10.Si Pluviophile ⁠乂.

95 9 0
                                    

"Hiiro...."

"Ada a-." Belum sempat Hiiro menyelesaikan perkataannya tubuhnya sudah lebih dulu terkena cipratan dari seseorang yang lebih tua darinya.

"Ihhhh Shuji-nii." Rengekan Hiiro tidak digubris malah bajunya semakin basah karena ulah seseorang yang dia panggil Shuji-nii.

"Hahaha." Shuji hanya memasang wajah jahilnya.

Hiiro tengah menunggu hujan berhenti di depan rumah Shuji yang tadinya mengundang dirinya ke rumah agar bisa bermain berdua tanpa harus ada pengganggu.

Suami Shuji?.

Dia sedang bekerja, di rumah masih ada ibunya Shuji yang tengah bersantai di halaman belakang.

Shuji mengatakan jika dia tengah bosan jadi mengundangnya datang.

Hiiro benar-benar menyesal menerima undangan dari kakak tersayangnya itu.

Kenapa begitu?.

Ya tentunya karena dia terjebak di sini dengan rintikan hujan yang mengguyur deras seakan mencegahnya agar tidak kembali ke rumahnya yang suram.

Flashback.

"Hiiro~." Shuji melihat Hiiro dengan mata yang berbinar membuat anak itu menjadi kebingungan seketika.

Kedua orang berbeda usia itu tengah bermain di kamar Shuji. Lembaran kertas-kertas berserakan di mana-mana, isinya hanya tulisan khas anak-anak pada umumnya.

Dan tentunya ada beberapa kertas yang hanya berisi gambar-gambar yang sulit untuk di mengerti oleh orang dewasa.

"Iya?." Tanya Hiiro dengan polosnya.

Dia bahkan kebingungan saat melihat mata Shuji yang menatapnya dengan tatapan yang susah untuk di jelaskan.

"Kau harus mau ya? Tidak boleh menolak!."

Hiiro hanya mengangguk menurut.

"Pakai ini." Shuji memberikan satu set pakaian beserta atribut yang lain pada anak polos itu.

"Apa ini?."

"Sudah pakai saja jangan banyak tanya." Pria cantik itu mendorong punggung Hiiro pelan.

Beberapa menit kemudian. Hiiro keluar dengan mengenakan pakaian yang kebesaran dan jangan lupakan bando telinga dan ekor kucing yang terpasang dengan apik, ughh sangat menggemaskan!.

"Ini pakaian apa?." Tanya Hiiro dengan wajah polosnya.

Wajah Shuji terlihat seperti sedang berpikir. Dia melihat dari atas sampai bawah, menganalisis manis sang adik. Pria dewasa itu berjalan memutari Hiiro.

"Ada yang kurang...."

"Huh??."

Shuji mengehentikan aksi memindainya. Dia berjalan ke arah meja, mengeluarkan beberapa barang dari dalam laci.

"Hiiro kemari dan duduklah di sini."

Anak polos itu hanya menurut lalu duduk di samping Shuji.

"Jangan banyak bergerak ya?." Hiiro hanya mengangguk patuh.

Pria dewasa itu mendandaninya, saat bubuk putih yang Shuji oleskan pada pipinya tanpa sengaja terhirup dan menyebabkan Hiiro bersin-bersin.

Flashback end.

"Shuji-nii ayo kejar aku!! Hahaha tidak kena tidak kena bwek...." Hiiro menjulurkan lidahnya mengejek.

Keduanya tengah kejar-kejaran dibawah tirai alam, aroma hujan yang menyegarkan serta dinginnya air hujan yang mengguyur kota menambah kesenangan tersendiri bagi mereka yang merupakan seorang Pluviophile.

Mivuldahapav! (Hĭatuš)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang