahu keteguhanku dengan orang yang kucinta, kau tidak bisa meremehkanku." Freen jadi sedikit kesal, meskipun kedepannya tidak tahu. Setidaknya jangan bicara buruk tentang apa yang belum diketahui. Lagian dia ini bisa mencintai orang apa adanya, lihatlah ia sampai kini mencintai sang Ayah yang bentuknya seperti Sawo mentah dengan tingkah dia terus memarahi dan berusaha mengecilkan mentalnya

"Oh, ya? Kalau begitu aku akan loncat dari gedung ini agar cacat lalu bisakah kau akan tetap menerimaku. " lapar memang membuat orang jadi gila. Becky bahkan betulan memegang tembok pembatas dengan kedua tangan dan siap melompat, tapi tentu saja Wanita itu menahan dengan sekuat tenaga sambil berteriak panik.

"Apa kau gila?!" Freen menyingkirkan tubuh si gadis dari dekat pembatas, sedikit marah.

"Iya aku lapar, dan mulai menggila!" Ya Tuhan, perutnya bahkan mencekung dan ia jadi takut kehilangan segala organnya.

"Aku akan memberimu makan, tapi kau harus menerima lamaranku." Freen masih bersiteguh.

"Aku tidak mau." Becky hendak mengambil langkah untuk membuka pintu masuk, tapi tangannya di tahan dan pintu itu dikunci dengan sengaja oleh si Wanita. Yang tentu membuat ia melotot marah.

"Kau harus mau, atau kita akan tetap disini."

"Apa kau ingin membunuhku?"

"Kita bisa mati bersama disini."

"Kau sudah gila?!"

"Tidak sama gilanya denganmu." Freen meletakkan kunci pintu yang ia ambil untuk dimasukkan ke dalam Branya. "Jika kau ambil kuncinya, kau akan menerimaku."


"Kau ..." Ya Tuhan, Becky ingin sekali teriak. Ia memutar tubuh, mengeluarkan napas keras penuh emosi, bahkan mengusap rambut dengan begitu gusar. Frustasi.

Freen menunggu dengan tenang, menatapi si Gadis yang kelihatan kasihan tapi ia benar-benar ingin jawaban. Maafkan, ya.

"Baiklah." Iya, rasa lapar selalu membuatnya jadi orang bodoh.

Freen sontak tersenyum lebar mendengar jawabannya.
Akhirnya, uhuy. "Aku akan memberimu makan serta-" belum lanjut bicara, tangan mungil itu sudah merogoh masuk ke dalam Branya dan mengambil kunci untuk membuka pintu. Keluar dengan langkah tergesa, sementara Freen masih melongo sambil pegangi dadanya. Waw, luar biasa.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Call it What You Want (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang